"Astaghfirulloh."Hanya kalimat itu yang keluar dari bibir Aida ketika semua yang ada di meja itu di sapu bersih tanpa ada alasan yang diberikan oleh orang yang melakukannya.'Aduuh, Sssh, Ya Rob, kakiku sakit, panas.'Namun ada sesuatu di dalam lubuk hati Aida yang mengeluh perih d saat dia menggeser kakinya itu. krssssssHanya Aida yang merasakan di kakinya ada getaran seperti dia menginjak sesuatu dan menjadi remahan sebab berat tubuhnya tak bisa ditopang oleh benda itu.'Sssh, aku menginjak beling. Dingin, ini pasti gelas smoothies tadi. 'Tapi tentu saja Aida yang menggeser kakinya itu tidak menunduk ke bawah untuk melihat sesuatu yang diinjaknya atau mengeluh karena perih.Sesaat tadi di awal, Aida merasakan panas yang terasa sangat panas sekali di kedua kakinya. Jelas panas, karena ketumpahan makanan yang memang baru diturunkan dari kompor. Jadi kebayang rasanya ketika kena guyur air panas itu, kan? Yah, walaupun sudah dalam bentuk cairan yang lebih mengental, sup cream ayam
'Aduh sakit banget, dia benar-benar melempar tubuhku? Haaah, kotor semua pakaianku pasti dan pas di beling. Sssh, tanganku.'Jelas saja Aida mengomel dalam hatinya karena memang dia terjatuh tepat di tumpahan sup tadi. Reiko mendorongnya cukup jauh dari posisi tempat sampah yang ada di ujung ruangan hingga kembali ke tumpahan dengan bannyak beling. Dan yang paling tidak menyenangkan untuknya adalah jatuhnya di bokong lebih dulu dan begitu menyakitkan apalagi Aida bukanlah wanita yang memiliki lemak cukup banyak untuk melindungi benturan terasa hingga ke tulang."Jadi maksud bapak saya mencoba menipu keluarga bapak begitu?"Aida yang kesal kini berusaha berdiri. Dia tidak sama sekali menunjukkan wajah patut dikasihani. Tidak menangis atau ketakutan. Reiko yang terlihat masih emosi di hadapannya ditatapnya kembali, sangat tegar."Memang kenyataannya kau seburuk itu." Reiko bicara sambil melemparkan lagi obat itu ke dalam tong sampah. "Tidak ada lagi alasan kenapa kamu mau menikah den
"Bee --"Apa yang harus aku katakan padanya? Haduh, gawat ini, Bee bisa salah paham dan menyangka macam-macam.Jelas saja Reiko kebingungan, panik, nge blank. Dia tidak melakukan preparation untuk ini. Seperti retak kepalanya, tak bisa berpikir.Sungguh kehadiran Brigita membuat dirinya tak bisa konsentrasi."Maafkan saya nyonya Brigita. Ini bukan salah pak Reiko dari awal ini adalah kesalahan saya.”Entah apa alasannya tapi suara seorang wanita terdengar, membuat semua pandangan mata mengarah padanya dan hati Reiko makin tak nyaman. 'Sssh, mau bicara apa wanita ini? Apa dia ingin balas dendam padaku soal kesalahpahaman tadi yang tak seberapa dan ingin menghancurkan hubunganku dengan Bee? Awas saja dia.' Reiko tak tahu tapi dia sudah menatap penuh kekhawatiran campur kemarahan. Takut Aida melakukan sesuai yang dipikirkannya."Apa yang terjadi?" tanya Brigita, tak sabar, sambil menatap Aida sinis."Saya minta maaf pada Anda nyonya Brigita karena sudah menjadi orang ketiga diantara and
"Aku yakin sekali ini adalah project yang sangat menguntungkan banget, sayang. Kita tidak boleh telat dan tidak boleh membiarkan Tommy menunggu kita terlalu lama."Sembari menaiki tangga kata-kata itu terurai dari wanita yang kini masih menggandeng tangan Reiko meninggalkan Aida di lantai dasar. Brigita memegang lengannya begitu erat, sambil berceloteh tentang sebuah project yang memang memberikan pengharapan besar padanya."Aku yakin sekali kita bisa untung besar di sini. Bener-bener bikin gak sabar."Brigita terus bicara di saat seseorang di sampingnya masih diam, tak menyanggah atau komentar. Tapi entahlah apa pikirannya juga mendengarkan apa yang dikatakan wanita itu?'Dia menyelamatkanku lagi?'Ya Reiko memikirkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat dirinya merasa tak enak'Apa alasannya dia melakukan itu?'Reiko mencoba berpikir. Semua ucapan Aida mempegaruhinya hingga sulit konsentrasi."Sayang.""Eh iya?"Baru tersadarlah Reiko dia sudah ada di dalam kamar."Kamu mikirin a
"Bee, sudahlah jangan bilang begitu. Lampu sudah hijau, aku mau menyetir lagi.""Sudah kukatakan kembali saja. Antar aku ke kantor dan kamu bisa bekerja juga. Kamu urus aja pekerjaan-pekerjaanmu itu yang lebih menguntungkan dari ini. Lagian kita juga nggak punya uangnya, kan?""Sudahlah aku akan lihat dulu bagaimana nanti tawaran dari Tommy, Bee. Aku akan mencari uangnya jika memang ini menguntungkan untuk kita.""Hah." Brigita membuang wajahnya ke jendela. "Kamu dari awal memang ragu kalau ini menguntungkan. Bagaimana kamu bisa melihat bahwa ini akan menguntungkan? Selamanya kamu akan melihat ini sebagai proyek merugikan karena mental block-mu!" sinis Brigita, sudah menunjukkan obrolan di dalam mobil itu makin berat."Hei sayang, aku masih profesional. Aku hanya ingin mencoba merenung apa ini baik atau tidak untuk kita. Tapi aku percaya padamu kalau kamu berpikir ini baik kita lihat saja dulu dari mana kita harus memulai kerjasamanya nanti.""Sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Anta
"Bee, gak gitu. Aku pikir kita mau santai dulu di hotel dan kita akan ke sana besok pagi.""Kita gak akan ke sana.""Hei, gak gitu. Ka-kalau memang sudah janjian sekarang kita berangkat saja sekarang.""Gak usah dipaksakan, kita--"Mmuuuah.Brigita tidak melanjutkan ucapannya karena saat itu juga Reiko memberikan kecupan di bibirnya. Hanya sedetik, karena itu kan di muka umum."Sudahlah, ayok." lalu Reiko menatap pada Shandra dan Tommy bergantian"Maaf ya, kalian tahukan bagaimana pasangan? Kami sedang sedikit ada masalah kecil, ribut kecil aja, bikin mood swing. Tapi ayo kita lihat, kalau uang aku bisa pikirkan nanti bagaimana caranya."Lagi lagi Reiko berada di situasi yang memang bukan dia inginkannya.Sudahlah semuanya nanti aku pikirkan. Yang pasti sekarang aku tidak mau Bee marah dulu padaku. Aku tidak mau juga dia sampai minum obat-obatan depresi. Tidak, tidak. Sssh, ini benar-benar menguji kesabaranku.Bisa dibayangkan tidak sih bagaimana perasaan Reiko yang harus melakukan se
'Sssh, pening kepalaku. Aku tidak mengerti bagaimana Bee berpikir. Kenapa juga harus ada tanda tangan perjanjian? Memang dia pikir ini beli gorengan di pinggir jalan gitu? Datang dan langsung beli?' kesal Reiko. Sudah mah kepalanya pening memikirkan pekerjaannya dan hari ini dia bahkan men-silent teleponnya dan menghilangkan suara getarnya juga karena tak ingin tambah stres dengan tuntutan pekerjaannya.Sekarang Reiko juga bertambah pening dengan tuntutan yang lumayan banyak dari Brigita.'Mana papaku telepon tiga puluh kali mau ngapain lagi nih?' Reiko sudah mengambil handphone di sakunya dan dia juga sempat melihat beberapa panggilan lagi yang membuatnya meringis'Aku janji akan mengatur jadwal untuk rapat lanjutan project tahap dua dan tahap tiga dengan Roy. Pantas saja dia menghubungiku. Walaupun dia tidak meneror seperti papaku.'Hanya pesan singkat yang diberikan oleh Roy. Tapi dia memang tidak meneror dengan telepon. Ini juga yang membuat Reiko merasa cemas. 'Aku sungkan den
'Pergilah kalian pergi. Aku juga tidak mengharapkan kalian di sini. Lebih cepat pergi lebih baik.'Ini adalah kejadian di mana Reiko menaiki tangga bersama dengan Brigita dan seorang wanita berbisik seperti itu di dalam hatinya. Seorang gadis yang merasa sangat bersyukur dengan kepergiannya.Tapi'Ya ampun darahnya banyak banget.'Ketika dia melihat cairan menempel di marmer dan merasakan tusukan-tusukan di kakinya, berasa lemas dirinya."Ini bukan waktunya menyerah. Aku harus bereskan ini secepat mungkin,” seru wanita yang kini mulai berinisiatif.“Untung saja aku pakai cardigan. Bisa untuk mengurangi sakitku saat berjalan dan membantuku bisa kembali ke dapur. Semangat, Aida!”Aida Tazkia membuka cardigan yang memang dikenakannya. Iya dia memakai kaos panjang dan juga cardigan karena merasa sedikit dingin tubuhnya saat berdzikir tadi. 'Huh, jadi ini yang kamu rencanakan, berjalan merangkak dengan lutut dan punggung tanganmu untuk membersihkan darah di lantai itu?' tanya seorang pr