“Gibran, kamu ke warung ya, beli gula, garam sama bawang juga beras, nih catatan dan uangnya. Nanti minta tolong paman warung-nya bawakan barang belanjaannya itu yaa!”“Iya Mah,” tanpa membantah Gibran pun berangkat. Tapi baru saja sampai di teras dia kaget.“P-papa…?” serunya kaget.“Sssttt…jangan keras-keras, nanti mama kamu dengar, kamu mau kemana Gibran?” bisik Tommy sambil jongkok menarik tangan Gibran.Gibran pun berbisik, Tommy mengangguk dan menggandeng tangan Gibran, mereka berdua berbelanja ke warung.Gibran yang sejak dari Jakarta murung, kini melonjak-lonjak kegirangan, papa nya muncul tiba-tiba.Melihat catatan belanjaan itu, Tommy tambahkan dua kali lipat dan di bayarnya semua. Kini dengan santainya dia pinjam gerobak, karena belanjaan ini sangat banyak.“Waah kita pesta dong hari ini pah?”“Iya, hari ini kita pesta, kita bikin mama sibuk di dapur.” Sahut Tommy yang bahagia melihat anaknya ini riang gembira, sambil dorong gerobak yang penuh dengan sembako ini.Timbullah
Rachel kali ini bukan lagi menyindir, tapi blak-blakan mengatakan tak suka penampilan Tommy yang acak-acakan, walaupun cambang bauknya sudah di pangkas.Tommy langsung jalan dan meminta anaknya tak usah keluar rumah, saat melihat Tommy yang buru-buru keluar rumah. Rachel senyum sendiri.“Huhh dasar, kalau nggak di bilangin nggak nyadar penampilan berantakan begitu,” batin Rachel yang terus senyum-senyum sendiri, sambil melihat punggung Tommy berjalan menuju pintu.Tommy kini jalan dengan berbagai pikiran, dia sempat pegang rambutnya yang agak panjang dan mencium tangannya memang benar bau apak.Saat itulah dia melihat seorang tukang cukur yang baru buka lapak. Tanpa buang waktu Tommy singgah.“Rapikan pak!” Tommy duduk langsung nemplok saja.Baru kali ini Tommy cukur di tukang cukur biasa, dulu dia terbiasa di salon mewah dengan AC dingin, dilayani penuh kehormatan sang pemilik salon langsung yang jadi langganannya.Saat memegang rambut Tommy, si tukang cukur tertawa kecil dan minta T
Tommy dan Rachel duduk berhadapan dengan Purnomo, di sisinya duduk Notaris Sanjaya. Hari ini Purnomo akan bacakan wasiatnya, tapi sengaja di wakilkan ke Sanjaya.Purnomo menatap anak dan menantunya bergantian, lalu menghela nafas panjang dan melirik Gibran serta Masri yang aseek berceloteh dengan neneknya, Tante Reni.Setelah membaca poin-poin undang-undangnya, sampailah ke pokok inti dari wasiat ini.“Saya atas nama Purnomo Harnady, dengan ini mewariskan harta ini pada Rachel Andriana Harnady.”Sanjaya menarik nafas panjang sebentar, wajah Tommy terlihat tanpa ekspresi.Rachel hanya menunduk…!“Selanjutnya, selama Rachel Andriana masih hidup dan jadi istri Tommy Harnady, maka seluruh harta dan aset perusahaan menjadi tanggung jawabnya. Tapi apabila bercerai, maka seluruh harta dan aset perusahaan akan di bagi rata untuk Gita, Isabella, Gibran dan Masri..!”Rachel terhenyak, kalau begini caranya, artinya…suaminya tak dapat apa-apa. Rasa iba langsung menyergapnya. Tommy sama sekali tak
5 Bulan kemudian…!Tommy merapikan dasinya, tapi tak rapi-rapi, Rachel terlihat sibuk merapikan pakaian Gibran yang hari ini akan masuk taman kanak-kanak untuk pertama kalinya.Tommy tersenyum sendiri melihat Rachel sangat sibuk pagi ini, begitu masuk kamar, Tommy langsung memeluk tubuh harum istrinya.“Sayang, buat apa kita gaji babysiter kalau tugasnya kamu ambil alih, rapikan dasi papa!” bisik Tommy mesra.“Hmm…tadi malam sudah dua ronde, pagi ini nge-layani lagi, capek banget mama!” tapi tangan lentik Rachel langsung rapikan dasi suaminya.“Siapa suruh badan kamu montok begitu, wajar donk papa minta terus!” canda Tommy nakal sambil meremas dada istrinya. Rachel langsung mencubit hidung suaminya dan kembali mereka berciuman mesra.Trakkk...Rachel dan Tommy kaget, kereta dorong mendobrak pintu kamar mereka, dua wajah mungil dan tampan dengan gigi ompong kedua-duanya tertawa ceria.“Ooo…papa mama, mela (mesra) telus, capeeek dehh, ayoo Dyan kita jalan lagi. Papa dan mama mau bikinkan
Rachel memanggil dua bodyguardnya yang kini di perbantukan di kantor suaminya. Mereka tentu saja langsung datang.Apalagi kini sudah tahu kalau Rachel adalah nyonyah tuan besar Tommy Harnady. Sang CEO yang kembali pimpin perusahaan besar ini.“Kalian dapat tugas, lihat video ini?” Rachel perlihatkan video, saat Nikita datang dengan anaknya.Tanpa bertanya, keduanya langsung melihat dan menontonnya sampai habis."Apa tugas kamu nonyah besar?" tanya salah satu bodyguard."Kalian cari tahu di mana dia tinggal, juga awasi siapa-siapa saja rekan-rekannya, atau teman-temannya.""Siap laksanakan nyonyah besar!" sahut keduanya sambil beri hormat. Setelah itu Rachel pun memberi perintah ini dan itu, keduanya mengangguk paham. “Paling lama 5 hari, kalian sudah harus tahu siapa wanita ini, paham!”“Siap, paham nyonyah besar!”keduanya lalu permisi dan sudah paham apa misi atau tugas mereka saat ini.“Hmm…kita lihat saja kelak, bagaimana kesudahannya…!” gumam Rachel sambil menonton Dyan yang ase
Rachel bersikap biasa saja saat Tommy pulang ngantor, diapun tetap mesra melayani Tommy yang terlihat capek, dan memijiti bahu suaminya yang biasanya berakhir rambut basah di sore hari.Walupun sudah 5 bulan bersama dan hubungan suami istri lancar, tapi Rachel belum juga hamil hingga kini.“Apa karena efek dietku dulu yaa, hingga rahimku kini sulit di buahi?” batin Racehl heran sendiri.Tommy sendiri tak permasalahkan Rachel belum hamil lagi, baginya dengan adanya Gibran dan Masri, di tambah Dyan, sudah cukup hibur hatinya kalau suntuk.Ketiga bocah ini bak obat mujarab bagi Tommy, di tambah istri jelitanya."Apalagi yang aku cari? Anak-anak yang tampan, cucu yang punya bakat luar biasa walaupun tapadaksa juga istriku yang tak kalah hebat, malah lebih hebat dari Devina," batin Tommy, yang kini baru nyesel kenapa dia sempat kumat jadi nakal lagi. Apalagi Gita 3 bulanan lagi akan naik pelaminan dengan kekasih barunya dan mau menerima dia apa adanya, tak permasalahkan masalalunya yang k
Sampai isoknya, belum juga Gibran pulang, Rachel sudah memerah matanya mengingat anak sulungnya yang tak pulang-pulang hingga kini. Dia sampai tak bisa tidur satu malaman mengingat anak sulungnya ini.Hiburan Gita, Bella dan bu Sumi sedikit meredakan hatinya yang galau. Tommy walaupun galau tak terkira, tapi dia bisa menutupi kegelisahannya, agar semuanya bisa tenang.Kenangan kematian Dyan, anak laki-lakinya dengan istri pertamanya sempat mengelayut di hatinya, hingga Tommy sebenarnya tak kalah galaunya.Tapi bagaimana bisa tenang, Gibran dan Owan sopirnya sama-sama belum ada kabar sejak kemarin siang dan kini sudah siang lagi, yang artinya Gibran sudah hilang 1X24 jam."Apakah Gibran di culik?' batin Tommy.Kombes Sutomo datang setelah di telpon Tommy dan dia sudah menduga kalau Gibran di culik! Mata-matanya (aparatnya) sudah di sebar kemana-mana.“Ibu dan bapak Harnady tenang saja, kami akan berusaha melacak kemana hilangnya tuan muda Gibran dan sopirnya, semua CCTV sedang kami la
Sampai di Tangerang, Rachel minta sopirnya berhenti, dia menunggu instruksi dari para penculik. Hatinya gelisah bukan main. Rachel tak masalah hilang uang, asalkan anaknya tak kenapa-kenapa. Kalau dalam kondisi begini, dia seperti kehilangan akal sehat, terlalu mengkhawatirkan anaknya ini.Tak sampai 15 menitan, ponselnya berbunyi dan Rachel di minta jalan terus menuju ke daerah Gunung Sindur.Mobilnya pun kini jalan lagi, tapi Rachel sudah rada curiga, saat melihat ada sebuah motor yang kini mengikuti mobilnya.Namun Rachel tetap bersikap tenang dan dia tak begitu khawatir, karena Tommy dan Kombes Sutomo sudah janji, akan terus kawal mobilnya dari jarak yang tak begitu kentara.Ponselnya kini bunyi lagi dan Rachel di minta menuju ke sebuah jalan perkampungan yang sepi dan di minta berhenti di depan sebuah pematang sawah yang ada gubuknya.Begitu mobil Rachel berhenti dari gubuk itu keluar dua orang laki-laki, dan mereka memerintahkan Rachel dan sopirnya segera keluar dari mobil ini.