"Ya ampun Mas!"
Tak paham Aida ke mana arah pembicaraan itu.
"Jadi Mas Reiko lagi bicarakan masalah kehidupan setelah mati dan Mas Reiko takut aku di sana bukan sama Mas Reiko?"
Aida geleng-geleng kepala.
"Ndak Mas, ndak akan begitu loh. Sudahlah! Aku udah sama Mas Reiko dan kalau aku belum ketemu sama Mas Reiko dikehidupan nanti aku akan tunggu Mas Reiko dan aku gak akan bersama siapapun. Nah, itu juga belum pasti aku selamat atau enggak dari neraka. Karena gak ada yang bisa jamin Mas." Aida mengangkat bahunya.
"Dah Mas, aku mo cuci piring dulu. Dah, jangan mikir macem-macem, ndak semua yang dibilang Seno dan info yang didapatkannya sesuai loh sama kenyataan."
Aida sudah mau berdiri selepas ceramah.
"Mas, ngapain tanganku dipeg
"Hmm. I-iya Mas."PLAAAKSssh, apa maksudnya dia menamparku?Sesaat setelah Aida menjawab pertanyaan Reiko, pria itu tak segan-segan untuk menggerakkan tangan yang menampar wajah Aida saat miliknya juga masih terbenam dalam liang suci Aida."Kamu menyembunyikan dariku kalau banyak sekali laki-laki yang menyukaimu di sekolahmu. Bukan berarti kamu tidak bisa menyembunyikan dariku berapa banyak laki-laki yang mencuri perhatianmu di kampus kan?"Tapi sebelum Aida protes, Reiko sudah bicara lagi.Dan tamparan itu juga bukan tamparan biasa. Itu cukup menyakitkan karena rasa di wajah Aida jadi kebas dan telinganya pengang."Jangan meminta penjelasan apapun dari Seno. Dia bekerja untukku dan aku han
"MASUKKAN MILIKKU KE DALAM SANA LAGI!"Tak peduli dengan tangisan Aida, Reiko tetap meminta."Heuuuheuuuuu!"Tapi karena kebingungan Aida malah semakin menangis. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya untuk melakukan itu tanpa harus melepaskannya dulu.Dipikir berulang-ulang kali dengan logikanya juga tidak akan pernah bisa. Tapi bagaimana caranya untuk memberitahukan pada suaminya yang sedang tidak jelas emosinya ini?"Hkkkk!"Makanya, melihat Aida tidak merespon dan justru menangis tiada henti Reiko menghentakkan lagi miliknya ke dalam intinya dan menimbulkan perih."Ini hanya milikku, Ai!"Dan yah, seperti orang yang dipenuhi emosi dan amarah. Dia tidak lagi bis
Reiko: Kita bicara lain waktu!Huh, kupikir dia tidak akan berani mengangkat telepon itu di hadapanku. Dia benar-benar mengangkatnya sekarang?Aida tentu saja merasa ragu tentang siapa yang menghubungi suaminya. Kalau tebakannya benar bukankah seharusnya Reiko menghindar supaya Aida tak banyak tanya dan tahu siapa yang meneleponnya?Reiko: AKU BILANG KITA BICARA LAIN WAKTU!Eh, dia membentak orang di ujung teleponnya?Kalaupun itu adalah Brigita, Aida sampai tak percaya kalau memang suaminya menggertak wanita itu. Bukan sikap suaminya begini. Apalagi Aida ingat bagaimana Reiko menghargainya dan mencintainya. Rasa tak mungkin.Ini sungguh mencengangkan apalagi Reiko tak pernah membentak orang lain.
Brigita: Kubilang, aku bisa mengurusnya. Dan apa maksudmu? Kau pikir kau menyukainya? Cih. Aku adalah orang yang menjalin hubungan karena benefit.Meski menenangkan, sarannya tak sesuai dengan maunya Brigita.Alina: Lihat, kau sendiri yang bersikeras Sayang. Kalau kau bilang kau tak sanggup--Brigita: AKU SANGGUP!Alina: Oke jika menurutmu begitu. Kalau kau masih ingin menjalankan misi ini yang penting kau harus masuk ke dalam brankas itu dan mengambil apa yang menjadi milikku.Alina bukan wanita yang mudah. Dia keras dan strict pada rencananya.Brigita: Hmm. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Jangan mendikteku!Alina: Sayang, selama ini aku tidak mencampuri urusanmu. Dan kalau kau tak sangg
Alina: Hey easy Brigita!Sambil membentak sampai Alina menjauhkan telinganya dari telepon dan mengerutkan dahinya sambil menatap ke layar monitornya, dia geleng-geleng kepala mendengar anaknya mengomel.Alina: Kau terlalu emosional.Brigita: Kau yang membuatku kesal. Ingat! Dia tidak pernah menolakku. Jadi kau jangan meremehkanku di hatinya. Aku yakin sekali wanita itu pasti mengguna-gunanya atau dia menunjukkan sikap lemahnya yang membuatnya jadi menolakku. Apalagi yang bisa dilakukan wanita yang miskin, bodoh dan butuh uang kecuali mencoba menaklukannya?Dan kini tersenyumlah Alina setelah mendengar ituAlina: Jadi sekarang di dalam hatinya dia sudah menggantikan dirimu dengan wanita cacat yang mengguna-gunanya, makanya dia tidak mau tidur denganmu? Kau kalah da
Brigita: Tidak, tidak. Kau tidak bisa membunuhnya.Sesaat setelah Alina mengatakan apa keinginannya Brigita langsung refleks menolak lagi.Alina: Kau menyukainya? Begini saja, jika kau memang menyukainya kau tinggal menyuruhku untuk membunuh wanita yang ada disampingnya sehingga takkan ada lagi beban untuknya bersamamu.Brigita: Kalaupun tidak ada lagi laki-laki di dunia ini aku cuma ingin mengambil keuntungan saja darinya. Kenapa aku memintamu untuk tidak membunuhnya? Karena aku tidak suka ditolak.Senyum di bibir Alina terurai ketika dia mendengar ucapan Brigita! Bukan sebuah senyum bahagia tapi sebuah senyum seperti lelah dan mengejek.Tadi putrinya tidak mengakui Kalau memang dia ditolak! Tapi akhirnya mengaku. Lalu apa nanti Brigita juga akan mengaku menyukainya?
"Hmm ... Coba aku cari info detailnya ya!"Alina yang mencurigai sesuatu dan sudah mengambil benang merahnya kini mulai mengulik info lebih serius."Apa yang dia punya? Apa saja yang ditinggalkannya? Semua warisannya diwakilkan pada adik keduanya. Mungkinkah di sana ada motherboard-nya juga?"Berdasarkan pemikiran ini Alina mulai mempelajari warisan yang diberikan oleh Anthony kepada adiknya lebih detail."Rumah! Dia memberikan adiknya rumah?"Alina mencurigai sesuatu yang membuat dirinya makin ingin tahu dengan rumah tersebut."Aku tahu tempat ini. Mungkin aku bisa mendatanginya?"Tak membuang waktu. Alina mencoba mensinkronkan koordinat rumah tersebut.Dan saat
"Hmm. Jeremy Carver, dia menikah dengan Adelle Michelle Martin. Dan mereka memiliki dua orang anak yaitu Barnett Carver dan Cassandra Carver."Tak peduli dengan kebingungan dari Ellena, Alina sudah menggerakkan tangannya untuk melihat-lihat beberapa kosmetik milik Ellena sambil dia bicara sangat santai. Seperti sudah tak ada lagi kecanggungan."Barnett. Dia memiliki istri orang Indonesia. Mereka lalu dikaruniai sepasang anak kembar identik. Alina dan Ellena Carver."Lalu kini mata Alina melirik pada Ellena dengan tangannya masih memegang lipstik milik Ellena dan bibir Alina tersenyum simpul."Sayangnya karena pekerjaan dari Barnett Carver tak memungkinkan untuk dirinya tinggal bersama dengan wanita yang dicintainya. Dia tak mau membahayakan istri dan keturunannya. Itulah yang membuat anak kembar mereka harus