Roy ternyata hanya bilang lusa akan main ke kantor Rachel, lalu berbisik pelan. Tapi Rachel langsung menggeleng, tanda menolak halus ajakan pria tampan ini.Pria tajir melintir dan jadi pujaan ratusan wanita cantik ini agak kecewa, Rachel juga menolak cipika-cipiki. Si jelita malah langsung ke mobilnya yang stanby dari tadi.Roy hanya bisa menatap kepergian Rachel dengan berbagai pikiran, baru kali ini dia harus menelan pil pahit dan agaknya harus berjuang keras untuk dapatkan hati wanita jelita ini.Mood Rachel lagi jelek, pertemuan yang tak di sangka-sangka dengan Tommy penyebabnya.Roy tadi mengajaknya ke sebuah pub super mewah yang romantis di tolaknya mentah-mentah. Walaupun tetap gunakan bahasa yang sopan.“Hmmm kemana sih dia menghilang, kenapa tak langsung saja ke rumah menemuiku, kenapa harus di sini,” batin Rachel heran sendiri, sekaligus gemes.Bayangan Roy, apalagi bayangan Olly lenyap dari otaknya, sepanjang jalan yang jadi bahan pikirannya hanya Tommy saja.Sampai di rum
“Jadi…benar kalau Rachel ini udah...janda?” Roy bertanya saat mereka makan malam romantis di sebuah restoran mewah di Singapura.Rachel mengangguk sambil melempar senyum kecilnya. Dia justru berharap Roy urungkan niatnya untuk mengajak lebih serius.Rachel inginnya hubungan mereka hanya bisnis semata, tanpa embel-embel asmara.Tapi harapan Rachel pupus. Roy dengan antusias malah minta izin berkunjung ke rumah Rachel, dia ingin kenalan dengan Gibran dan Masri, kedua anaknya.Sesaat Rachel terdiam, tak menyangka pria tajir melintir dan tampan ini tetap ngotot ingin kejar dirinya.“Aku suka anak kecil…!” sahut Roy apa adanya. Rachel sesaat bingung cari alasan.“Hmm…aneh, sangat aneh, pa Roy masih muda, ganteng dan uang tak berseri, masa kejar seorang janda dan miliki dua anak? Kenapa tak cari wanita yang singel dan kamu bikin anak sendiri?”Rachel masih bersiasat dan berharap alasannya bisa di terima Roy. Tapi di sisi lain, layaknya wanita, kepo juga ingin tahu kenapa Roy tetap ngotot ke
Saat Rachel berbalik, wajah tua kebapakan dan tenang menatanya lembut dan mengajaknya duduk ke kursi tamu, di mana tadi Tommy duduk dan di usirnya. “Kamu pintar sekali, tetap bersembunyi. Papa senang, kamu lebih cerdik dari si Tommy.” Berbeda saat bicara dengan Tommy dengan intonasi tinggi, terhadap Rachel berbeda 180 derajat, lembut sekali. Inilah yang bikin Rachel makin hormat pada mertuanya. “Pah…Rachel sebaiknya mundur saja, biarkan Abang Tommy yang lanjutkan ini..?” Ucapan Rachel ini bikin kaget Purnomo, juga Tante Reni yang duduk bergabung. “Tidak, kamu selesaikan apa yang sudah kita rencanakan. Jangan pedulikan Tommy, biarkan dia sadar sendiri. Tu anak harus belajar mulai kini, jangan lagi bersikap kekanak-kanakan. Dia sudah tua, sudah punya cucu, harusnya dia sadar diri..!” tegas suara Purnomo, saat menatap Rachel. “Iya Rachel, kamu sudah sampai sejauh ini bertindak, teruskan. Mama dan papa akan tetap mendukung apapun yang kamu lakukan.” kali ini Tante Reni ikut nimbrung.
Rachel berhenti melangkah, dia pun berpaling. “T-tolong jangan kasih tahu kakek dan nenekku…apalagi papa!”Rachel mengangguk. “Istirahatlah Gita, aku pulang dulu, kasian ibuku, Gibran, Masri juga Bella dan Dyan di rumah, aku tak biasa pulang telat!”“Rachel…jenguklah aku!” Gita menatap sayu wajah sahabatnya ini.Rachel melihat mata Gita seolah menyiratkan dirinya jangan meninggakan sahabatnya ini di saat terpuruk.Rachel kembali mengangguk, lalu benar-benar keluar dari ruangan ini dan pulang dari rumah sakit tersebut.Sebelum benar-benar pergi dari rumah sakit ini, Rachel memberi sebuah perintah buat kedua bodyguardnya ini, keduanya langsung mengangguk.Sampai di rumah Rachel heran melihat Gibran, Masri dan Dyan aseek makan sesuatu. “Mama pulangggg…!” teriak Masri dan bocah yang baru belajar jalan ini menghal menghol menyambut Rachel.Yang kasian Dyan, bocah yang tak memiliki kaki ini bergulingan ikut menyambut Rachel yang disebutnya nenek muda.Rachel langsung gantian menciumi ketiga
Setelah berkata begitu, Rachel beri kode agar si Kombes dan anak buahnya segera bawa Olly keluar dari ruangan mewah ini. Inilah kehebatan Rachel, yang kini punya link kuat di kepolisian, sehingga siasat jitunya mampu muluskan aksinya. Olly berteriak-teriak keluarkan sumpah serapahnya serta ancaman dia keluarkan ke Rachel. "Awasss kamu pelacurrrr...!" teriak Olly histeris. Tapi wanita jelita ini tak peduli, dia malah duduk tenang di kursi yang selama ini jadi kursi kerja Olly. Rachel panggil bodyguardnya yang langsung mengangguk paham, tak lama masuklah dua petugas kebersihan. “Kalian singkirkan semua benda-benda milik si Olly ini, bakar semua!” perintah Rachel dingin, sambil berdiri dan mencopot foto Olly dari dinding dan melemparnya ke lantai dengan rasa jijik. Rachel juga merasa jijik dengan sofa tamu panjang yang tadi dipakai Olly bercumbu tadi, Rachel minta sofa mahal ini di bakar. "Sial ni ruangan di pakai maksiat!" sungut Rachel sambil menatap petugas kebersihan angkat sof
Rachel menyenderkan punggungnya ke jok kursi empuknya. Capek melanda fisiknya, bukan pekerjaan gampang membenahi perusahaan ber asset jombo ini.Rachel yang istirahat terpaksa kembali turun tangan, Tommy belum juga menampakan batang hidungnya.Gita belum apa-apa sudah bilang tak sanggup ambil alih kendali Harnady Group. Sedangkan Purnomo sudah merasa sepuh, dia ingin istirahat sambil ngemong cucu dan cicitnya.Purnomo tetap minta Rachel kendalikaan perusahaan ini sampai Tommy muncul kembali."Tak ada yang bisa selain kamu, lanjutkan saja sampai Tommy datang dan kelak ambil alih perusahaan ini. Walaupun papa lebih suka kamu selamanya kendalikan perusahaan ini," cetus Purnomo blak-blakan.Mau tak mau Rachel terpaksa kembali benahi perusahaan besar ini. Dia pun putuskan pindah dari kantor Harnady Industries ke kantor Harnady Group.Bukan angka yang sedikit pegawainnya di sini, hampir 4X lipat dari jumlah pegawai dibandingkan kantor sebelumnya.Rachel minta Tito handle perusahaan sebelumn
“Saya…sedang diet pa Roy!” sahut Rachel singkat.Roy langsung menatap body Rachel yang seolah masih remaja. Hampir tak percaya awalnya pria ini, Rachel sudah miliki dua anak. Body Rachel benar-benar terawat,“Hmm…mata kamu itu sudah buktikan siapa kamu sesungguhnya?” batin Rachel yang sudah eneg dengan sifat kasar pria ini.Lagi-lagi dia teringat Tommy, suaminya itu walaupun mantan playboy akut, Tapi pandangannya tak seperti yang Roy perlihatkan saat ini.'Tommy pria berkelas dan tak rendahan memandang seorang wanita' pikir Rachel membandingkan. Acara makan siang yang awalnya bagi Roy bisa ambil hati wanita ini berubah jadi tak nyaman. Tanpa basa-basi usai makan, Rachel ajak Roy balik lagi.Saat menunggu mobil di parkiran, tak sengaja mata Rachel menatap Doni yang saat itu berjalan lunglai, keluar dari restoran mewah ini dari pintu samping.“Kenapa dia, kok pulang cepat dan pakaiannya juga ganti..?” batin Rachel bingung sendiri. Tapi akal cerdik Rachel jalan. Dia menatap Roy yang ter
Rachel menatap pilu ruang kerjanya, dia meletakan sebuah surat yang di tujukan ke Gita, anak sambung sekaligus sahabatnya di atas meja kerjanya.Hari ini Rachel putuskan mundur sebagai Presdir Harnady Group dan minta Gita ambil alih perusahaan papa-nya ini.Walaupun selalu berpenampilan anggun dan sengaja terlihat sinis, Rachel hampir tak bisa menahan sedihnya.Rachel sengaja tak mau berpamitan dengan pegawainya, dia tak ingin mereka kaget dan syok.Keputusan besar berhenti sebagai Presiden Direktur Harnady Group tak bisa dia tunda lagi. Rachel sudah menyusun sebuah rencana sendiri bersama ke dua anaknya Gibran dan Masri.Bu Sumi pun awalnya tak tahu menahu apa rencana anaknya ini.“Biarlah nanti bunda tetap di rumah besar itu, kasian Dyan kalau ibu ikut.” batin Rachel pilu sambil melangkah keluar dari ruang kerja mewahnya.Dyan selama ini dekat dengan bu Sumi, apalagi Bella mulai sibuk sebagai perancang busana yang sedang naik daun.Begitu sampai di rumah, Rachel sempat ragu saat mel