"Aku mau bahas masalah poligami itu, Mas. Aku …."
"Tunggu dulu, kalau kamu bahas itu sekarang, kamu nanti terlambat nggak sholatnya?"
"Oh iya loh, Mas." Aida terlihat cemas. "Aku kan belum sholat Isya, soalnya tadi malam aku ketiduran. Aku sholat dulu ya, nanti baru kita bahas lagi."
Ya, karena aku juga gak mau membahas ini dulu sebetulnya. Kenapa harus bahas ini, sih? Tinggal sehari lagi aku di sini dan kau juga tidak mau ikut denganku.
Reiko sebenarnya masih ingin memeluk Aida di tempat tidur itu, tapi karena tidak mau ada pembahasan sesuatu yang sensitif, dia memilih membiarkan Aida sholat dulu.
"Kenapa mencebik begitu, Ai?"Rasanya senyum di bibir Reiko itu tak lekang oleh waktu. Biasakan tidak mau menghentikan senyum lebarnya sambil memandang wanita yang justru tampak bersungut di hadapannya."Aku sudah menang tiga kali. Berarti aku punya tiga permintaan yang tidak bisa kamu tolak. Masih mau bermain sekali lagi? Atau mau berapa kali lagi?"Perasaan yang pernah mengalahkan aku main catur itu cuman Pakde Waluyo. Tapi, kenapa dia juga hebat, sih?Aida mana pernah tahu, kalau Reiko bahkan lebih hebat dari ayahnya? Hanya Lesmana yang pernah mengalahkan Reiko. Dan jelas empat setengah jam permainan ini semuanya dimenangkan
"Gak akan!""Mas Reikoooooo!"Mau Aida memekik sekencang apa pun juga, sepertinya memang keinginan pria itu untuk melepaskannya hanya ada di dalam mimpi Aida saja.Saat ini, mau Aida berteriak bagaimanapun meminta pria itu yang sedang memanggulnya di atas bahu untuk menurunkannya tetap saja sepertinya Reiko tidak ada niat untuk melakukannya.Pria itu tetap menaiki tangga rumahnya menuju ke satu ruangan.BRUUUK."Sssh, Mas Reiko nih."
"Ai ….""Maafkan aku, Mas Reiko. Tapi, aku tidak mau sampai Mas Reiko berpikir kalau aku akan tinggal selamanya di sini."Rasa-rasanya ini bukan sebuah pembicaraan yang ingin dibahas oleh Reiko dan tadi sebenarnya Reiko ingin bicara.Apa dia tidak tahu besok aku akan berangkat dan aku ingin sekali tidak ada pembicaraan masalah ini? Semua yang dibahasnya akan membuatku tidak bisa konsentrasi bekerja.Hanya saja, seperti biasa Aida kalau sudah ingin mengatakan sesuatu dia selalu saja nyerocos lebih dulu dan tidak mengizinkan Reiko untuk mengatakan satu kata pun.
Jangan menangis Aida.Sesaat setelah Aida keluar dari ruang kerja Reiko, dia memperingatkan dirinya sendiri supaya tidak menumpahkan air matanya.Langkahnya cepat. Aida menuruni tangga secepat mungkin dan berusaha untuk tidak menengok ke belakang.Aku tidak boleh berbalik arah. Karena kalau aku kembali lagi, aku pasti akan menangis dan ingin memeluknya. Aku bisa meminta sesuatu padanya yang tidak masuk akal. Tidak boleh. Kau tidak boleh menyakiti hati orang lain, Aida. Apalagi hati perempuan. Kau kan perempuan. Dia sudah punya seseorang bersamanya dan kalau kau sampai mengatakan kau ingin dia pergi meninggalkan wanita itu, maka suatu saat kau juga akan mendapatkan karmanya.
"Baik aku bersiap sajalah daripada menjadi gila."Sudah cukup untuk Reiko dia pusing sendiri memikirkan semua yang terjadi barusan.Sudah cukup kata-kata Aida meneror hatinya dan membuat dirinya jadi gundah gulana.Ini mungkin salahku. Aku yang main hati dengannya. Harusnya aku sedikit cuek padanya. Aku yang membuka hatiku dan sekarang aku juga yang bingung. Kenapa aku terlalu baik padanya? Kenapa harus selalu ada salah paham antara aku dengannya? Kenapa juga dia menyebalkan sekali sampai membuatku jadi penasaran, orang seperti apa dia dan terus-terusan ingin mengenalnya lebih jauh? Kenapa aku harus menerima perjodohan ini?Mak
"Mungkin di kamarnya, kah?"Aida tahu dirinya tidak suka masuk ke dalam kamar itu, tapi rasa ingin bertemu dengan seseorang yang sudah sampai di titik kesabaran terakhirnya membuat dirinya menutup pintu ruang kerja Reiko dan mengarahkan langkahnya ke satu ruangan di sampingnya."Dia tidak ada di sini?"Harusnya Aida tak perlu bertanya. Melihat langsung kamarnya, Aida juga bisa tahu kalau kamar itu kosong.Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Masa iya Reiko bersembunyi dan tidak ketahuan? Sedangkan sudah terlihat tidak ada tempat untuk bersembunyi dalam ruangan itu.
Ibra : Heish, Reiko boleh aku bisikan sesuatu yang penting padamu?Ibra sudah mendengar rencana Reiko kalau dia ingin pergi saja dan tidak mau menemui Aida.Tapi, saat itu juga Ibra tidak mau menyerah.Reiko : Tapi, dia sudah bilang begitu Bang. Mau bisikin apalagi?Ibra : Gini, di tengah lautan. Markas besar jin dan setan. Di sana tempat raja iblis yang dulu membuat Adam dan Hawa tergoda berada. Dia mengumpulkan semua cucunya, cicitnya dan semua golongan setan dan jin. Tujuannya hanya satu, dia ingin tahu apa yang sudah mereka lakukan untuk membuat manusia berbuat dosa.
Reiko : Lesmana, apa yang kau maksud kebakaran waktu itu?Lesmana : Iya Anda benar sekali, Tuan Muda. Saat itu, saya memang tidak bisa melakukan investigasi apa pun karena masih sibuk dengan kakek Anda dan memang hanya dilakukan investigasi oleh pihak berwajib saja. Tapi, memang dari hasilnya itu murni kecelakaan.Kening Reiko berkedut ketika dia mendengar yang dijelaskan Lesmana dan pikirannya pun mengarah ke sesuatu lagi.Itu di hari yang sama dengan kecelakaan di Aurora corporation. Aku sudah membicarakan dengan Pak Raditya Prayoga dan Reyhan Dharma Aji. Kami juga masih memikirkan tentang hal ini. Kami masih belum tahu siapa yang membenci bisnis keduanya ataupun bisnisku. Tapi kalau memang benar ada sabotase