Saat Rachel berbalik, wajah tua kebapakan dan tenang menatanya lembut dan mengajaknya duduk ke kursi tamu, di mana tadi Tommy duduk dan di usirnya. “Kamu pintar sekali, tetap bersembunyi. Papa senang, kamu lebih cerdik dari si Tommy.” Berbeda saat bicara dengan Tommy dengan intonasi tinggi, terhadap Rachel berbeda 180 derajat, lembut sekali. Inilah yang bikin Rachel makin hormat pada mertuanya. “Pah…Rachel sebaiknya mundur saja, biarkan Abang Tommy yang lanjutkan ini..?” Ucapan Rachel ini bikin kaget Purnomo, juga Tante Reni yang duduk bergabung. “Tidak, kamu selesaikan apa yang sudah kita rencanakan. Jangan pedulikan Tommy, biarkan dia sadar sendiri. Tu anak harus belajar mulai kini, jangan lagi bersikap kekanak-kanakan. Dia sudah tua, sudah punya cucu, harusnya dia sadar diri..!” tegas suara Purnomo, saat menatap Rachel. “Iya Rachel, kamu sudah sampai sejauh ini bertindak, teruskan. Mama dan papa akan tetap mendukung apapun yang kamu lakukan.” kali ini Tante Reni ikut nimbrung.
Rachel berhenti melangkah, dia pun berpaling. “T-tolong jangan kasih tahu kakek dan nenekku…apalagi papa!”Rachel mengangguk. “Istirahatlah Gita, aku pulang dulu, kasian ibuku, Gibran, Masri juga Bella dan Dyan di rumah, aku tak biasa pulang telat!”“Rachel…jenguklah aku!” Gita menatap sayu wajah sahabatnya ini.Rachel melihat mata Gita seolah menyiratkan dirinya jangan meninggakan sahabatnya ini di saat terpuruk.Rachel kembali mengangguk, lalu benar-benar keluar dari ruangan ini dan pulang dari rumah sakit tersebut.Sebelum benar-benar pergi dari rumah sakit ini, Rachel memberi sebuah perintah buat kedua bodyguardnya ini, keduanya langsung mengangguk.Sampai di rumah Rachel heran melihat Gibran, Masri dan Dyan aseek makan sesuatu. “Mama pulangggg…!” teriak Masri dan bocah yang baru belajar jalan ini menghal menghol menyambut Rachel.Yang kasian Dyan, bocah yang tak memiliki kaki ini bergulingan ikut menyambut Rachel yang disebutnya nenek muda.Rachel langsung gantian menciumi ketiga
Setelah berkata begitu, Rachel beri kode agar si Kombes dan anak buahnya segera bawa Olly keluar dari ruangan mewah ini. Inilah kehebatan Rachel, yang kini punya link kuat di kepolisian, sehingga siasat jitunya mampu muluskan aksinya. Olly berteriak-teriak keluarkan sumpah serapahnya serta ancaman dia keluarkan ke Rachel. "Awasss kamu pelacurrrr...!" teriak Olly histeris. Tapi wanita jelita ini tak peduli, dia malah duduk tenang di kursi yang selama ini jadi kursi kerja Olly. Rachel panggil bodyguardnya yang langsung mengangguk paham, tak lama masuklah dua petugas kebersihan. “Kalian singkirkan semua benda-benda milik si Olly ini, bakar semua!” perintah Rachel dingin, sambil berdiri dan mencopot foto Olly dari dinding dan melemparnya ke lantai dengan rasa jijik. Rachel juga merasa jijik dengan sofa tamu panjang yang tadi dipakai Olly bercumbu tadi, Rachel minta sofa mahal ini di bakar. "Sial ni ruangan di pakai maksiat!" sungut Rachel sambil menatap petugas kebersihan angkat sof
Rachel menyenderkan punggungnya ke jok kursi empuknya. Capek melanda fisiknya, bukan pekerjaan gampang membenahi perusahaan ber asset jombo ini.Rachel yang istirahat terpaksa kembali turun tangan, Tommy belum juga menampakan batang hidungnya.Gita belum apa-apa sudah bilang tak sanggup ambil alih kendali Harnady Group. Sedangkan Purnomo sudah merasa sepuh, dia ingin istirahat sambil ngemong cucu dan cicitnya.Purnomo tetap minta Rachel kendalikaan perusahaan ini sampai Tommy muncul kembali."Tak ada yang bisa selain kamu, lanjutkan saja sampai Tommy datang dan kelak ambil alih perusahaan ini. Walaupun papa lebih suka kamu selamanya kendalikan perusahaan ini," cetus Purnomo blak-blakan.Mau tak mau Rachel terpaksa kembali benahi perusahaan besar ini. Dia pun putuskan pindah dari kantor Harnady Industries ke kantor Harnady Group.Bukan angka yang sedikit pegawainnya di sini, hampir 4X lipat dari jumlah pegawai dibandingkan kantor sebelumnya.Rachel minta Tito handle perusahaan sebelumn
“Saya…sedang diet pa Roy!” sahut Rachel singkat.Roy langsung menatap body Rachel yang seolah masih remaja. Hampir tak percaya awalnya pria ini, Rachel sudah miliki dua anak. Body Rachel benar-benar terawat,“Hmm…mata kamu itu sudah buktikan siapa kamu sesungguhnya?” batin Rachel yang sudah eneg dengan sifat kasar pria ini.Lagi-lagi dia teringat Tommy, suaminya itu walaupun mantan playboy akut, Tapi pandangannya tak seperti yang Roy perlihatkan saat ini.'Tommy pria berkelas dan tak rendahan memandang seorang wanita' pikir Rachel membandingkan. Acara makan siang yang awalnya bagi Roy bisa ambil hati wanita ini berubah jadi tak nyaman. Tanpa basa-basi usai makan, Rachel ajak Roy balik lagi.Saat menunggu mobil di parkiran, tak sengaja mata Rachel menatap Doni yang saat itu berjalan lunglai, keluar dari restoran mewah ini dari pintu samping.“Kenapa dia, kok pulang cepat dan pakaiannya juga ganti..?” batin Rachel bingung sendiri. Tapi akal cerdik Rachel jalan. Dia menatap Roy yang ter
Rachel menatap pilu ruang kerjanya, dia meletakan sebuah surat yang di tujukan ke Gita, anak sambung sekaligus sahabatnya di atas meja kerjanya.Hari ini Rachel putuskan mundur sebagai Presdir Harnady Group dan minta Gita ambil alih perusahaan papa-nya ini.Walaupun selalu berpenampilan anggun dan sengaja terlihat sinis, Rachel hampir tak bisa menahan sedihnya.Rachel sengaja tak mau berpamitan dengan pegawainya, dia tak ingin mereka kaget dan syok.Keputusan besar berhenti sebagai Presiden Direktur Harnady Group tak bisa dia tunda lagi. Rachel sudah menyusun sebuah rencana sendiri bersama ke dua anaknya Gibran dan Masri.Bu Sumi pun awalnya tak tahu menahu apa rencana anaknya ini.“Biarlah nanti bunda tetap di rumah besar itu, kasian Dyan kalau ibu ikut.” batin Rachel pilu sambil melangkah keluar dari ruang kerja mewahnya.Dyan selama ini dekat dengan bu Sumi, apalagi Bella mulai sibuk sebagai perancang busana yang sedang naik daun.Begitu sampai di rumah, Rachel sempat ragu saat mel
“Gibran, kamu ke warung ya, beli gula, garam sama bawang juga beras, nih catatan dan uangnya. Nanti minta tolong paman warung-nya bawakan barang belanjaannya itu yaa!”“Iya Mah,” tanpa membantah Gibran pun berangkat. Tapi baru saja sampai di teras dia kaget.“P-papa…?” serunya kaget.“Sssttt…jangan keras-keras, nanti mama kamu dengar, kamu mau kemana Gibran?” bisik Tommy sambil jongkok menarik tangan Gibran.Gibran pun berbisik, Tommy mengangguk dan menggandeng tangan Gibran, mereka berdua berbelanja ke warung.Gibran yang sejak dari Jakarta murung, kini melonjak-lonjak kegirangan, papa nya muncul tiba-tiba.Melihat catatan belanjaan itu, Tommy tambahkan dua kali lipat dan di bayarnya semua. Kini dengan santainya dia pinjam gerobak, karena belanjaan ini sangat banyak.“Waah kita pesta dong hari ini pah?”“Iya, hari ini kita pesta, kita bikin mama sibuk di dapur.” Sahut Tommy yang bahagia melihat anaknya ini riang gembira, sambil dorong gerobak yang penuh dengan sembako ini.Timbullah
Rachel kali ini bukan lagi menyindir, tapi blak-blakan mengatakan tak suka penampilan Tommy yang acak-acakan, walaupun cambang bauknya sudah di pangkas.Tommy langsung jalan dan meminta anaknya tak usah keluar rumah, saat melihat Tommy yang buru-buru keluar rumah. Rachel senyum sendiri.“Huhh dasar, kalau nggak di bilangin nggak nyadar penampilan berantakan begitu,” batin Rachel yang terus senyum-senyum sendiri, sambil melihat punggung Tommy berjalan menuju pintu.Tommy kini jalan dengan berbagai pikiran, dia sempat pegang rambutnya yang agak panjang dan mencium tangannya memang benar bau apak.Saat itulah dia melihat seorang tukang cukur yang baru buka lapak. Tanpa buang waktu Tommy singgah.“Rapikan pak!” Tommy duduk langsung nemplok saja.Baru kali ini Tommy cukur di tukang cukur biasa, dulu dia terbiasa di salon mewah dengan AC dingin, dilayani penuh kehormatan sang pemilik salon langsung yang jadi langganannya.Saat memegang rambut Tommy, si tukang cukur tertawa kecil dan minta T