Reiko: Bee, jangan salah paham dulu, please.
Reiko jadi makin tak enak lagi.
Reiko: Aku menelepon bukan untuk mengintrogasimu dan menanyakan tentang hubunganmu dengan masalah keluarga Tommy dan Shandra. Aku tak peduli. Pikiranku cuma pada Gerald, yah, dia mencarimu dan dia menceritakan banyak tentang perjalanan project ini.
Apa yang dia ceritakan?
Lagi-lagi jawaban yang membuat bulu kuduk Brigita merinding.
Brigita: Apa dia menceritakan tentang aku? Maksudku dia menceritakan tentang diriku padamu? Dia menjelek-jelekkan aku padamu?
Aku memang sudah terdesak karena di sini aku disiksa sampai hampir mau mati. Tapi aku juga tidak boleh menurunkan harga diriku di hadapan Reiko.
Brigita s
"Rest in peace for a while for all of you!"BRAAAK!"Mom! What the hell you've done?"Brigita yang sudah melihat tubuh beberapa orang yang bersama dengan ibu dan dirinya baru saja terjatuh dia kaget dan langsung berteriak memekik macam itu ketika melihat Alina memencet sesuatu di alat yang terpasang di lengannya.Alat seperti jam tangan tapi besar. Itu berisi tombol-tombol dengan ukuran seperti remote dan ada tali yang terikat di lengannya."Kita bicara nanti! Cepat kita keluar dari ruangan ini dulu.""Mom, are they zombie?"Brigita bergidik geli dan dia segera mungkin berjalan cepat meninggalkan ruangan itu. Dia berhati-hati sekali dengan langkahnya mengikuti wanita yang kini berjalan menuju ke arah
Reiko: Bee? Halo, Bee?"Ssssh!" Reiko memijat dahinya pening sudah, karena tiba-tiba teleponnya diputus begitu saja dan wanita itu tampak tak ingin bicara dengannya.Kalau responnya seperti ini dia pasti tidak mau ikut denganku bertemu dengan Gerald Peterson!Reiko mengambil kesimpulan lagi sambil dia menyandarkan tubuh jadi sofa dan memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan kepenatan.Pening sudah kepalanya apalagi dia juga kini mengingat tentang hubungannya bersama dengan Brigita.Segala hal yang sudah mereka lakukan kini terlintas lagi dalam lamunan Reiko."Ssssh!"Dan kembali rasa bersalah membuat dirinya menghempaskan napas lagi namun kini sudah mengubah posisinya jadi duduk tegak.
"Ehm--" Aida tak bisa menjawab.Tapi lagi-lagi jawaban yang membuat hati Reiko memanas padahal di sana udara cukup dingin karena ini menjelang musim dingin.Tau begini, aku tidak menyuruhnya untuk menghapus make up! kesal Reiko dan merasa menyesal setengah mati.Terbayanglah dia kisah Dewi Athena yang membuatnya makin mangkel.Tak tahulah bagaimana hatinya. Tapi untuk merespon Richard, Reiko juga tidak tahu bagaimana harus menjawabnya di saat Richard menatapnya dan tersenyum setelah tadi memuji Aida.Dan bukan hanya Reiko yang merasa tak enak. Jujur hati Aida juga deg-degan ngeri sangat.Haduh, dia kenapa memujiku? Bisa-bisa Mas Reiko nanti akan mengomel padaku lagi! Padahal aku kan sudah gak pake make up!
"Ish, Richard. Apa kau tidak tahu jika aku tidak memakan itu maka anakmu ini akan ileran nanti saat lahir?""Tasya--""Ssst, Richard sudah jangan berisik."Wah, andai aku bisa menyuruh Mas Reiko diam seperti dia meminta suaminya pasti sangat menyenangkan sekali. Cuma melihat wajah Mas Reiko kalau sudah mau marah rasanya aku jadi takut.Tak peduli dengan drama rumah tangga itu tapi yang ditekankan dalam hati Aida adalah sesuatu yang lain.Sebuah hubungan sehat antara seorang pria dan wanita yang sudah menikah yang dirindukan olehnya.Hubungan tanpa ada wanita lain yang menjadi pengganjal di antara mereka dan keduanya memang saling mencintai sehingga bisa memiliki satu sama lain dan bahkan tidak masalah jika mereka memulai sediki
"Tasya kurasa suamimu pasti akan sangat marah sekali kalau kita mau masak seblak. Bagaimana kalau aku menggantinya dengan mie goreng? Atau nasi goreng?""Aish, biarlah. Aku sudah lama meninggalkan indonesia dan aku liat di tiktok dan ramai beberapa bulan lalu orang-orang buat seblak Rafael. Kita coba buat yuk!" Tasya tak gentar."Tapi--""Aish. Tak apa sekali-kali Richard marah padaku. Tak apa juga kalau dia marah padaku lalu lebih bagus kalau dia menyuruhku untuk pergi dari sisinya. Memang itu yang kuinginkan!""Hah?"Aida tak paham apakah Tasya memang salah bicara atau tidak, tapi memang kata-kata itulah yang terlontar dari bibir wanita yang kini menggandeng tangannya."Kau tahu? Menikah dengan orang kaya itu berarti kau berada di dal
"Hmm. Kau pasti juga dari Indonesia dan ingin mencoba makan seblak juga? Kami ingin membuat seblak yang lagi viral itu loh. Seblak Rafael! Kau tahu?""Wah, iya aku tahu. Nama suamiku ini juga Rafael!" wanita itu merangkul tangan pria yang kini melirik padanya tak suka.Siapa yang menjadikan namaku viral dengan sebutan seblak Rafael? Orang itu cari mati dan ingin ku gantung?Sejujurnya Rafael kesal dan marah mendengar ucapan dari Tasya. Harga dirinya rasa diinjak-injak ketika namanya menjadi nama makanan.Tapi saat ini banyak orang dan tentu saja dia tidak bisa memaki wanita yang tak bersalah dan tak tahu apa-apa tentang harga dirinya itu."Adikku Sabrina juga pernah menunjukkannya di tik tok soal seblak Rafael itu. Boleh aku cicipi? Satu suap saja. Aku ingin sekal
"Ahahaha, anakmu lucu sekali. Dan bahasa Indonesianya cukup lancar untuk ukuran bule."Tak tahu lagi bagaimana cara meresponnya akhirnya Aida menjawab garing macam itu."Hey Rafael, aku sepertinya pernah melihat gadis itu. Di mana ya aku pernah melihatnya? Sssh."Bisik-bisik Rafael mendengar suara Alan yang ada di sampingnya menyikut lengannya sambil memperhatikanAida.Saat ini Clarissa sedang mencoba menjelaskan pada putranya bahwa pemikirannya salah. Sebuah penjelasan yang juga malas didengar oleh Rafael makanya dia melirik Alan."Kau pernah tinggal
"Tidak, supirku bahkan sudah mengakui kalau kami yang menabrak rumah. Maaf kami ada di blind spot dan kami tidak melihatmu!"Beberapa saat sebelumnya saat Richard masih bicara dengan Felix Garcia dengan Conor dan Reiko berada bersamanya juga."Ada yang ingin kubicarakan dulu dengannya kalau kalian tidak keberatan menunggu di ruang kerjaku dan Brice akan mengantar kalian dulu.""Baiklah, tak masalah Tuan Peterson!" Connor Meyer yang menjawab lalu dia dan Reiko bersama Brice pergi meninggalkan Richard yang kini hanya tinggal bertiga bersama dengan Felix dan Excel."Tuan Peterson sebenarnya tidak perlu merasa khawatir dengan kondisi saya. Saya baik-baik saja. Anda sudah memperhatikan saya dengan sangat baik. Tak perlu lagi merasa bersalah.""Philippe Garcia, dia adalah ayahmu. Dan aku