Gara-gara inilah, Gibran pun jadi pribadi yang pendiam dan tak banyak bicara. Diapun tak kaget saat dengar kabar dari Oni, kini Laura dipindahkan papa-nya ke sekolah lain, setelah kejadian di rumah si cantik ini, yang bikin dia sering melamun.Bopak cs pun jadi iba melihat sang bos geng SMU 75 sering melamun ini, sehingga mereka berusaha menghibur dengan cara mereka.Kadang-kadang mereka ajak Gibran ke pub, inilah yang membuat Gibran cs mulai kenal minuman beralkohol dan merokok.Tapi Gibran tak berani sampai mabuk, larangan papa dan mama nya membuatnya tak berani begitu."Silahkan kamu minum, tapi hanya sekedar mencicipi, jangan jadi kebiasan apalagi mabuk. Merokok juga, sekedar melepas kesuntukan...tapi jangan kecanduan, kamu masih muda!" Tommy beri nasehat ke anaknya ini.Di SMU 75 pun kini jadi sekolah paling angker dan disegani semenjak Gibran jadi Ketua OSIS, kalau mendengar teman-temannya di ganggu geng motor atau pelajar dari sekolah lain.Tak butuh waktu lama, pelakunya akan
“Aku sudah bertemu orang tua kandungku..!” sahut Gibran.“Ohh…pasti ortu kamu orkay-kan, kulihat kamu beda dengan dulu,” kali ini Desy mengangkat wajahnya, lalu buru-buru menundukan kepalanya lagi, sambil meremas-remas jarinya.Gibran senyum sedikit. “Orang tua kamu bagaimana keadaannya sekarang Des..?” Gibran ulangi pertanyaannya.Desy terlihat menghela nafas. “Ayahku…sekarang stroke Gib, hanya duduk di kursi roda, ibuku…juga sakit-sakitan, hanya tinggal di rumah. Aku sengaja jalankan warung ini, pemiliknya pamanku sendiri..!”Suara Desy nyaris tak terdengar, matanya berkaca-kaca. Keduanya terdiam sesaat, Gibran pun sampai tak menyangka, begini kondisi keluarga Desy.Padahal seingatnya, 3 tahunan yang lalu keluarga Desy orang terpandang dan berkecukupan, mobil pun sampai 3 buah di garasi dan Handoyo memiliki jabatan publik, sebagai ketua dewan.Obrolan mereka terhenti sejenak, saat pelayan warung minta izin ke Desy untuk menutup warung makan ini.“Bopak, Hilman, bantu tutup warung in
Puas jalan-jalan mereka balik ke hotel, Gibran mengantar Desy hingga ke kamarnya.“Gib…makasih banyak ya, kamu ternyata tak berubah..walaupun dulu pernah dikecewakan ayahku!” sambil berkata begitu Desy menundukan wajahnya.Gibran tersenyum dan menarik dagu Desy, kaget juga gadis ini, Gibran bak seorang Cassanova yang sudah berpengalaman -padahal aslinya iya..!Desy makin kaget sampai tak bisa bergerak, saat bibirnya di cium Gibran, inilah pertama kalinya mereka berciuman.Saking kagetnya, Desy sampai mangap saja ketika bibirnya di lumat remaja ini. Gibran benar-benar bak Cassanova yang mampu bikin semua wanita takluk dengan gayanya.Gibran sebenarnya sudah sempat terpancing untuk berbuat lebih. Tapi dia sadar, Desy bak patung, tak ada reaksi.Gibran akhirnya menarik wajahnya dan tersenyum. Dia maklumi, Desy saat ini sedang tak mood dan masih terpikir ortunya di rumah sakit.“Lupakan yaa…yang penting kedua orang tuamu sembuh dulu dan semoga Om Handoyo bisa bangkit lagi kalau kelak semb
Gibran jadi ingat ucapan kakek Purnomo dulu, agar dia jangan pernah lupakan Tante Renita yang berjasa menolongnya saat berusia 6 tahun hingga 15 tahunan.“Syukurlah, kamu bertemu orang baik yang bernama Tante Renita itu, kelak kamu bantu dia dan anaknya tersebut.”Pesan kakeknya itu membuat Gibran kecewa gagal bertemu Renita. Padahal dia sudah berniat akan bantu Renita dan Dewi tak tanggung-tanggung.Uang tak berseri yang di beri Tommy, membuat Gibran tak perlu pusing. Seperti halnya saat dia bantu ortunya Desy.Tommy sudah wanti-wanti, agar Gibran hati-hati gunakan uangnya. Tapi selama ini Tommy lega, anaknya bisa jaga kepercayaannya itu.Setiap cek saldo anaknya, Tommy malah kaget, pengeluaran Gibran sangat minim bagi sekelas Tommy, yang sebulannya bisa keluarkan miliaran saban bulan.Selama Gibran dan Hilman tinggal dii rumah Bopak, ortunya sangat bangga bukan main, apalagi saat tahu siapa jatidiri sahabat anaknya ini.Ayahnya Bopak sampai pesan agar anaknya harus jadi pelindung Gi
Gibran tetap tenang, tapi urat syaraf di tubuhnya menegang. Ini tak main-main lagi, Jacky mulai keluarkan senjata tajam.Bopak dan Hilman yak khawatir, mereka tahu kelihaian Gibran, namun Si Bibik warung dan Evi anaknya yang pucat pasi melihat ini. Beberapa warga juga mulai nonton pertarungan kedua remaja ini.Bresss…bresss...ayunan pisau Jacky karena emosi tinggi ini menerpa ke tubuh Gibran. Tapi remaja ini langsung refleks menghindar.Tiba-tiba Gibran melakukan tendangan berputar, bughhh…tubuh Jacky terpelanting, pisaunya jatuh. Lagi-lagi wajahnya coreng moring kena lumpur.Gibran kembali berdiri tenang, dia tak berminat menghajar Jacky yang kini mengaduh-ngaduh sambil merangkak di tanah.Terlihatlah aslinya remaja ini yang cengeng dan pengecut, dia seakan beri isyarat agar 5 rekannya jangan diam saja.Bopak mengambil pisau itu dan ke 5 rekan Jacky langsung mundur, niat mereka tadinya ingin membantu Jacky. Tapi melihat Bopak memegang pisau milik Jacky yang terjatuh ke tanah, nyali m
“Dulu aku pernah mau di jodohkan ayah, tapi setelah ayah kalah pilkada dan bangkrut, perjodohan itu batal. Padahal, aku harus jujur ya Gib, aku juga suka calon jodohku itu..tapi kami tak jodoh, ayahnya tak setuju saat tahu keluarga kami tak seperti dulu lagi!” aku Desy apa adanya.Gibran tersenyum maklum, kini giliran dia yang agak cemburu. Tapi mau gimana lagi, sejak lulus SMP, baru kali ini mereka jalin kontak lagi.Wajarlah Desy cari penggantinya...tapi bak karma, saat tahu keluarga Desy bangkrut, keluarga calon suaminya menolaknya...karena nggal level lagi. Mereka jalan kaki saja di bawah jembatan Ampera sambil gandengan tangan, layaknya orang lagi jatuh cinta, sambil mengingat kisah masa-masa di SMP dulu yang indah.“Kapan lagi kamu ke sini Gib..?” Desy pecah keheningan.“Kalau liburan, tentu aku pingin lagi ke sini.” Desy tersenyum senang, ini seolah menandakan Gibran tak akan melupakannya.“Aku tunggu…!” sahut Desy tanpa sadar, sambil mempererat genggamannya.“Moga saat aku da
Setelah satu hari penuh bersama Desy dan tak puas-puasnya bercinta, Gibran lalu mengantar gadis cantik ini pulang, Gibran pamit dengan Handoyo dan istrinya, balik lagi ke Jakarta.“Bila kamu ke sini lagi, halaman buat mobil kamu parkir sudah tersedia, apa mau di buatkan garasi sekalian…biar bisa menetap di sini…seperti milikmu yang betah banget ngedon di sini,” canda Desy sambil bisik mesra sambil menunjuk pahanya, saat mereka bicara berdua di teras.Desy bahkan minta Gibran tak sungkan siram rahimnya dan berharap buah cinta mereka ini benar-benar jadi, Desy siap hamil...tapi lupa mereka belum menikah!Sama-sama muda, sama cinta, keduanya bak bulan madu di hotel itu.Gibran tertawa dan bilang sangat mencintai Desy dan janji akan berusaha ke sini lagi bila ada waktu. CLBK keduanya sukses…tapi apakah hubungan ini akan mulus…?Harapan Desy jadi kenyataan, dua bulanan kemudian haidnya telat...tapi ini dia sembunyikan dari Gibran!Rachel menatap wajah Gibran, antara kaget dan senang meland
“Semoga saja Bang, tapi di sini kan aman, tuh pos polisi nggak jauh dari sini,” tunjuk Dyan ke pos polisi yang berjarak hanya 20 meteran dari pagar depan galeri ini.“Iya, tapi kalau ada apa-apa cepat hubungi Abang ya. Semoga dia hanya kagum dengan lukisan kamu, tak ada niat jahat!” cetus Gibran was-was, Dyan pun mengangguk.Gibran sangat perhatian dengannya. Dyan sakit pun Gibran tak pernah meninggalkannya hingga sembuh, bahkan rela menggendongnya ke toilet juga memandikannya.Gibran juga tak segan tegur Dyan kalau sudah kecapekan. “Jangan memaksakan diri, istirahat dulu bila capek!” nasehat Gibran buat ponakannya ini.Sejak lulus SMP Dyan tak lagi sekolah, dia hanya fokus dengan hobby melukisnya, walaupun tetap ada guru yang ngajarin dirinya atau home schooling.Namun, besoknya kembali Gibran melihat pria ini hanya duduk di tempat itu lagi, dan ini terus berlangsung sampai 2 hari.Hari ke 3 Gibran pun penasaran. Dia pagi-pagi sudah berada di galeri Dyan, yang memutuskan nginap di si