Rachel menyenderkan punggungnya ke jok kursi empuknya. Capek melanda fisiknya, bukan pekerjaan gampang membenahi perusahaan ber asset jombo ini.Rachel yang istirahat terpaksa kembali turun tangan, Tommy belum juga menampakan batang hidungnya.Gita belum apa-apa sudah bilang tak sanggup ambil alih kendali Harnady Group. Sedangkan Purnomo sudah merasa sepuh, dia ingin istirahat sambil ngemong cucu dan cicitnya.Purnomo tetap minta Rachel kendalikaan perusahaan ini sampai Tommy muncul kembali."Tak ada yang bisa selain kamu, lanjutkan saja sampai Tommy datang dan kelak ambil alih perusahaan ini. Walaupun papa lebih suka kamu selamanya kendalikan perusahaan ini," cetus Purnomo blak-blakan.Mau tak mau Rachel terpaksa kembali benahi perusahaan besar ini. Dia pun putuskan pindah dari kantor Harnady Industries ke kantor Harnady Group.Bukan angka yang sedikit pegawainnya di sini, hampir 4X lipat dari jumlah pegawai dibandingkan kantor sebelumnya.Rachel minta Tito handle perusahaan sebelumn
“Saya…sedang diet pa Roy!” sahut Rachel singkat.Roy langsung menatap body Rachel yang seolah masih remaja. Hampir tak percaya awalnya pria ini, Rachel sudah miliki dua anak. Body Rachel benar-benar terawat,“Hmm…mata kamu itu sudah buktikan siapa kamu sesungguhnya?” batin Rachel yang sudah eneg dengan sifat kasar pria ini.Lagi-lagi dia teringat Tommy, suaminya itu walaupun mantan playboy akut, Tapi pandangannya tak seperti yang Roy perlihatkan saat ini.'Tommy pria berkelas dan tak rendahan memandang seorang wanita' pikir Rachel membandingkan. Acara makan siang yang awalnya bagi Roy bisa ambil hati wanita ini berubah jadi tak nyaman. Tanpa basa-basi usai makan, Rachel ajak Roy balik lagi.Saat menunggu mobil di parkiran, tak sengaja mata Rachel menatap Doni yang saat itu berjalan lunglai, keluar dari restoran mewah ini dari pintu samping.“Kenapa dia, kok pulang cepat dan pakaiannya juga ganti..?” batin Rachel bingung sendiri. Tapi akal cerdik Rachel jalan. Dia menatap Roy yang ter
Rachel menatap pilu ruang kerjanya, dia meletakan sebuah surat yang di tujukan ke Gita, anak sambung sekaligus sahabatnya di atas meja kerjanya.Hari ini Rachel putuskan mundur sebagai Presdir Harnady Group dan minta Gita ambil alih perusahaan papa-nya ini.Walaupun selalu berpenampilan anggun dan sengaja terlihat sinis, Rachel hampir tak bisa menahan sedihnya.Rachel sengaja tak mau berpamitan dengan pegawainya, dia tak ingin mereka kaget dan syok.Keputusan besar berhenti sebagai Presiden Direktur Harnady Group tak bisa dia tunda lagi. Rachel sudah menyusun sebuah rencana sendiri bersama ke dua anaknya Gibran dan Masri.Bu Sumi pun awalnya tak tahu menahu apa rencana anaknya ini.“Biarlah nanti bunda tetap di rumah besar itu, kasian Dyan kalau ibu ikut.” batin Rachel pilu sambil melangkah keluar dari ruang kerja mewahnya.Dyan selama ini dekat dengan bu Sumi, apalagi Bella mulai sibuk sebagai perancang busana yang sedang naik daun.Begitu sampai di rumah, Rachel sempat ragu saat mel
“Gibran, kamu ke warung ya, beli gula, garam sama bawang juga beras, nih catatan dan uangnya. Nanti minta tolong paman warung-nya bawakan barang belanjaannya itu yaa!”“Iya Mah,” tanpa membantah Gibran pun berangkat. Tapi baru saja sampai di teras dia kaget.“P-papa…?” serunya kaget.“Sssttt…jangan keras-keras, nanti mama kamu dengar, kamu mau kemana Gibran?” bisik Tommy sambil jongkok menarik tangan Gibran.Gibran pun berbisik, Tommy mengangguk dan menggandeng tangan Gibran, mereka berdua berbelanja ke warung.Gibran yang sejak dari Jakarta murung, kini melonjak-lonjak kegirangan, papa nya muncul tiba-tiba.Melihat catatan belanjaan itu, Tommy tambahkan dua kali lipat dan di bayarnya semua. Kini dengan santainya dia pinjam gerobak, karena belanjaan ini sangat banyak.“Waah kita pesta dong hari ini pah?”“Iya, hari ini kita pesta, kita bikin mama sibuk di dapur.” Sahut Tommy yang bahagia melihat anaknya ini riang gembira, sambil dorong gerobak yang penuh dengan sembako ini.Timbullah
Rachel kali ini bukan lagi menyindir, tapi blak-blakan mengatakan tak suka penampilan Tommy yang acak-acakan, walaupun cambang bauknya sudah di pangkas.Tommy langsung jalan dan meminta anaknya tak usah keluar rumah, saat melihat Tommy yang buru-buru keluar rumah. Rachel senyum sendiri.“Huhh dasar, kalau nggak di bilangin nggak nyadar penampilan berantakan begitu,” batin Rachel yang terus senyum-senyum sendiri, sambil melihat punggung Tommy berjalan menuju pintu.Tommy kini jalan dengan berbagai pikiran, dia sempat pegang rambutnya yang agak panjang dan mencium tangannya memang benar bau apak.Saat itulah dia melihat seorang tukang cukur yang baru buka lapak. Tanpa buang waktu Tommy singgah.“Rapikan pak!” Tommy duduk langsung nemplok saja.Baru kali ini Tommy cukur di tukang cukur biasa, dulu dia terbiasa di salon mewah dengan AC dingin, dilayani penuh kehormatan sang pemilik salon langsung yang jadi langganannya.Saat memegang rambut Tommy, si tukang cukur tertawa kecil dan minta T
Tommy dan Rachel duduk berhadapan dengan Purnomo, di sisinya duduk Notaris Sanjaya. Hari ini Purnomo akan bacakan wasiatnya, tapi sengaja di wakilkan ke Sanjaya.Purnomo menatap anak dan menantunya bergantian, lalu menghela nafas panjang dan melirik Gibran serta Masri yang aseek berceloteh dengan neneknya, Tante Reni.Setelah membaca poin-poin undang-undangnya, sampailah ke pokok inti dari wasiat ini.“Saya atas nama Purnomo Harnady, dengan ini mewariskan harta ini pada Rachel Andriana Harnady.”Sanjaya menarik nafas panjang sebentar, wajah Tommy terlihat tanpa ekspresi.Rachel hanya menunduk…!“Selanjutnya, selama Rachel Andriana masih hidup dan jadi istri Tommy Harnady, maka seluruh harta dan aset perusahaan menjadi tanggung jawabnya. Tapi apabila bercerai, maka seluruh harta dan aset perusahaan akan di bagi rata untuk Gita, Isabella, Gibran dan Masri..!”Rachel terhenyak, kalau begini caranya, artinya…suaminya tak dapat apa-apa. Rasa iba langsung menyergapnya. Tommy sama sekali tak
5 Bulan kemudian…!Tommy merapikan dasinya, tapi tak rapi-rapi, Rachel terlihat sibuk merapikan pakaian Gibran yang hari ini akan masuk taman kanak-kanak untuk pertama kalinya.Tommy tersenyum sendiri melihat Rachel sangat sibuk pagi ini, begitu masuk kamar, Tommy langsung memeluk tubuh harum istrinya.“Sayang, buat apa kita gaji babysiter kalau tugasnya kamu ambil alih, rapikan dasi papa!” bisik Tommy mesra.“Hmm…tadi malam sudah dua ronde, pagi ini nge-layani lagi, capek banget mama!” tapi tangan lentik Rachel langsung rapikan dasi suaminya.“Siapa suruh badan kamu montok begitu, wajar donk papa minta terus!” canda Tommy nakal sambil meremas dada istrinya. Rachel langsung mencubit hidung suaminya dan kembali mereka berciuman mesra.Trakkk...Rachel dan Tommy kaget, kereta dorong mendobrak pintu kamar mereka, dua wajah mungil dan tampan dengan gigi ompong kedua-duanya tertawa ceria.“Ooo…papa mama, mela (mesra) telus, capeeek dehh, ayoo Dyan kita jalan lagi. Papa dan mama mau bikinkan
Rachel memanggil dua bodyguardnya yang kini di perbantukan di kantor suaminya. Mereka tentu saja langsung datang.Apalagi kini sudah tahu kalau Rachel adalah nyonyah tuan besar Tommy Harnady. Sang CEO yang kembali pimpin perusahaan besar ini.“Kalian dapat tugas, lihat video ini?” Rachel perlihatkan video, saat Nikita datang dengan anaknya.Tanpa bertanya, keduanya langsung melihat dan menontonnya sampai habis."Apa tugas kamu nonyah besar?" tanya salah satu bodyguard."Kalian cari tahu di mana dia tinggal, juga awasi siapa-siapa saja rekan-rekannya, atau teman-temannya.""Siap laksanakan nyonyah besar!" sahut keduanya sambil beri hormat. Setelah itu Rachel pun memberi perintah ini dan itu, keduanya mengangguk paham. “Paling lama 5 hari, kalian sudah harus tahu siapa wanita ini, paham!”“Siap, paham nyonyah besar!”keduanya lalu permisi dan sudah paham apa misi atau tugas mereka saat ini.“Hmm…kita lihat saja kelak, bagaimana kesudahannya…!” gumam Rachel sambil menonton Dyan yang ase