"Hmmm. Ya tapi Mbak...."
"Udah biarkan saja Sayang, Mbak Aida sudah memutuskan begitu kok kamu yang repot?"
"Ish, abisnya--"
"Inggrid kadang sesuatu memang gak sesuai sama inginnya kita. Tapi kalau seseorang sudah menentukan begitu biarkanlah. Gak mesti kan tiap orang mengikuti inginmu?"
Setelah Seno mengingatkan, Inggrid pun tak mengatakan apapun lagi.
"Lagi pula yang diputuskan Mbak Aida ini lebih ke arah menghargai suaminya. Sama seperti Mas Reiko yang bikin terrarium bisa aja nyuruh orang. Tapi karena karena dia ingin kesempurnaan. Ingin memberikan yang terbaik untuk pasangannya makanya dia buat sendiri."
Memberikan yang terbaik? Tapi kenapa masih menduakanku di belakang? Apa sebenarnya yang terjadi sih?
Apa dia-- ehmAida tidak berani melanjutkan apa yang ada di pikirannya justru dia kini menunduk mengarahkan pandangan matanya pada buku yang dibacanya.Yang kutahu Mas Reiko selama beberapa bulan terakhir ini dia selalu saja pulang ke rumah. Jadi tidak mungkin kalau dia tidak pulang tanpa memberitahukanku. Apa sekarang hubungan mereka sudah semakin serius, sampai--Lagi-lagi Aida menghempaskan napas seakan-akan semakin berat kalau terus memikirkan ke sana.Dia bilang, dia ingin aku memasakkannya soto. Lalu dia juga membelikanku pakaian yang tidak berguna itu. Aku lihat sendiri tadi ada di dalam kamarku. Jadi tidak mungkin kan dia tidak pulang?Inginnya Aida mempercayai apa yang ada dalam benaknya! Tapi sayangnya sekarang sudah selarut ini tapi be
"Mau tahu sih. Tapi apakah itu lebih penting daripada aku mengurus suamiku yang sekarang wajahnya babak belur?"Aida malah membalikkan pertanyaan macam itu."Dah Mas, nggak usah banyak pikiran. Kalau Mas Reiko mau cerita ya cerita saja. Tapi aku mau mengambil air hangat dulu buat bersihin mukanya."Setelah melemparkan senyumnya, Aida berdiri dan meninggalkan tempat itu menuju dapur! Tentu dengan perasaan di dalam hatinya yang menyesal juga.Lagi-lagi aku ingin mengutuki diriku sendiri. Kenapa juga aku tidak bilang padanya kalau memang aku ingin tahu. Semuanya! Aku ingin dia menceritakan semuanya yang membuat pengap hatiku. Cuma kenapa aku memilih untuk menahan bicara?Hanya sepersekian detik dari Aida berdiri, tanya itu sudah menggerogoti hatinya sendiri.
"Karena aku takut Ai. Takut kalau kamu ninggalin aku pergi sama laki-laki lain karena aku nggak akan pernah tahu apa yang terjadi pada diriku kalau sampe kamu jalan sama cowok lain, Ai."Lalu apa kamu berpikir apa yang akan terjadi pada diriku kalau aku tahu kamu jalan sama wanita yang kamu bilang paling sempurna dalam hidupmu?Sebuah ucapan yang membuat bibir Aida tersenyum simpul karena tiba-tiba hatinya ingin sekali membandingkan pikiran Reiko sekarang dengan ketakutan dalam benaknya."Siapa yang bilang aku sama laki-laki lain? Mas Reiko mungkin salah duga. Atau mungkin Mas Reiko menyuruh orang untuk mengikutiku jadi salah pikir pas liat aku sama temen cowok kampus dia ngadu enggak-enggak?”Dua-duanya memang sama-sama seakan sulit untuk jujur.Tanya Aida
"Ya ampun Mas!"Tak paham Aida ke mana arah pembicaraan itu."Jadi Mas Reiko lagi bicarakan masalah kehidupan setelah mati dan Mas Reiko takut aku di sana bukan sama Mas Reiko?"Aida geleng-geleng kepala."Ndak Mas, ndak akan begitu loh. Sudahlah! Aku udah sama Mas Reiko dan kalau aku belum ketemu sama Mas Reiko dikehidupan nanti aku akan tunggu Mas Reiko dan aku gak akan bersama siapapun. Nah, itu juga belum pasti aku selamat atau enggak dari neraka. Karena gak ada yang bisa jamin Mas." Aida mengangkat bahunya."Dah Mas, aku mo cuci piring dulu. Dah, jangan mikir macem-macem, ndak semua yang dibilang Seno dan info yang didapatkannya sesuai loh sama kenyataan."Aida sudah mau berdiri selepas ceramah."Mas, ngapain tanganku dipeg
"Hmm. I-iya Mas."PLAAAKSssh, apa maksudnya dia menamparku?Sesaat setelah Aida menjawab pertanyaan Reiko, pria itu tak segan-segan untuk menggerakkan tangan yang menampar wajah Aida saat miliknya juga masih terbenam dalam liang suci Aida."Kamu menyembunyikan dariku kalau banyak sekali laki-laki yang menyukaimu di sekolahmu. Bukan berarti kamu tidak bisa menyembunyikan dariku berapa banyak laki-laki yang mencuri perhatianmu di kampus kan?"Tapi sebelum Aida protes, Reiko sudah bicara lagi.Dan tamparan itu juga bukan tamparan biasa. Itu cukup menyakitkan karena rasa di wajah Aida jadi kebas dan telinganya pengang."Jangan meminta penjelasan apapun dari Seno. Dia bekerja untukku dan aku han
"MASUKKAN MILIKKU KE DALAM SANA LAGI!"Tak peduli dengan tangisan Aida, Reiko tetap meminta."Heuuuheuuuuu!"Tapi karena kebingungan Aida malah semakin menangis. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya untuk melakukan itu tanpa harus melepaskannya dulu.Dipikir berulang-ulang kali dengan logikanya juga tidak akan pernah bisa. Tapi bagaimana caranya untuk memberitahukan pada suaminya yang sedang tidak jelas emosinya ini?"Hkkkk!"Makanya, melihat Aida tidak merespon dan justru menangis tiada henti Reiko menghentakkan lagi miliknya ke dalam intinya dan menimbulkan perih."Ini hanya milikku, Ai!"Dan yah, seperti orang yang dipenuhi emosi dan amarah. Dia tidak lagi bis
Reiko: Kita bicara lain waktu!Huh, kupikir dia tidak akan berani mengangkat telepon itu di hadapanku. Dia benar-benar mengangkatnya sekarang?Aida tentu saja merasa ragu tentang siapa yang menghubungi suaminya. Kalau tebakannya benar bukankah seharusnya Reiko menghindar supaya Aida tak banyak tanya dan tahu siapa yang meneleponnya?Reiko: AKU BILANG KITA BICARA LAIN WAKTU!Eh, dia membentak orang di ujung teleponnya?Kalaupun itu adalah Brigita, Aida sampai tak percaya kalau memang suaminya menggertak wanita itu. Bukan sikap suaminya begini. Apalagi Aida ingat bagaimana Reiko menghargainya dan mencintainya. Rasa tak mungkin.Ini sungguh mencengangkan apalagi Reiko tak pernah membentak orang lain.
Brigita: Kubilang, aku bisa mengurusnya. Dan apa maksudmu? Kau pikir kau menyukainya? Cih. Aku adalah orang yang menjalin hubungan karena benefit.Meski menenangkan, sarannya tak sesuai dengan maunya Brigita.Alina: Lihat, kau sendiri yang bersikeras Sayang. Kalau kau bilang kau tak sanggup--Brigita: AKU SANGGUP!Alina: Oke jika menurutmu begitu. Kalau kau masih ingin menjalankan misi ini yang penting kau harus masuk ke dalam brankas itu dan mengambil apa yang menjadi milikku.Alina bukan wanita yang mudah. Dia keras dan strict pada rencananya.Brigita: Hmm. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Jangan mendikteku!Alina: Sayang, selama ini aku tidak mencampuri urusanmu. Dan kalau kau tak sangg