“Gibran hari ini aku ikut kamu yaa..?” Tamara mendekati Gibran saat jam istirahat pertama.
“Tak apa nih naik motor, panas loh?” sahut Gibran kaget.
“Tak apa kaleee cyinn. Ah si Gib-gib ini?” celetuk Ramon. Si gemulai ini punya panggilan ‘sayang’ yakni Gib-gib buat Gibran.
“Motor si Gib-gib mah mehong, kok mau sih beli motor mehong-mhong coii, kenapa gak beli mobil ajah. Kan kami bisa nebeng!” kali ini si Black Hilman ikutan nimbrung.
Gibran hanya tertawa kecil, kalau dia mau, mobil jenis apa saja ada di garasi papa-nya, yang bak show room saking besar saja.
Uniknya sampai hampir 6 bulanan, baik Hilman ataupun Ramon, apalagi Tamara, tak tahu di mana rumah Gibran. Termasuk siapa sebenarnya orang tua remaja ini.
Gibran sengaja tak mau sebutkan siapa dia sesungguhnya. Dia ingin sahabat-sahabatnya ini, tahunya hanya Gibran yang apa adanya.
Tommy dan Rachel masih melarang anak sulu
Semenjak di sikat satu gebrakan, Riwan cs tak berani lagi ganggu Gibran. Bahkan saat melihat remaja ini berjalan di sekolah, mereka pura-pura tak melihat.Gibran pun tak berusaha menegur, dia pun diam saja, walaupun remaja ini ingin tertawa sendiri. Ke tiga anak buah Riwan terlihat berjalan agak pincang. Riwan bahkan terlihat memakai penahan di tangannya.Tangkisan sekaligus pukulan telak Gibran membuat tangan Riwan terkilir. Dia tak ahli beladiri, hanya punya nyali besar sekaligus keroyokan. Padahal aslinya pengecut.Malam minggu, Rachel menatap anak sulungnya yang terlihat mau jalan.“Mau kemana sih malam minggu..?” Rachel menatap Gibran dari kaki hingga ke wajah anaknya yang makin hari makin mirip mendiang Abangnya, Dyan Harnady.“A-anu mah…mau jalan?”“Ihh mama kok bawel cihh…Abang ngapelin cewekkkk!” si bungsu Syifa nongol dan langsung nyerocos, sambil rebahan di paha Rachel.“Hmm…benaran begitu Gib..! Siapa sih ceweknya?” Rachel tak menyahut ucapan si manja, dia masih menatap an
Namun, niat itu langsung dipadamkan sendiri olehnya, Gibran bertekad sampai kapanpun tak akan mau menampilkan kekayaan orang tuanya. "Kalau kelak ketahuan, apa boleh buat?" batin Gibran. Diapun memilih akan tetap seperti saat ini, seorang siswa SMU yang hanya naik motor. Walaupun banyak yang tahu motornya bukan kaleng-kaleng. Besoknya usai berolahraga seperti biasa di sasananya, tiba-tiba ponselnya bunyi, saat Gibran perhatikan, ternyata yang menelpon sahabatnya di Sumatera, Bopak. ‘Duehh mentang-mentang jadi anak Jakarta, lupa sama sahabat di kampung, udah hampir 7 bulan ngga ada kabar!!???” sindir Bopak. Gibran langsung tertawa, dia tak tersinggung, justru Gibran lah yang salah, padahal dulu dia janji akan kabari Bopak sesampainya di Jakarta.. “Bopakkk…waduh maaf bosqoe, aku benar-benar lupa ngasih tahu, soalnya aku terlalu aseek dengan keluargaku, kan tahu sendiri lah hampir 9 tahun tak bertemu!” Gibran bikin alasan yang masuk akal, hingga Bopak pun langsung maklum. “Hmm…al
Semakin malam makin rame, Bopak pun jadi enggan pulang, padahal Gibran sudah ajak pulang dari tadi. Jarum jam di lengannyaa sudah tunjukan pukul 00.15.“Bentar lagi broe, ini sih aseek pakai bingit,” mata Bopak tak lepas dari atraksi di depannya. Remaja ini benar-benar tak menyangka melihat pemandangan yang bikin jakunnya naik tak beraturan.Sebagai orang desa yang baru pertama kalinya ke kota, Bopak benar-benar tak menyangka menemukan tontonan yang sangat mengasekan ini, hingga dia enggan buru-buru pulang.Gibran pun terpaksa mengalah dan dia kini duduk di kursi dan membiarkan Bopak terus berada di bibir panggung.Untuk menatap lekat-lekat para penari striptease berlenggang-lenggok tanpa busana di atas panggung ini dan kadang turun ke penonton, Bopak tentu saja tak melewatkan kesempatan ini.Tapi dia kaget saat di mintai uang oleh penari striptease itu. Bopak tak kehilangan akal, dia buru-buru menemui Gibran dan minta duit.“Udah achh!! Buat apa buang-buang duit hanya untuk pegang me
“Boleh aku ikut kalian malam ini, apakah kalian nginap di hotel, oh ya namaku Melisa,” wanita cantik inipun sebutkan namanya.“Gibran..!” sahut Gibran pendek.“Aku Bopak Alehandro!” nyolot Bopak, Melisa langsung senyum dengar nama lengkap Bopak, yang mirip nama-nama orang Amerika Latin.Padahal Bopak asli Indonesia, nggak ada campuran-campurannya.“Kami nggak di hotel, tapi di apartemen!” kembali Bopak bersuara, sambil mendekatkan wajahnya di antara Melisa dan Gibran yang kini jalankan mobilnya ke arah jalan raya yang lancar, karena sudah tengah malam.“Ngga papa, bagus lagi, aku tak bisa pulang ke kos, udah malam soalnya!” Melisa pun apa adanya bilang dia tingal ngekos dan tempat kosnya agak ketat, pulang di atas jam 10 malam pagar akan di gembok. “Melisa gimana ceritanya kamu sampai mau di jual?” kali ini Gibran yang bertanya.“Ceritanya gini, aku kan di ajak temanku ke pub itu, awalnya aku ini butuh uang, untuk bayar kosan dan juga bayar UKT. Nah, temanku bilang, mau nggak ke pub
Melisa lalu buru-buru sebut, uang UKT nya 11 juta dan uang kosannya perbulannya 1 juta dan kini dia sudah telat 1 bulan membayarnya. Si pemilik kos sudah bawel menagih, dan mengancam kalau sampai 2 bulan tak bayar, maka akan di usir.Rasa penasaran lah yang membuat Gibran menganggukan kepala. Dia tanpa ragu transfer 15 juta ke rekening Melisa.Melihat laporan banking, yang tandanya uang sudah masuk, Melisa lalu tarik Gibran ke kamar remaja ini. Klik…menguncinya dari dalam.Gibran di mintanya duduk di ranjang, lalu pelan-pelan Melisa membuka kimononya. Bola mata Gibran melotot saking senangnya melihat Melisa membuka kimononya ini dengan gaya pelan di depan hidungnya.Kini tersembullah dua bukit yang sangat membusung, Gibran ingat payudara Renita tak sebesar milik Melisa saat ini. Lidahnya kelu, jakunnya makin turun naik tak beraturan.Pelan tapi pasti kimono ini melorot pelan-pelan ke bawah dan kini terpampang jelaslah sebuah hutan tipis yang sangat rapi.Lagi-lagi Gibran melongo, kala
Tanpa banyak cincong, krah baju belakang Gibran di tarik salah seorang berbadan kekar, Gibran tak sempat lagi menghindar. Brakkkk…tubuh kurus kokoh Gibran terjatuh dan menimpa meja kursi, kala tubuhnya di lempar ke samping.Sakit bukan main, Gibran terkaget-kaget!Tamara berteriak kaget melihat kekasihnya jumpalitan begitu. Gibran yang tak menyangka akan dihajar sedemikian rupa, marah bukan main.Gibran langsung bergulingan, masih dengan seragam sekolahnya, Gibran buru-buru bangkit. Beberapa pengunjung kafe berhamburan keluar dari tempat ini, takut terimbas.“Bangsat, kalian cari masalah denganku!” dengus Gibran murka bukan main, wajah tampannya memerah saking murka-nya.Lalu tanpa menunggu di serang, Gibran serang balik orang yang tadi melemparnya. Ke empat rekannya rupanya tak tinggal diam. Mereka langsung mengeroyok Gibran.Bughh..buggghh..plakkk..plakk…adu tendangan dan pukulan tak terelakan. Gibran terpaksa kerahkan semua kemampuannya. Tapi kali ini dia kecele, musuhnya rupanya a
“Jangan…tak perlu Bopak, kita serahkan ke polisi, nanti kita cari info, siapa mereka itu dan kelak kita lakukan pembalasan!” cegah Gibran, hingga Bopak yang terlanjur emosi bisa reda.Tanpa mereka sadari, Gibran sudah di dapuk sebagai 'pimpinan', sehingga apapuun titahnya di dengar ke 3 sahabatnya ini.Apalagi soal biaya hidup, ketiga selalu di subsidi Gibran, bahkan ketiganya dibelikan Gibran masing-masing sebuah motor sport. Kecuali Ramon yang minta jenis bebek matic, sesuai jiwanya yang 50% wanita. Mereka tak pernah bertanya, kenapa kran uang Gibran tak pernah ada habis-habisnya..!Gibran tentu saja tak ingin sahabat-sahabatnya ini tahu siapa dia sesungguhnya. Datang ke sana sama saja dengan buka kedok dirinya.**Rachel menatap tajam wajah anaknya ini, matang biru masih belum sembuh, Gibran terpaksa pulang setelah ibunya marah, gara-gara sudah 3 hari Gibran tak pulang-pulang ke rumah.“Hmm…kamu tawuran yaa…?” suara Rachel tetap lembut, tapi matanya tajam menusuk.Tommy hanya diam
Sebulan kemudian, Gibran yang sudah sembuh matang birunya sudah bersiap bikin perhitungan dengan Riwan cs, yakni sepulang dari eskul.“Kita akan cegat mereka di sebuah jalan yang sepi, biasanya mereka sering lewat sana dan nongki di sebuah kafe yang terdapat di situ,” bisik Gibran.“Aduhh nekkk kalian mau berantem yaa! Dyeeeehh jangan main bunuh ya nekk, eike takut kalian masuk penjarongg… eh penjara!” Ramon klepek-klepek ketakutan.“Udah kamu nggak usah ikut, kamu langsung aja pulang, cuci kaki dan tidur!” ejek Hilman.“Dyeeeh si black, baru juga beberapa bulan berlatih udah sok jagoan, entar bonyok baru tau rasa loh, beda ye dengan si Gib-gib dan si Bopak!” ejek Ramon, Hilman hanya nyengir doank.Tapi bukannya pulang, Ramon malah diam-diam ikutin Gibran, Bopak dan Hilman saat ke 3 orang remaja ini menuju ke sebuah tempat yang jadi kelewatan Riwan cs.Begitu sampai di tempat yang Gibran maksud, ketiga remaja ini malah melongo, terlihat ada tawuran di sana dan Riwan cs terlihat di ker