"Mungkin di kamarnya, kah?"
Aida tahu dirinya tidak suka masuk ke dalam kamar itu, tapi rasa ingin bertemu dengan seseorang yang sudah sampai di titik kesabaran terakhirnya membuat dirinya menutup pintu ruang kerja Reiko dan mengarahkan langkahnya ke satu ruangan di sampingnya.
"Dia tidak ada di sini?"
Harusnya Aida tak perlu bertanya. Melihat langsung kamarnya, Aida juga bisa tahu kalau kamar itu kosong.
Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Masa iya Reiko bersembunyi dan tidak ketahuan? Sedangkan sudah terlihat tidak ada tempat untuk bersembunyi dalam ruangan itu.
Ibra : Heish, Reiko boleh aku bisikan sesuatu yang penting padamu?Ibra sudah mendengar rencana Reiko kalau dia ingin pergi saja dan tidak mau menemui Aida.Tapi, saat itu juga Ibra tidak mau menyerah.Reiko : Tapi, dia sudah bilang begitu Bang. Mau bisikin apalagi?Ibra : Gini, di tengah lautan. Markas besar jin dan setan. Di sana tempat raja iblis yang dulu membuat Adam dan Hawa tergoda berada. Dia mengumpulkan semua cucunya, cicitnya dan semua golongan setan dan jin. Tujuannya hanya satu, dia ingin tahu apa yang sudah mereka lakukan untuk membuat manusia berbuat dosa.
Reiko : Lesmana, apa yang kau maksud kebakaran waktu itu?Lesmana : Iya Anda benar sekali, Tuan Muda. Saat itu, saya memang tidak bisa melakukan investigasi apa pun karena masih sibuk dengan kakek Anda dan memang hanya dilakukan investigasi oleh pihak berwajib saja. Tapi, memang dari hasilnya itu murni kecelakaan.Kening Reiko berkedut ketika dia mendengar yang dijelaskan Lesmana dan pikirannya pun mengarah ke sesuatu lagi.Itu di hari yang sama dengan kecelakaan di Aurora corporation. Aku sudah membicarakan dengan Pak Raditya Prayoga dan Reyhan Dharma Aji. Kami juga masih memikirkan tentang hal ini. Kami masih belum tahu siapa yang membenci bisnis keduanya ataupun bisnisku. Tapi kalau memang benar ada sabotase
"Hah, jangan bilang selama ini jika kau merindukanku dalam kamar ini kau memeluk kemejaku ini dan jangan bilang kau gunakan ini untuk mengelap ingus dan air matamu. Hahaha."Kata Reiko sih jangan bilang. Tapi, itu sudah membuat dirinya bisa terkekeh dan terlihat begitu senang sekali mendapati bajunya ada di dalam laci tersebut."Kau tahu, kemejaku ini harganya puluhan juta dan kau pakai buat lap ingus? Hahaha." Reiko harusnya mengomel. Tapi … moodnya justru terlihat semakin baik."Tapi, kau tidak boleh tahu kalau aku juga menyimpan cardiganmu."Tapi, Reiko tetaplah Reiko. Dia punya rahasia yang disembunyikannya sendiri, sedangkan
"Heuuuheuuheuuuu ... maafin aku Mas Reiko. Aku tadi nggak bermaksud membuat Mas Reiko jadi kepikiran dan kesal. Aku minta maaf karena aku juga gak tahu kenapa aku jadi bahas itu."Aida masuk lagi ke dalam dekapan Reiko dan dia menangis kembali sambil menjelaskan. Tentu saja suaranya sesegukan dan air matanya membuat kemeja pria itu lagi-lagi basah.Tapi, saat ini hati Reiko tidak terasa sakit seperti saat dirinya tadi mendengar ucapan Aida di ruang kerjanya.Kondisinya sekarang sudah lebih baik."Hei, sudah jangan menangis lagi dong, Ai. Aku tidak kemana-mana dan aku menunggumu dari tadi di sini. Tapi, kamunya nggak masuk-masuk kamar."
"Mas Reiko, aku bisa kok buka seatbeltnya sendiri!""Gapapalah, mumpung kita masih cuman berdua, aku mau perhatiin kamu ya kamu terima aja! Soalnya kalau nanti udah punya anak pasti akan repot! Perhatiannya akan kebagi-bagi. Dan aku belum tentu bisa perhatiin kamu terus kayak gini. Karena kita harus ngurus anak."Sambil membukakan seatbelt sambil Reiko bicara.Dan kata-katanya ini membuat Aida bergidik."Gak usah liatin aku begitu, kamu jangan khawatir! Aku buat anaknya nanti kok, kamu udah mau lulus kuliah. Soalnya aku nggak suka kalau anak aku harus dititip ke baby sitter karena ibunya lagi sibuk kuliah."
"Hehehe, Kakek jangan hukum akulah. Aku berantem dengannya karena dia tidak mau ikut denganku ke Abu Dhabi. Makanya aku agak sedikit putar otak untuk membujuknya, cuma Kakek harapanku."Adiwijaya masih mencebik dan tampaknya dia memang tidak percaya pada cucunya."Heish, Kakek ini pasti sudah mikir yang macam-macam, bukan? Semua yang ada di pikiran Kakek itu salah. Aku cuma ingin mengajaknya pergi dan honeymoon aja, Kek!""Kamu serius ndak bohongin Kakek?"Reiko menggelengkan kepalanya pelan dan senyum-senyum lagi."Nanti setelah kerjaanku beres, aku mau ke
Ini yang kutakutkan.Ya, Aida meringis dalam hatinya karena tak terbayang kalau dia pergi hanya berdua dengan Reiko, apalagi pria itu baru saja mengecupi bibirnya yang membuat tubuhnya merinding.CUP.Lihatlah, betapa Reiko memang benar-benar merindukan bibir itu sampai dia memberikan kecupan lagi di sana."Aku suka bibirmu. Tapi, aku ingin coba yang lain juga, Ai," bisik Reiko dan sebelum sempat Aida menjawabnya."Karena kalau kamu menyayangi kakekku, maka kamu harus mengizinkan aku mencoba yang lainnya. Nah itu yang bisa bikin kakekku ba
"Ehm …."Aida tak berani menjawab, malah wajahnya terlihat meringis."Hanya itu satu-satunya kemungkinan. Kamu sekarang harus memilihnya."Haduh … seharusnya aku bisa melawannya. Harusnya aku bisa mendorong tubuhnya atau minimal menjauhkan tangannya dari bagian situ. Tapi kenapa aku seperti membiarkan dia melakukan ini? Tapi sebenarnya aku tidak ingin bersama dengan pria ini. Karena dia sudah bersama dengan wanita lain.Aida tahu respon tubuhnya ini sangat berlawanan dengan pikirannya.Dan bukannya berhasil menjawab pertanyaan Reiko,