Ssssh, bagaimana ini? Aku sudah bersyukur sekali Bee tidak mau hadir di sini karena dia tidak mau melihatku dan kini aku harus mengajaknya ke rumah Gerald?
Pikiran Reiko jadi terbang ke saat-saat di mana dia baru saja menghubungi Brigita beberapa jam yang lalu sebelum rapat dimulai.
Flashback On &
"Sudah meneleponnya?"Sesaat setelah seorang wanita menutup teleponnya beberapa waktu yang lalu suara meninggi yang menyapanya itu membuat dirinya kaget."Leon kurasa kau tidak perlu membuat aku hampir jantungan!""Cih. Kemari kau slave!""Brigita, namaku Brigita dan jangan kau tarik rambutku. Kau tahu, aku--"PLAK!"Diam! Kau di sini bukan mistress-nya, tapi aku loh Nyonya-nya!" mata itu menatap tajam pada Brigita di saat yang bersamaan..."Leon! Jangan terlalu kasar padanya.""Kau menyukainya, Sean? Kau memarahiku karenanya?""Cup. Cup. Cup! Jangan menangis Leon."Hya
Maunyaaku mengatakan nggak boleh. Tapi gimana caranya aku bilang nggak boleh? Toh aku di sini adalah orang ketiga di antara mereka?"Iya Mas."Makanya setelah pertanyaan suaminya, itulah jawaban yang keluar dari bibir Aida."Aku pergi dulu ya."Reiko lalu mengecup dahi istrinya."Kamu jangan khawatir, aku masih tetap ingat apa janjiku padamu kok. Aku cuma nggak mau bikin Brigita salah paham dan menyalahkanmu lalu membuat masalah denganmu, Ai.""Iya Mas. Ya sudah
Reiko: Bee, jangan salah paham dulu, please.Reiko jadi makin tak enak lagi.Reiko: Aku menelepon bukan untuk mengintrogasimu dan menanyakan tentang hubunganmu dengan masalah keluarga Tommy dan Shandra. Aku tak peduli. Pikiranku cuma pada Gerald, yah, dia mencarimu dan dia menceritakan banyak tentang perjalanan project ini.Apa yang dia ceritakan?Lagi-lagi jawaban yang membuat bulu kuduk Brigita merinding.Brigita: Apa dia menceritakan tentang aku? Maksudku dia menceritakan tentang diriku padamu? Dia menjelek-jelekkan aku padamu?Aku memang sudah terdesak karena di sini aku disiksa sampai hampir mau mati. Tapi aku juga tidak boleh menurunkan harga diriku di hadapan Reiko.Brigita s
"Rest in peace for a while for all of you!"BRAAAK!"Mom! What the hell you've done?"Brigita yang sudah melihat tubuh beberapa orang yang bersama dengan ibu dan dirinya baru saja terjatuh dia kaget dan langsung berteriak memekik macam itu ketika melihat Alina memencet sesuatu di alat yang terpasang di lengannya.Alat seperti jam tangan tapi besar. Itu berisi tombol-tombol dengan ukuran seperti remote dan ada tali yang terikat di lengannya."Kita bicara nanti! Cepat kita keluar dari ruangan ini dulu.""Mom, are they zombie?"Brigita bergidik geli dan dia segera mungkin berjalan cepat meninggalkan ruangan itu. Dia berhati-hati sekali dengan langkahnya mengikuti wanita yang kini berjalan menuju ke arah
Reiko: Bee? Halo, Bee?"Ssssh!" Reiko memijat dahinya pening sudah, karena tiba-tiba teleponnya diputus begitu saja dan wanita itu tampak tak ingin bicara dengannya.Kalau responnya seperti ini dia pasti tidak mau ikut denganku bertemu dengan Gerald Peterson!Reiko mengambil kesimpulan lagi sambil dia menyandarkan tubuh jadi sofa dan memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan kepenatan.Pening sudah kepalanya apalagi dia juga kini mengingat tentang hubungannya bersama dengan Brigita.Segala hal yang sudah mereka lakukan kini terlintas lagi dalam lamunan Reiko."Ssssh!"Dan kembali rasa bersalah membuat dirinya menghempaskan napas lagi namun kini sudah mengubah posisinya jadi duduk tegak.
"Ehm--" Aida tak bisa menjawab.Tapi lagi-lagi jawaban yang membuat hati Reiko memanas padahal di sana udara cukup dingin karena ini menjelang musim dingin.Tau begini, aku tidak menyuruhnya untuk menghapus make up! kesal Reiko dan merasa menyesal setengah mati.Terbayanglah dia kisah Dewi Athena yang membuatnya makin mangkel.Tak tahulah bagaimana hatinya. Tapi untuk merespon Richard, Reiko juga tidak tahu bagaimana harus menjawabnya di saat Richard menatapnya dan tersenyum setelah tadi memuji Aida.Dan bukan hanya Reiko yang merasa tak enak. Jujur hati Aida juga deg-degan ngeri sangat.Haduh, dia kenapa memujiku? Bisa-bisa Mas Reiko nanti akan mengomel padaku lagi! Padahal aku kan sudah gak pake make up!
"Ish, Richard. Apa kau tidak tahu jika aku tidak memakan itu maka anakmu ini akan ileran nanti saat lahir?""Tasya--""Ssst, Richard sudah jangan berisik."Wah, andai aku bisa menyuruh Mas Reiko diam seperti dia meminta suaminya pasti sangat menyenangkan sekali. Cuma melihat wajah Mas Reiko kalau sudah mau marah rasanya aku jadi takut.Tak peduli dengan drama rumah tangga itu tapi yang ditekankan dalam hati Aida adalah sesuatu yang lain.Sebuah hubungan sehat antara seorang pria dan wanita yang sudah menikah yang dirindukan olehnya.Hubungan tanpa ada wanita lain yang menjadi pengganjal di antara mereka dan keduanya memang saling mencintai sehingga bisa memiliki satu sama lain dan bahkan tidak masalah jika mereka memulai sediki
"Tasya kurasa suamimu pasti akan sangat marah sekali kalau kita mau masak seblak. Bagaimana kalau aku menggantinya dengan mie goreng? Atau nasi goreng?""Aish, biarlah. Aku sudah lama meninggalkan indonesia dan aku liat di tiktok dan ramai beberapa bulan lalu orang-orang buat seblak Rafael. Kita coba buat yuk!" Tasya tak gentar."Tapi--""Aish. Tak apa sekali-kali Richard marah padaku. Tak apa juga kalau dia marah padaku lalu lebih bagus kalau dia menyuruhku untuk pergi dari sisinya. Memang itu yang kuinginkan!""Hah?"Aida tak paham apakah Tasya memang salah bicara atau tidak, tapi memang kata-kata itulah yang terlontar dari bibir wanita yang kini menggandeng tangannya."Kau tahu? Menikah dengan orang kaya itu berarti kau berada di dal