2 bulan kemudian...!“Bolehkah aku ke rumah kamu Laura..?” Gibran menatap wajah cantik Laura, saat jam istirahat di kantin sekolah langganannya.“Emmm…gimana yaah, kata papa, aku baru mau 16 tahun, belum boleh dekat-dekat lawan jenis Bang?”Laura tentu saja kaget dengan keinginan Gibran yang ingin ngapeli dia di malam minggu, walaupun hatinya berbunga-bunga, tapi larangan Roy Sumanjaya papanya membuat Laura gamang.“Kamu masih 15 tahunan, belum 17 tahunan, tak boleh dekat-dekat pria, apalagi pacaran, ingat itu!” larangan Roy membuat Laura tak berani langgar pantangan itu.Gibran pun hanya bisa menghela nafas panjang, mereka makin hari makin dekat, semua siswa SMU 75 ini sudah anggap keduanya pacaran.Suatu hari mobil jemputan Laura terjebak macet, Gibran yang melihat Laura berdiri di dekat pintu pagar sekolah mendekati dengan motornya.“Mana jemputan kamu Laura?”“Terjebak macet Bang, eh aku ikut Abang aja yaa, daripada bengong di sini?”“Boleh, ayoo, tak apa nggak pakai helm, kita ak
Mobil sport keluaran terbaru yang harganya diatas 10 miliaran pun nangkring di garasi SMU 75. “Wewww…akhirnya si pangeran Harnady keluar juga jatidiri aslinya, boleh donk eike pinjam!”Ramon seperti biasa adalah orang pertama yang selalu heboh, dengan santainya Gibran kasihkan kunci mobil ini ke Ramon, yang langsung klepek-klepek menerimanya.“Huhh banci, emank ini sepeda pancal, boleh pinjam!” sungut Hilman, ngiri juga dia, Gibran begitu entengnya kasih kunci ke Ramon.Semua sahabatnya sudah paham, kedua orang ini bak Tom dan Jerry tak pernah akur, tapi aslinya saling mencari kalau tak kelihatan satu sama lain.“Sirik ajeee lo hitam, yang penting si Gib-gib ngasih ke eiki donk kuncinya, yee nggak usah ikutan yaa, prett!” Ramon tak mau kalah, kedua orang ini sambil berdebat aseek melihat-lihat kondisi mobil ini.Hanya Bopak yang melihat sahabat dekatnya ini agak lain. 'Pasti ada sesuatu ini-' batinnya.“Gib…ada masalah dengan Laura..?” pancingnya, sambil mengiringi langkah Gibran masu
Gara-gara inilah, Gibran pun jadi pribadi yang pendiam dan tak banyak bicara. Diapun tak kaget saat dengar kabar dari Oni, kini Laura dipindahkan papa-nya ke sekolah lain, setelah kejadian di rumah si cantik ini, yang bikin dia sering melamun.Bopak cs pun jadi iba melihat sang bos geng SMU 75 sering melamun ini, sehingga mereka berusaha menghibur dengan cara mereka.Kadang-kadang mereka ajak Gibran ke pub, inilah yang membuat Gibran cs mulai kenal minuman beralkohol dan merokok.Tapi Gibran tak berani sampai mabuk, larangan papa dan mama nya membuatnya tak berani begitu."Silahkan kamu minum, tapi hanya sekedar mencicipi, jangan jadi kebiasan apalagi mabuk. Merokok juga, sekedar melepas kesuntukan...tapi jangan kecanduan, kamu masih muda!" Tommy beri nasehat ke anaknya ini.Di SMU 75 pun kini jadi sekolah paling angker dan disegani semenjak Gibran jadi Ketua OSIS, kalau mendengar teman-temannya di ganggu geng motor atau pelajar dari sekolah lain.Tak butuh waktu lama, pelakunya akan
“Aku sudah bertemu orang tua kandungku..!” sahut Gibran.“Ohh…pasti ortu kamu orkay-kan, kulihat kamu beda dengan dulu,” kali ini Desy mengangkat wajahnya, lalu buru-buru menundukan kepalanya lagi, sambil meremas-remas jarinya.Gibran senyum sedikit. “Orang tua kamu bagaimana keadaannya sekarang Des..?” Gibran ulangi pertanyaannya.Desy terlihat menghela nafas. “Ayahku…sekarang stroke Gib, hanya duduk di kursi roda, ibuku…juga sakit-sakitan, hanya tinggal di rumah. Aku sengaja jalankan warung ini, pemiliknya pamanku sendiri..!”Suara Desy nyaris tak terdengar, matanya berkaca-kaca. Keduanya terdiam sesaat, Gibran pun sampai tak menyangka, begini kondisi keluarga Desy.Padahal seingatnya, 3 tahunan yang lalu keluarga Desy orang terpandang dan berkecukupan, mobil pun sampai 3 buah di garasi dan Handoyo memiliki jabatan publik, sebagai ketua dewan.Obrolan mereka terhenti sejenak, saat pelayan warung minta izin ke Desy untuk menutup warung makan ini.“Bopak, Hilman, bantu tutup warung in
Puas jalan-jalan mereka balik ke hotel, Gibran mengantar Desy hingga ke kamarnya.“Gib…makasih banyak ya, kamu ternyata tak berubah..walaupun dulu pernah dikecewakan ayahku!” sambil berkata begitu Desy menundukan wajahnya.Gibran tersenyum dan menarik dagu Desy, kaget juga gadis ini, Gibran bak seorang Cassanova yang sudah berpengalaman -padahal aslinya iya..!Desy makin kaget sampai tak bisa bergerak, saat bibirnya di cium Gibran, inilah pertama kalinya mereka berciuman.Saking kagetnya, Desy sampai mangap saja ketika bibirnya di lumat remaja ini. Gibran benar-benar bak Cassanova yang mampu bikin semua wanita takluk dengan gayanya.Gibran sebenarnya sudah sempat terpancing untuk berbuat lebih. Tapi dia sadar, Desy bak patung, tak ada reaksi.Gibran akhirnya menarik wajahnya dan tersenyum. Dia maklumi, Desy saat ini sedang tak mood dan masih terpikir ortunya di rumah sakit.“Lupakan yaa…yang penting kedua orang tuamu sembuh dulu dan semoga Om Handoyo bisa bangkit lagi kalau kelak semb
Gibran jadi ingat ucapan kakek Purnomo dulu, agar dia jangan pernah lupakan Tante Renita yang berjasa menolongnya saat berusia 6 tahun hingga 15 tahunan.“Syukurlah, kamu bertemu orang baik yang bernama Tante Renita itu, kelak kamu bantu dia dan anaknya tersebut.”Pesan kakeknya itu membuat Gibran kecewa gagal bertemu Renita. Padahal dia sudah berniat akan bantu Renita dan Dewi tak tanggung-tanggung.Uang tak berseri yang di beri Tommy, membuat Gibran tak perlu pusing. Seperti halnya saat dia bantu ortunya Desy.Tommy sudah wanti-wanti, agar Gibran hati-hati gunakan uangnya. Tapi selama ini Tommy lega, anaknya bisa jaga kepercayaannya itu.Setiap cek saldo anaknya, Tommy malah kaget, pengeluaran Gibran sangat minim bagi sekelas Tommy, yang sebulannya bisa keluarkan miliaran saban bulan.Selama Gibran dan Hilman tinggal dii rumah Bopak, ortunya sangat bangga bukan main, apalagi saat tahu siapa jatidiri sahabat anaknya ini.Ayahnya Bopak sampai pesan agar anaknya harus jadi pelindung Gi
Gibran tetap tenang, tapi urat syaraf di tubuhnya menegang. Ini tak main-main lagi, Jacky mulai keluarkan senjata tajam.Bopak dan Hilman yak khawatir, mereka tahu kelihaian Gibran, namun Si Bibik warung dan Evi anaknya yang pucat pasi melihat ini. Beberapa warga juga mulai nonton pertarungan kedua remaja ini.Bresss…bresss...ayunan pisau Jacky karena emosi tinggi ini menerpa ke tubuh Gibran. Tapi remaja ini langsung refleks menghindar.Tiba-tiba Gibran melakukan tendangan berputar, bughhh…tubuh Jacky terpelanting, pisaunya jatuh. Lagi-lagi wajahnya coreng moring kena lumpur.Gibran kembali berdiri tenang, dia tak berminat menghajar Jacky yang kini mengaduh-ngaduh sambil merangkak di tanah.Terlihatlah aslinya remaja ini yang cengeng dan pengecut, dia seakan beri isyarat agar 5 rekannya jangan diam saja.Bopak mengambil pisau itu dan ke 5 rekan Jacky langsung mundur, niat mereka tadinya ingin membantu Jacky. Tapi melihat Bopak memegang pisau milik Jacky yang terjatuh ke tanah, nyali m
“Dulu aku pernah mau di jodohkan ayah, tapi setelah ayah kalah pilkada dan bangkrut, perjodohan itu batal. Padahal, aku harus jujur ya Gib, aku juga suka calon jodohku itu..tapi kami tak jodoh, ayahnya tak setuju saat tahu keluarga kami tak seperti dulu lagi!” aku Desy apa adanya.Gibran tersenyum maklum, kini giliran dia yang agak cemburu. Tapi mau gimana lagi, sejak lulus SMP, baru kali ini mereka jalin kontak lagi.Wajarlah Desy cari penggantinya...tapi bak karma, saat tahu keluarga Desy bangkrut, keluarga calon suaminya menolaknya...karena nggal level lagi. Mereka jalan kaki saja di bawah jembatan Ampera sambil gandengan tangan, layaknya orang lagi jatuh cinta, sambil mengingat kisah masa-masa di SMP dulu yang indah.“Kapan lagi kamu ke sini Gib..?” Desy pecah keheningan.“Kalau liburan, tentu aku pingin lagi ke sini.” Desy tersenyum senang, ini seolah menandakan Gibran tak akan melupakannya.“Aku tunggu…!” sahut Desy tanpa sadar, sambil mempererat genggamannya.“Moga saat aku da