"Karena Aku adalah menantu favoritnya," jawaban nyeleneh Reiko.Lalu senyum jahil itu pun muncul lagi di bibirnya."Jadi setelah Kamu melihat kedekatanku dengan mertuaku, jangan coba-coba Kamu membuatku kesal. Sekali aku buat laporan….""Sini Pak, biar Saya angkat teleponnya!"Aida tak mau mendengar semua ancaman itu, Dia langsung memotong ingin menyambar handphone Reiko.Tapi….Royco: Halo Ibu!Sebelum Aida mengambil handphonenya, Reiko lebih dulu memencet tombol hijau dan bicara. Ini membuat Aida mencebik padanya, sulit sekarang Dia merebut telepon itu."Bisa-bisaan sih Ibuku meneleponnya? Kenapa dengan Ibu? Kenapa Ibu sekarang senang sekali meneleponnya? Apa sekarang anaknya Ibuku tuh Dia?"Aida menggerutu. Dia kesal juga karena tidak tahu apa yang dikatakan oleh Ibunya di ujung telepon sana, karena Reiko tidak me-loudspeaker suaranya.Ratna: Assalamualaikum Nak Reiko, maaf Ibu mengganggu pagi-pagi begini.Reiko: Wa'alaikumsalam Ibu. Oh, tidak mengganggu, kok Bu. Lagi pula ini suda
Reiko: Tapi kan kata Kamu, Aku sakit angin duduk tadi malam terus Kamu ngerokin Aku kayak Ibu ngerokin Ayah kan? Sampai ke bo….Aida: Iish, Kamu tuh kenapa ndak tahu malu sih?Ratna: Aida pelankan suaramu!Hah, puas Dia menahan tawanya seperti itu, setelah membuat Aku malu habis-habisan? gemas sekaligus kesal, entahlah bagaimana perasaan Aida. Pokoknya tidak karu-karuan gara-gara Reiko.Hingga Dia kepikiran sesuatu untuk membalasnya dan Aida pun tersenyum simpul.Aida: Iya Ibu, maaf. Aku nggak akan lagi-lagi seperti itu Bu, Aku janji! Tapi sebenarnya ada yang mau ditanyain sama Mas Reiko cuma Dia malu mau nanya sama Ibu.Eeeh, Aku mau nanya apa? Reiko perasaan tidak ingin bertanya apa-apa.Dia ingin mengelak.Tapi….Ratna: Tanya apa?Ibunya Aida sudah bertanya lebih dulu, namun sebelum Reiko mau mengatakan tidak lagi.Aida: Mas Reiko tanya ukuran cup Aku nomer tiga dua bukan Bu? Sial! Dia benar-benar membuatku malu! Kan Aku bilang jangan tanya! keluh hati Reiko yang tak menyangka, ka
JAUHI KELUARGAKU"Kamu salah paham, Ai. Aku….""Ya mungkin Bapak benar, kalau Saya salah paham. Tapi Saya lebih mengerti bagaimana keluarga Saya Pak, dan harus menghindari mereka dari orang seperti Bapak."Aida memandang tegas pada Reiko. Dia tidak mau mendengarkan alasan apapun. Untuk yang satu ini Aida sudah punya perhitungannya sendiri."Bapak tidak perlu mendatangi hari atau ritual apapun di keluarga Saya. Dan nanti tolong jangan bicara dengan Ibu Saya. Sekarang Saya akan menelpon Ibu Saya dan Saya akan mengatakan kalau sebenarnya Saya tadi sempat menangis dan Bapak mengambil keputusan untuk pergi ke Kendal padahal sebetulnya Bapak masih banyak urusan.""Hey….""Di rumah ini Saya memang menuruti Bapak, tapi kalau sudah hubungannya dengan keluarga Saya, ini lain lagi urusannya. Saya tidak mau keluarga Saya jadi bahan mainan anak orang kaya seperti Bapak!""Siapa yang mau ma….""Bapak mungkin niatnya tidak ingin main-main, tapi bagi Saya ini sama saja dengan main-main Pak!" mata itu
(Sesaat setelah Aida menyerahkan handphone ke tangan Reiko)Heish, anak itu temperamennya harus dibetulin!Reiko geleng-geleng kepala sendiri, melihat Aida yang sudah pergi begitu saja, masuk ke dalam kamarnya.dreet dreet dreetTapi Dia tidak melupakan tangannya yang memegang handphone yang sudah bergetar itu.Hahah, cemburu lagi kau dengan Bee? seru Reiko karena yang ada di otaknya itu, Dia berpikir sesederhana ini sambil berlari menuju ke arah tangga dengan jari tangannya memencet tombol hijau.
Gara-gara Kamu, sekarang Aku jadi membohongi Bee lagi!gerutu seseorang yang sudah menempelkan handphone di telinganya."Heish, Aku mengajakmu untuk bertemu dengan keluargamu, Kamu tidak mau! Salahmu sendiri terlalu banyak berpikir tentang Aku," seru Reiko yang kinimenunggu orang di ujung sana menerima teleponnya.Deni: Iya Pak Reiko?Reiko: Helikopter! Aku butuh helikopter untuk pergi ke Bandara!Deni: Saat ini, Pak?Reiko: Hmm. Cepatlah. Siapkan helikopter karena mungkin k
Selesai satu urusan.Lega hati Reiko, ketika Dia sudah menelepon Sandi. Dia tidak meng-cancel. Hanya menunda waktunya dari siang hari ke sore hari.Aku rasa, Aku sudah sampai di sini lagi kok nggak akan lama! pikir Reiko sambil melangkah keluar dari lift.Dia tidak harus menunggu lama. Lima menitan, helikopter yang akan membawanya sudah terlihat.Aku tidak mempermainkan siapa-siapa di sini. Aku yakin kok! seru Reiko yang merasa yakin dengan apa yang Dia lakukan sambil melangkahkan kakinya naik ke helikopter.Jika Kamu tidak ma
Aku tahu kok batasannya!Setelah menutup teleponnya inilah yang ada dalam benak Reiko.Dia tidak mau memperpanjang pikiran apapun di dalam benaknya, karena sekarang Reiko lebih memilih fokus turun dari helikopter dan menuju ke pesawat jet pribadi yang sudah menunggunya.Aku tahu batasan dan Aku tahu apa yang harus Aku lakukan. Tapi untuk berbuat kasar padanya Aku tidak tega.Reiko malah jadi kepikiran saran ini, sambil Dia tertawa kecil.Dia sudah janji selamanya padaku untuk membuatkanku teh manis, lalu bagaimana Dia
"Nak Reiko tidak perlu!"Tapi akhirnya Ratna bicara juga, karena memikirkan efek samping dari apa yang ditawarkan Reiko."Aida tidak ada di sini, nanti kalau Dia tahu Nak Reiko pergi sama adik-adiknya nanti Dia cemburu. Dia kesal sama Nak Reiko dan kalian malah akan berantem. Kadang Aida agak keras kalau sudah ngambek."Ratna kini menatap anak-anaknya bergantian, setelah Dia selesai bicara pada Reiko."Kalau Mbakmu tahu, kalian bisa bikin masalah untuk rumah tangga Mbakyu-mu! Jangan tambah perkara!"Ratna sudah berpikir panjang. Mengingat bahwa putrinya tid