Aish, baiknya aku tiduran dulu saja!
Reiko memang sering sekali memforsir tenaganya untuk bekerja. Kalau tubuhnya tidak merasa sakit seperti pening atau kadang perutnya terasa perih seperti sekarang dia belum berhenti.
Eish, aku harus cepat beli pesawat jet sendiri supaya aku bisa berduaan di kamar dengan istriku. Kalau tak menyentuhnya begini pusinglah kepalaku.
Dan meskipun kurang nyaman dengan tempat tidur ada sekatnya seperti sekarang ini tapi dia harus menerimanya.
Eh, tapi mungkin aku harus bersyukur karena ini lebih baik daripada kelas ekonomi dulu ya? Kata Ai, kalau bersyukur nikmatnya akan ditambahkan oleh Tuhan kan? bisik hati Reiko yang mencoba tidur hingga dia akhirnya pula sendiri.
Sampai...
"Mas
Ish, Mas Reiko nih, gak peka. Kesal hati Aida. Aku nervous bukan karena dia yang mau presentasi tapi apakah dia akan bertemu dengan kekasihnya sekarang? Lalu...Aida, tak paham apa maunya dan sekarang dia sedang bersama suaminya bahkan suaminya sedang menggandeng tangannya tapi pikirannya terus saja mengarah pada seseorang yang membuat napas Aida kembang kempis."Kamu tenang aja kalau urusan presentasi aku bisa menjamin aku bisa memberikan yang terbaik. Sudah jangan berpikir macam-macam. Aku yakin semuanya akan beres dan baik-baik saja. Project yang kubuat itu sangat bagus sekali jadi tidak mungkin kalau aku gagal."Dari semua tawaran desain yang diberikan oleh Brigita pada MTC itu semua memang buatan Reiko tanpa ada penambahan sedikitpun.Tapi tentu saja Reiko tidak tahu apakah desain itu m
"Uhuk uhuk! Apa kau tidak bisa menghentikan merokokmu? Kurasa kau merokok beribu-ribu batang pun itu tidak akan merubah keadaan!" pengap ruangan itu sehingga wanita itu tak tahan lagi."Kau pikir, dengan apa yang kau katakan itu bisa mengubah keadaan juga Shandra?""T-tommy, kenapa kau memekik padaku? Ini bukan salahku!" Shandra tak terima."Bukan salahmu? Cih! Kemana otakmu, hmm? Lupa kau kalau semua masalahku ini berawal dari dirimu?"Sama, suaminya pun tak terima. Dia berjalan mendekat pada Shandra dengan tatapan dinginnya."Siapa yang di awal berpura-pura baik? Berpura-pura seperti malaikat berusaha mendekat padaku tapi sebenarnya kelakuannya adalah kelakuan iblis. Kau yang merebut aku dari adikmu!""A-apa?" Shandra sempat membuang
"Berikan kesempatan padaku untuk mengajukan design-ku baik untuk bangunan dan desain interior!""Maksudmu?" Richard, yang mendengar permintaan Reiko sedikit tak paham apa keinginan dari pria itu.Dia sudah menjelaskan kalau dirinya hanya menjadikan Brigita sebagai alat untuk mencari Tasya.Apakah permintaan maaf yang diinginkan oleh Reiko adalah kesempatan untuk bekerja sama dengan dirinya?"Satu bulan. Berikan aku satu bulan waktu untuk mempelajari seperti apa yang kau inginkan dari resort yang akan kau buat. Dan berikan waktu untukku untuk membuat ulang desain interior yang sesuai dengan design arsitek terbaru!"Reiko lalu diam sejenak. Dia membuang wajahnya untuk menghempaskan napas sebelum kembali melirik pada Richard."Asal kau tah
"Aku harap kau tidak keberatan dengan rencanaku meminta Connor Meyer melakukan yang sama sepertimu. Karena aku juga sudah merugikan kalian berdua dengan cara yang tak baik untuk masalah pribadiku!"Selepas salah satu saingan Reiko untuk memperebutkan tender dari MTC sudah pergi meninggalkan ruangan, Richard kembali bicara.Pria itu belum pergi kemanapun dan masih menatap Reiko yang sebetulnya sadar kalau ini adalah babak baru persaingan yang lebih ketat untuknya tapi dia sudah mengangguk setuju."Jika kau tidak memberikan kesempatan yang sama padanya kurasa kau tidak adil pada kami."Reiko membuat Richard merasa lega dan ini berarti masalah satu sudah selesai."Aku berharap kita bisa bekerja sama seandainya semua yang nanti kau siapkan sesuai dengan minat dan impianku."
Ssssh, bagaimana ini? Aku sudah bersyukur sekali Bee tidak mau hadir di sini karena dia tidak mau melihatku dan kini aku harus mengajaknya ke rumah Gerald?Pikiran Reiko jadi terbang ke saat-saat di mana dia baru saja menghubungi Brigita beberapa jam yang lalu sebelum rapat dimulai.Flashback On&
"Sudah meneleponnya?"Sesaat setelah seorang wanita menutup teleponnya beberapa waktu yang lalu suara meninggi yang menyapanya itu membuat dirinya kaget."Leon kurasa kau tidak perlu membuat aku hampir jantungan!""Cih. Kemari kau slave!""Brigita, namaku Brigita dan jangan kau tarik rambutku. Kau tahu, aku--"PLAK!"Diam! Kau di sini bukan mistress-nya, tapi aku loh Nyonya-nya!" mata itu menatap tajam pada Brigita di saat yang bersamaan..."Leon! Jangan terlalu kasar padanya.""Kau menyukainya, Sean? Kau memarahiku karenanya?""Cup. Cup. Cup! Jangan menangis Leon."Hya
Maunyaaku mengatakan nggak boleh. Tapi gimana caranya aku bilang nggak boleh? Toh aku di sini adalah orang ketiga di antara mereka?"Iya Mas."Makanya setelah pertanyaan suaminya, itulah jawaban yang keluar dari bibir Aida."Aku pergi dulu ya."Reiko lalu mengecup dahi istrinya."Kamu jangan khawatir, aku masih tetap ingat apa janjiku padamu kok. Aku cuma nggak mau bikin Brigita salah paham dan menyalahkanmu lalu membuat masalah denganmu, Ai.""Iya Mas. Ya sudah
Reiko: Bee, jangan salah paham dulu, please.Reiko jadi makin tak enak lagi.Reiko: Aku menelepon bukan untuk mengintrogasimu dan menanyakan tentang hubunganmu dengan masalah keluarga Tommy dan Shandra. Aku tak peduli. Pikiranku cuma pada Gerald, yah, dia mencarimu dan dia menceritakan banyak tentang perjalanan project ini.Apa yang dia ceritakan?Lagi-lagi jawaban yang membuat bulu kuduk Brigita merinding.Brigita: Apa dia menceritakan tentang aku? Maksudku dia menceritakan tentang diriku padamu? Dia menjelek-jelekkan aku padamu?Aku memang sudah terdesak karena di sini aku disiksa sampai hampir mau mati. Tapi aku juga tidak boleh menurunkan harga diriku di hadapan Reiko.Brigita s
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku