"Ai, kamu kenapa, sih? Kok diem aja? Kamu sakit?""Eh enggak Mas Reiko! Aku nggak sakit, cuman aku capek aja."Mereka masih berjalan di koridor setelah mereka melewati pintu ruangan tempat tadi Reiko berhenti dan mengecup Aida. Gadis itu masih mendengarkan apa yang dikatakan Reiko, namun pikirannya sudah tak jelas entah kemana.Sepanjang jalan, tampaknya Aida malah terlihat semakin terlihat frustasi dengan beban masalah sangat besar sekali di benaknya. Karena itu Reiko jadi khawatir.Mau menyalahkan dan memprotes Mas Reiko juga, aku gak bisa! Karena ini di depan umum. Kalau aku mengatakan itu, maka dia akan terlihat seperti seorang yang buruk mengecupku tadi. Lagian, nanti gimana kalau dia malah makin pengen buat ngomong sama Ratu Lebah dan menjadikanku sebagai wanita ketiga yang memisahkan mereka? Aku nggak mau yang kayak gitu!Aida paham akan hal ini dan dia juga sudah punya perjanjian dengan Reiko. Aida juga tak mau sampai mengulang kesalahannya seperti di lift dulu saat Reiko meng
"Hehehe! Ndak Mas! Aku gak pegel!""Sssh, gak apa-apalah, pijatanku enak kok!"Masalahnya bukan Aida tak percaya pijatannya Reiko itu enak. Tapi bagaimana jika ada modus di belakangnya?Inilah yang mengerikan.Lalu, apa sekarang yang menjadi alasan Aida untuk membuat pria itu tidak melakukan sesuatu pada dirinya?Bunga ini!Tangannya yang masih memeluk mawar dan tadi saat menghindari Reiko, Aida sempat tertusuk oleh durinya jadi memiliki sebuah ide.
"Ba-bapak? Kamu tadi mau manggilku apa?"Reiko tahu dirinya terdesak. Dia tidak mungkin menjawab pertanyaan dari Aida yang sudah melotot padanya itu, padahal dia juga tahu apa jawabannya.Makanya lebih menyoroti panggilan untuk dirinya yang diubah."Bapak Reiko Byakta Adiwijaya. Kekasihnya Ratu Lebah. Bener kan, Ratu Lebah cantik?""Kamu urusin aja itu makanan! Bentar lagi juga tamunya datang. Dan ubah panggilan padaku tadi!"Reiko tadi berani sekali menentang Aida bahkan sampai membuat wanita itu kebingungan sendiri menjawabnya, tapi sekarang dia mau kabur
Reiko : Maaf Bang, bukannya aku gak mau datang ke rumah Abang.Ibra : Eish, mentang-mentang urusanmu soal sekolah istrimu sudah selesai dan tak ada hubungannya lagi denganku, tak mau lagi kau main ke sini?Reiko : Bukan begitu Bang. Abang nih gimana, sih? Katanya orang gak boleh buruk sangka, tapi Abang sendiri yang terus-terusan berpikir negatif padaku.Ibra : Iya habis kau ini memang harus selalu di negatifin baru bisa positif.Teori dari mana yang dikatakan oleh Ibra membuat Reiko tentu saja senyum-senyum.Reiko : Aku mau Bang datang ke sana, cuman kan m
"Heish! Ada-ada aja si Ibra nih!"Reiko sudah memasukkan handphone ke sakunya lagi dan tadinya dia ingin langsung ke satu kamar dan melihat kondisi seorang wanita yang ada di dalam sana kenapa tidak keluar-keluar.Tapi ….Tadi, aku sudah membuat masalah dengannya dan menakut-nakutinya lagi!Reiko juga heran, kenapa sekalinya dia tidak bisa menahan emosinya kepada Aida selalu saja dia mengincar untuk mendapatkan sesuatu yang selalu dijaga wanita itu.Lagi-lagi, rasa bersalah inilah yang membuat Reiko jadi tak enak hati.
"Eish, aku berangkat ke Abu Dhabi juga belum. Sekarang sudah banyak sekali pengganggu."Selepas Rika dan anak-anaknya pergi, Reiko jadi pusing sendiri.Dia yang tadinya ingin langsung ke kamar Aida justru mengambil handphonenya untuk menghubungi seseorang.Endra : Iya Reiko, ada apa?Reiko : Papa sekarang ada di mana? Dan siapa yang bersama Papa sekarang?Endra : Oh, Papa lagi ada di ruangan Papa. Lagi kerja. Kenapa memang? Papa sendirian.Jawaban yang cukup melegakan, tapi tid
"Aku mau bahas masalah poligami itu, Mas. Aku ….""Tunggu dulu, kalau kamu bahas itu sekarang, kamu nanti terlambat nggak sholatnya?""Oh iya loh, Mas." Aida terlihat cemas. "Aku kan belum sholat Isya, soalnya tadi malam aku ketiduran. Aku sholat dulu ya, nanti baru kita bahas lagi."Ya, karena aku juga gak mau membahas ini dulu sebetulnya. Kenapa harus bahas ini, sih? Tinggal sehari lagi aku di sini dan kau juga tidak mau ikut denganku.Reiko sebenarnya masih ingin memeluk Aida di tempat tidur itu, tapi karena tidak mau ada pembahasan sesuatu yang sensitif, dia memilih membiarkan Aida sholat dulu.
"Kenapa mencebik begitu, Ai?"Rasanya senyum di bibir Reiko itu tak lekang oleh waktu. Biasakan tidak mau menghentikan senyum lebarnya sambil memandang wanita yang justru tampak bersungut di hadapannya."Aku sudah menang tiga kali. Berarti aku punya tiga permintaan yang tidak bisa kamu tolak. Masih mau bermain sekali lagi? Atau mau berapa kali lagi?"Perasaan yang pernah mengalahkan aku main catur itu cuman Pakde Waluyo. Tapi, kenapa dia juga hebat, sih?Aida mana pernah tahu, kalau Reiko bahkan lebih hebat dari ayahnya? Hanya Lesmana yang pernah mengalahkan Reiko. Dan jelas empat setengah jam permainan ini semuanya dimenangkan