Share

RENCANA DAN SIASAT

'Sssh, pening kepalaku. Aku tidak mengerti bagaimana Bee berpikir. Kenapa juga harus ada tanda tangan perjanjian? Memang dia pikir ini beli gorengan di pinggir jalan gitu? Datang dan langsung beli?' kesal Reiko.

Sudah mah kepalanya pening memikirkan pekerjaannya dan hari ini dia bahkan men-silent teleponnya dan menghilangkan suara getarnya juga karena tak ingin tambah stres dengan tuntutan pekerjaannya.

Sekarang Reiko juga bertambah pening dengan tuntutan yang lumayan banyak dari Brigita.

'Mana papaku telepon tiga puluh kali mau ngapain lagi nih?' Reiko sudah mengambil handphone di sakunya dan dia juga sempat melihat beberapa panggilan lagi yang membuatnya meringis

'Aku janji akan mengatur jadwal untuk rapat lanjutan project tahap dua dan tahap tiga dengan Roy. Pantas saja dia menghubungiku. Walaupun dia tidak meneror seperti papaku.'

Hanya pesan singkat yang diberikan oleh Roy. Tapi dia memang tidak meneror dengan telepon. Ini juga yang membuat Reiko merasa cemas.

'Aku sungkan den
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status