"Hehehe! Ndak Mas! Aku gak pegel!"
"Sssh, gak apa-apalah, pijatanku enak kok!"
Masalahnya bukan Aida tak percaya pijatannya Reiko itu enak. Tapi bagaimana jika ada modus di belakangnya?
Inilah yang mengerikan.
Lalu, apa sekarang yang menjadi alasan Aida untuk membuat pria itu tidak melakukan sesuatu pada dirinya?
Bunga ini!
Tangannya yang masih memeluk mawar dan tadi saat menghindari Reiko, Aida sempat tertusuk oleh durinya jadi memiliki sebuah ide.
"Ba-bapak? Kamu tadi mau manggilku apa?"Reiko tahu dirinya terdesak. Dia tidak mungkin menjawab pertanyaan dari Aida yang sudah melotot padanya itu, padahal dia juga tahu apa jawabannya.Makanya lebih menyoroti panggilan untuk dirinya yang diubah."Bapak Reiko Byakta Adiwijaya. Kekasihnya Ratu Lebah. Bener kan, Ratu Lebah cantik?""Kamu urusin aja itu makanan! Bentar lagi juga tamunya datang. Dan ubah panggilan padaku tadi!"Reiko tadi berani sekali menentang Aida bahkan sampai membuat wanita itu kebingungan sendiri menjawabnya, tapi sekarang dia mau kabur
Reiko : Maaf Bang, bukannya aku gak mau datang ke rumah Abang.Ibra : Eish, mentang-mentang urusanmu soal sekolah istrimu sudah selesai dan tak ada hubungannya lagi denganku, tak mau lagi kau main ke sini?Reiko : Bukan begitu Bang. Abang nih gimana, sih? Katanya orang gak boleh buruk sangka, tapi Abang sendiri yang terus-terusan berpikir negatif padaku.Ibra : Iya habis kau ini memang harus selalu di negatifin baru bisa positif.Teori dari mana yang dikatakan oleh Ibra membuat Reiko tentu saja senyum-senyum.Reiko : Aku mau Bang datang ke sana, cuman kan m
"Heish! Ada-ada aja si Ibra nih!"Reiko sudah memasukkan handphone ke sakunya lagi dan tadinya dia ingin langsung ke satu kamar dan melihat kondisi seorang wanita yang ada di dalam sana kenapa tidak keluar-keluar.Tapi ….Tadi, aku sudah membuat masalah dengannya dan menakut-nakutinya lagi!Reiko juga heran, kenapa sekalinya dia tidak bisa menahan emosinya kepada Aida selalu saja dia mengincar untuk mendapatkan sesuatu yang selalu dijaga wanita itu.Lagi-lagi, rasa bersalah inilah yang membuat Reiko jadi tak enak hati.
"Eish, aku berangkat ke Abu Dhabi juga belum. Sekarang sudah banyak sekali pengganggu."Selepas Rika dan anak-anaknya pergi, Reiko jadi pusing sendiri.Dia yang tadinya ingin langsung ke kamar Aida justru mengambil handphonenya untuk menghubungi seseorang.Endra : Iya Reiko, ada apa?Reiko : Papa sekarang ada di mana? Dan siapa yang bersama Papa sekarang?Endra : Oh, Papa lagi ada di ruangan Papa. Lagi kerja. Kenapa memang? Papa sendirian.Jawaban yang cukup melegakan, tapi tid
"Aku mau bahas masalah poligami itu, Mas. Aku ….""Tunggu dulu, kalau kamu bahas itu sekarang, kamu nanti terlambat nggak sholatnya?""Oh iya loh, Mas." Aida terlihat cemas. "Aku kan belum sholat Isya, soalnya tadi malam aku ketiduran. Aku sholat dulu ya, nanti baru kita bahas lagi."Ya, karena aku juga gak mau membahas ini dulu sebetulnya. Kenapa harus bahas ini, sih? Tinggal sehari lagi aku di sini dan kau juga tidak mau ikut denganku.Reiko sebenarnya masih ingin memeluk Aida di tempat tidur itu, tapi karena tidak mau ada pembahasan sesuatu yang sensitif, dia memilih membiarkan Aida sholat dulu.
"Kenapa mencebik begitu, Ai?"Rasanya senyum di bibir Reiko itu tak lekang oleh waktu. Biasakan tidak mau menghentikan senyum lebarnya sambil memandang wanita yang justru tampak bersungut di hadapannya."Aku sudah menang tiga kali. Berarti aku punya tiga permintaan yang tidak bisa kamu tolak. Masih mau bermain sekali lagi? Atau mau berapa kali lagi?"Perasaan yang pernah mengalahkan aku main catur itu cuman Pakde Waluyo. Tapi, kenapa dia juga hebat, sih?Aida mana pernah tahu, kalau Reiko bahkan lebih hebat dari ayahnya? Hanya Lesmana yang pernah mengalahkan Reiko. Dan jelas empat setengah jam permainan ini semuanya dimenangkan
"Gak akan!""Mas Reikoooooo!"Mau Aida memekik sekencang apa pun juga, sepertinya memang keinginan pria itu untuk melepaskannya hanya ada di dalam mimpi Aida saja.Saat ini, mau Aida berteriak bagaimanapun meminta pria itu yang sedang memanggulnya di atas bahu untuk menurunkannya tetap saja sepertinya Reiko tidak ada niat untuk melakukannya.Pria itu tetap menaiki tangga rumahnya menuju ke satu ruangan.BRUUUK."Sssh, Mas Reiko nih."
"Ai ….""Maafkan aku, Mas Reiko. Tapi, aku tidak mau sampai Mas Reiko berpikir kalau aku akan tinggal selamanya di sini."Rasa-rasanya ini bukan sebuah pembicaraan yang ingin dibahas oleh Reiko dan tadi sebenarnya Reiko ingin bicara.Apa dia tidak tahu besok aku akan berangkat dan aku ingin sekali tidak ada pembicaraan masalah ini? Semua yang dibahasnya akan membuatku tidak bisa konsentrasi bekerja.Hanya saja, seperti biasa Aida kalau sudah ingin mengatakan sesuatu dia selalu saja nyerocos lebih dulu dan tidak mengizinkan Reiko untuk mengatakan satu kata pun.
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku