Reiko : Maaf Bang, bukannya aku gak mau datang ke rumah Abang.
Ibra : Eish, mentang-mentang urusanmu soal sekolah istrimu sudah selesai dan tak ada hubungannya lagi denganku, tak mau lagi kau main ke sini?
Reiko : Bukan begitu Bang. Abang nih gimana, sih? Katanya orang gak boleh buruk sangka, tapi Abang sendiri yang terus-terusan berpikir negatif padaku.
Ibra : Iya habis kau ini memang harus selalu di negatifin baru bisa positif.
Teori dari mana yang dikatakan oleh Ibra membuat Reiko tentu saja senyum-senyum.
Reiko : Aku mau Bang datang ke sana, cuman kan m
"Heish! Ada-ada aja si Ibra nih!"Reiko sudah memasukkan handphone ke sakunya lagi dan tadinya dia ingin langsung ke satu kamar dan melihat kondisi seorang wanita yang ada di dalam sana kenapa tidak keluar-keluar.Tapi ….Tadi, aku sudah membuat masalah dengannya dan menakut-nakutinya lagi!Reiko juga heran, kenapa sekalinya dia tidak bisa menahan emosinya kepada Aida selalu saja dia mengincar untuk mendapatkan sesuatu yang selalu dijaga wanita itu.Lagi-lagi, rasa bersalah inilah yang membuat Reiko jadi tak enak hati.
"Eish, aku berangkat ke Abu Dhabi juga belum. Sekarang sudah banyak sekali pengganggu."Selepas Rika dan anak-anaknya pergi, Reiko jadi pusing sendiri.Dia yang tadinya ingin langsung ke kamar Aida justru mengambil handphonenya untuk menghubungi seseorang.Endra : Iya Reiko, ada apa?Reiko : Papa sekarang ada di mana? Dan siapa yang bersama Papa sekarang?Endra : Oh, Papa lagi ada di ruangan Papa. Lagi kerja. Kenapa memang? Papa sendirian.Jawaban yang cukup melegakan, tapi tid
"Aku mau bahas masalah poligami itu, Mas. Aku ….""Tunggu dulu, kalau kamu bahas itu sekarang, kamu nanti terlambat nggak sholatnya?""Oh iya loh, Mas." Aida terlihat cemas. "Aku kan belum sholat Isya, soalnya tadi malam aku ketiduran. Aku sholat dulu ya, nanti baru kita bahas lagi."Ya, karena aku juga gak mau membahas ini dulu sebetulnya. Kenapa harus bahas ini, sih? Tinggal sehari lagi aku di sini dan kau juga tidak mau ikut denganku.Reiko sebenarnya masih ingin memeluk Aida di tempat tidur itu, tapi karena tidak mau ada pembahasan sesuatu yang sensitif, dia memilih membiarkan Aida sholat dulu.
"Kenapa mencebik begitu, Ai?"Rasanya senyum di bibir Reiko itu tak lekang oleh waktu. Biasakan tidak mau menghentikan senyum lebarnya sambil memandang wanita yang justru tampak bersungut di hadapannya."Aku sudah menang tiga kali. Berarti aku punya tiga permintaan yang tidak bisa kamu tolak. Masih mau bermain sekali lagi? Atau mau berapa kali lagi?"Perasaan yang pernah mengalahkan aku main catur itu cuman Pakde Waluyo. Tapi, kenapa dia juga hebat, sih?Aida mana pernah tahu, kalau Reiko bahkan lebih hebat dari ayahnya? Hanya Lesmana yang pernah mengalahkan Reiko. Dan jelas empat setengah jam permainan ini semuanya dimenangkan
"Gak akan!""Mas Reikoooooo!"Mau Aida memekik sekencang apa pun juga, sepertinya memang keinginan pria itu untuk melepaskannya hanya ada di dalam mimpi Aida saja.Saat ini, mau Aida berteriak bagaimanapun meminta pria itu yang sedang memanggulnya di atas bahu untuk menurunkannya tetap saja sepertinya Reiko tidak ada niat untuk melakukannya.Pria itu tetap menaiki tangga rumahnya menuju ke satu ruangan.BRUUUK."Sssh, Mas Reiko nih."
"Ai ….""Maafkan aku, Mas Reiko. Tapi, aku tidak mau sampai Mas Reiko berpikir kalau aku akan tinggal selamanya di sini."Rasa-rasanya ini bukan sebuah pembicaraan yang ingin dibahas oleh Reiko dan tadi sebenarnya Reiko ingin bicara.Apa dia tidak tahu besok aku akan berangkat dan aku ingin sekali tidak ada pembicaraan masalah ini? Semua yang dibahasnya akan membuatku tidak bisa konsentrasi bekerja.Hanya saja, seperti biasa Aida kalau sudah ingin mengatakan sesuatu dia selalu saja nyerocos lebih dulu dan tidak mengizinkan Reiko untuk mengatakan satu kata pun.
Jangan menangis Aida.Sesaat setelah Aida keluar dari ruang kerja Reiko, dia memperingatkan dirinya sendiri supaya tidak menumpahkan air matanya.Langkahnya cepat. Aida menuruni tangga secepat mungkin dan berusaha untuk tidak menengok ke belakang.Aku tidak boleh berbalik arah. Karena kalau aku kembali lagi, aku pasti akan menangis dan ingin memeluknya. Aku bisa meminta sesuatu padanya yang tidak masuk akal. Tidak boleh. Kau tidak boleh menyakiti hati orang lain, Aida. Apalagi hati perempuan. Kau kan perempuan. Dia sudah punya seseorang bersamanya dan kalau kau sampai mengatakan kau ingin dia pergi meninggalkan wanita itu, maka suatu saat kau juga akan mendapatkan karmanya.
"Baik aku bersiap sajalah daripada menjadi gila."Sudah cukup untuk Reiko dia pusing sendiri memikirkan semua yang terjadi barusan.Sudah cukup kata-kata Aida meneror hatinya dan membuat dirinya jadi gundah gulana.Ini mungkin salahku. Aku yang main hati dengannya. Harusnya aku sedikit cuek padanya. Aku yang membuka hatiku dan sekarang aku juga yang bingung. Kenapa aku terlalu baik padanya? Kenapa harus selalu ada salah paham antara aku dengannya? Kenapa juga dia menyebalkan sekali sampai membuatku jadi penasaran, orang seperti apa dia dan terus-terusan ingin mengenalnya lebih jauh? Kenapa aku harus menerima perjodohan ini?Mak