Gibran hanya bisa geleng-geleng kepala, saat ke 4 wanita denok ini pilih 4 ponsel yang harganya hampir 25 jutaaan per biji, dan Gibran harus gesek kartunya dan membayar semuanya.“Ih mas Gibran hebat banget, tajirrr nggak ketulungan, mampu belikan kita ponsel impian ini,” seru salah satu gadis ini, sambil mencium-cium ponsel barunya, hingga Gibran tertawa geli.“Kita jangan buru-buru pulang, jalan-jalan dulu donk di sini, mau ya mas?” rekannya menimpali.“T-tapi…bagaimana dengan pa Kades, kan beliau pesan jangan kemalaman?”Gibran masih terkaget-kaget dengan ulah ke 4 wanita manis ini, yang tak dia sangka-sangka, janda ke empatnya.“Ahh soal itu, serahkan ke Neng Euis, dia kan keponakan pa Kades,” sahut yang lain lagi, sambil menatap Euis yang sejak di sungai siang tadi jadi perhatian Gibran.“Maaf paman, kami agak malam dikit yaa, mesih mobil paman ngadat, terpaksa mobil di bawa ke bengkel untuk di service?”Terdengar Euis bicara dengan Kades Sunarya dengan ponselnya yang baru, alasa
2 bulan kemudian...!“Bolehkah aku ke rumah kamu Laura..?” Gibran menatap wajah cantik Laura, saat jam istirahat di kantin sekolah langganannya.“Emmm…gimana yaah, kata papa, aku baru mau 16 tahun, belum boleh dekat-dekat lawan jenis Bang?”Laura tentu saja kaget dengan keinginan Gibran yang ingin ngapeli dia di malam minggu, walaupun hatinya berbunga-bunga, tapi larangan Roy Sumanjaya papanya membuat Laura gamang.“Kamu masih 15 tahunan, belum 17 tahunan, tak boleh dekat-dekat pria, apalagi pacaran, ingat itu!” larangan Roy membuat Laura tak berani langgar pantangan itu.Gibran pun hanya bisa menghela nafas panjang, mereka makin hari makin dekat, semua siswa SMU 75 ini sudah anggap keduanya pacaran.Suatu hari mobil jemputan Laura terjebak macet, Gibran yang melihat Laura berdiri di dekat pintu pagar sekolah mendekati dengan motornya.“Mana jemputan kamu Laura?”“Terjebak macet Bang, eh aku ikut Abang aja yaa, daripada bengong di sini?”“Boleh, ayoo, tak apa nggak pakai helm, kita ak
Mobil sport keluaran terbaru yang harganya diatas 10 miliaran pun nangkring di garasi SMU 75. “Wewww…akhirnya si pangeran Harnady keluar juga jatidiri aslinya, boleh donk eike pinjam!”Ramon seperti biasa adalah orang pertama yang selalu heboh, dengan santainya Gibran kasihkan kunci mobil ini ke Ramon, yang langsung klepek-klepek menerimanya.“Huhh banci, emank ini sepeda pancal, boleh pinjam!” sungut Hilman, ngiri juga dia, Gibran begitu entengnya kasih kunci ke Ramon.Semua sahabatnya sudah paham, kedua orang ini bak Tom dan Jerry tak pernah akur, tapi aslinya saling mencari kalau tak kelihatan satu sama lain.“Sirik ajeee lo hitam, yang penting si Gib-gib ngasih ke eiki donk kuncinya, yee nggak usah ikutan yaa, prett!” Ramon tak mau kalah, kedua orang ini sambil berdebat aseek melihat-lihat kondisi mobil ini.Hanya Bopak yang melihat sahabat dekatnya ini agak lain. 'Pasti ada sesuatu ini-' batinnya.“Gib…ada masalah dengan Laura..?” pancingnya, sambil mengiringi langkah Gibran masu
Gara-gara inilah, Gibran pun jadi pribadi yang pendiam dan tak banyak bicara. Diapun tak kaget saat dengar kabar dari Oni, kini Laura dipindahkan papa-nya ke sekolah lain, setelah kejadian di rumah si cantik ini, yang bikin dia sering melamun.Bopak cs pun jadi iba melihat sang bos geng SMU 75 sering melamun ini, sehingga mereka berusaha menghibur dengan cara mereka.Kadang-kadang mereka ajak Gibran ke pub, inilah yang membuat Gibran cs mulai kenal minuman beralkohol dan merokok.Tapi Gibran tak berani sampai mabuk, larangan papa dan mama nya membuatnya tak berani begitu."Silahkan kamu minum, tapi hanya sekedar mencicipi, jangan jadi kebiasan apalagi mabuk. Merokok juga, sekedar melepas kesuntukan...tapi jangan kecanduan, kamu masih muda!" Tommy beri nasehat ke anaknya ini.Di SMU 75 pun kini jadi sekolah paling angker dan disegani semenjak Gibran jadi Ketua OSIS, kalau mendengar teman-temannya di ganggu geng motor atau pelajar dari sekolah lain.Tak butuh waktu lama, pelakunya akan
“Aku sudah bertemu orang tua kandungku..!” sahut Gibran.“Ohh…pasti ortu kamu orkay-kan, kulihat kamu beda dengan dulu,” kali ini Desy mengangkat wajahnya, lalu buru-buru menundukan kepalanya lagi, sambil meremas-remas jarinya.Gibran senyum sedikit. “Orang tua kamu bagaimana keadaannya sekarang Des..?” Gibran ulangi pertanyaannya.Desy terlihat menghela nafas. “Ayahku…sekarang stroke Gib, hanya duduk di kursi roda, ibuku…juga sakit-sakitan, hanya tinggal di rumah. Aku sengaja jalankan warung ini, pemiliknya pamanku sendiri..!”Suara Desy nyaris tak terdengar, matanya berkaca-kaca. Keduanya terdiam sesaat, Gibran pun sampai tak menyangka, begini kondisi keluarga Desy.Padahal seingatnya, 3 tahunan yang lalu keluarga Desy orang terpandang dan berkecukupan, mobil pun sampai 3 buah di garasi dan Handoyo memiliki jabatan publik, sebagai ketua dewan.Obrolan mereka terhenti sejenak, saat pelayan warung minta izin ke Desy untuk menutup warung makan ini.“Bopak, Hilman, bantu tutup warung in
Puas jalan-jalan mereka balik ke hotel, Gibran mengantar Desy hingga ke kamarnya.“Gib…makasih banyak ya, kamu ternyata tak berubah..walaupun dulu pernah dikecewakan ayahku!” sambil berkata begitu Desy menundukan wajahnya.Gibran tersenyum dan menarik dagu Desy, kaget juga gadis ini, Gibran bak seorang Cassanova yang sudah berpengalaman -padahal aslinya iya..!Desy makin kaget sampai tak bisa bergerak, saat bibirnya di cium Gibran, inilah pertama kalinya mereka berciuman.Saking kagetnya, Desy sampai mangap saja ketika bibirnya di lumat remaja ini. Gibran benar-benar bak Cassanova yang mampu bikin semua wanita takluk dengan gayanya.Gibran sebenarnya sudah sempat terpancing untuk berbuat lebih. Tapi dia sadar, Desy bak patung, tak ada reaksi.Gibran akhirnya menarik wajahnya dan tersenyum. Dia maklumi, Desy saat ini sedang tak mood dan masih terpikir ortunya di rumah sakit.“Lupakan yaa…yang penting kedua orang tuamu sembuh dulu dan semoga Om Handoyo bisa bangkit lagi kalau kelak semb
Gibran jadi ingat ucapan kakek Purnomo dulu, agar dia jangan pernah lupakan Tante Renita yang berjasa menolongnya saat berusia 6 tahun hingga 15 tahunan.“Syukurlah, kamu bertemu orang baik yang bernama Tante Renita itu, kelak kamu bantu dia dan anaknya tersebut.”Pesan kakeknya itu membuat Gibran kecewa gagal bertemu Renita. Padahal dia sudah berniat akan bantu Renita dan Dewi tak tanggung-tanggung.Uang tak berseri yang di beri Tommy, membuat Gibran tak perlu pusing. Seperti halnya saat dia bantu ortunya Desy.Tommy sudah wanti-wanti, agar Gibran hati-hati gunakan uangnya. Tapi selama ini Tommy lega, anaknya bisa jaga kepercayaannya itu.Setiap cek saldo anaknya, Tommy malah kaget, pengeluaran Gibran sangat minim bagi sekelas Tommy, yang sebulannya bisa keluarkan miliaran saban bulan.Selama Gibran dan Hilman tinggal dii rumah Bopak, ortunya sangat bangga bukan main, apalagi saat tahu siapa jatidiri sahabat anaknya ini.Ayahnya Bopak sampai pesan agar anaknya harus jadi pelindung Gi
Gibran tetap tenang, tapi urat syaraf di tubuhnya menegang. Ini tak main-main lagi, Jacky mulai keluarkan senjata tajam.Bopak dan Hilman yak khawatir, mereka tahu kelihaian Gibran, namun Si Bibik warung dan Evi anaknya yang pucat pasi melihat ini. Beberapa warga juga mulai nonton pertarungan kedua remaja ini.Bresss…bresss...ayunan pisau Jacky karena emosi tinggi ini menerpa ke tubuh Gibran. Tapi remaja ini langsung refleks menghindar.Tiba-tiba Gibran melakukan tendangan berputar, bughhh…tubuh Jacky terpelanting, pisaunya jatuh. Lagi-lagi wajahnya coreng moring kena lumpur.Gibran kembali berdiri tenang, dia tak berminat menghajar Jacky yang kini mengaduh-ngaduh sambil merangkak di tanah.Terlihatlah aslinya remaja ini yang cengeng dan pengecut, dia seakan beri isyarat agar 5 rekannya jangan diam saja.Bopak mengambil pisau itu dan ke 5 rekan Jacky langsung mundur, niat mereka tadinya ingin membantu Jacky. Tapi melihat Bopak memegang pisau milik Jacky yang terjatuh ke tanah, nyali m
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam