"Mas Reiko ndak sekalian ngebunuh aku aja gitu loh Mas!"
"Maksudmu apa sih? Ayo cepet!"
Aida tadinya mau protes. Tapi suaminya sepertinya tidak mau mendengarnya dan justru menariknya keluar dari lift menuju ke helipad yang baru saja mendarat helikopter di atasnya.
"Mas, aku ini mahasiswa baru. Dan tidak boleh diantar lewat gerbang kampus. Tapi helipad itu ada di depan rektorat, dalam gerbang kampus. Nanti aku gimana? Bisa di-bully sama mahasiswa di sana. Apalagi mereka udah ngeliat gimana perlakuan buruk dari keluarga Adiwijaya? Mas Reiko mau mencoreng nama Adiwijaya memangnya?"
"Huh?"
Alhamdulillah, untung aku ndak telat!Tepat sekali beberapa detik sebelum batas waktu kedatangan tiba, Aida sudah sampai di ruang untuk MABA dari fakultasnya."Aida, kenapa kamu bisa sampai mepet gini nyampenya? Kemarin masih ada selang waktu. Ini pas banget waktunya. Habis lembur ya tadi malem?""Huh, lembur ngomongin konsep bisnis!""Bisnis? Bisnis apaan? Bikin anak?" seru Inggrid yang bicara sambil berbisik-bisik karena kakak tingkat mereka sudah bicara di depan, untuk memberikan pengarahan kegiatan hari ini."Nantilah aku ceritanya. Ki
"Didi, aku punya kue, nih kamu mau?"Sesaat sebelumnya saat Aida baru memutuskan untuk segera mungkin pergi ke masjid."Makasih!"Seseorang terlihat tersenyum manis dan dia menawarkan sesuatu yang ada di tangannya pada seorang pria yang baru selesai mengobrol dengan temannya.Sungguh sikap wanita ini membuat yang dipinggil Didi jengah. Bahkan seseorang yang sedang mengobrol dengan Didi juga sebetulnya tidak suka dengan sikap wanita yang dari tadi terus saja mengganggu Didi. Hanya saja dia tidak mau cari masalah dan sudah pergi menuju ke arah kantin bersama dua orang pria lainnya."Eh tunggu dulu!"&nb
Mbak Aida haduh, maafin aku ya Mbak aku nggak bisa nutupin jati dirimu di hadapan adik iparmu itu. Soalnya sekarang aku juga panik. Aduh gimana nih Mbak Aida berdarah gitu sama kaya di Aurora Mall!"Ya ampun kenapa nih?"Ada seseorang yang sudah mendekat lebih dulu dan langsung bertanya saat Inggrid masih panik dan karena kecemasannya itu dia belum bisa melakukan apa pun. Yang melihat Aida yang mimisan tanpa bertindak."Astaghfirullah … Aida kenapa?"Ditambah lagi seorang lagi yang datang membuat Reti menatap ke arah sumber suara.Dia ke
"Bentar!"Irsyad tak langsung menjawab pertanyaan Tiwi. Tapi pandangan matanya justru mengarah pada mereka yang masih ada di sekelilingnya."Yang lainnya bubar. Balik ke kelompok masing-masing!"Dimas tahu pembicaraan ini bukan sesuatu yang harus didengar oleh orang lain, makanya melihat Irsyad yang tak tegaan untuk menyuruh mereka semua bubar, Dimas yang berinisiatif."Apaan Syad? Cepetan deh ga pake lama!" protes Tiwi."Maaf ya dek, bubar ya! Balik ke kelompok kamu""Eh iya k
Ternyata benar yang dibilang Papa. Kakek tidak main-main untuk membagi kekuasaan di perusahaan ini. Jadi sekarang Pak Lek memang akan mengambil alih sebagian dari perusahaan ini yang memang menjadi haknya, bukan?Reiko berbisik di dalam hatinya ketika tadi dia mendengar penjelasan Adiwijaya."Kamu tunggu apa lagi Endra? Ayo cepat masuk ke ruang rapat!"Sesaat sebelum kejadian ketika Adiwijaya memerintahkan putranya untuk memulai rapatnya di saat hati Endra masih kalang kabut dan merasa tak tenang mendengar rencana dari ayahnya itu."Baik Romo!"Tap
"Apalagi yang kamu katakan untuk memfitnah keluargaku?"Endra tak menyerang Adiwijaya saat mendengar kemarahannya barusan.Dia justru menunjukkan emosi dan kekesalannya saat menatap Roy. Dia tak menyangka kalau ada pembahasan seperti ini. Dan dia belum melihat apa yang dilakukan putrinya.Di sini Reiko yang justru meringis dalam hatinya, mengingat ucapan Aida.Mereka selangkah lebih dulu. Awal aku bertemu dengan Roy, aku tahu aku harus berhati-hati dengannya. Inilah kenapa aku sangat menjaga jarak hubunganku dengan Brigita di awal. Tapi apa yang dilakukan Reti mungkin di kampus kemarin seperti yang dikatakan Aida ini tercium olehnya. Reiko tak tahu.
"Reiko, dari sikap papamu yang walk out meninggalkan rapat kurasa dia tidak suka dengan keputusan yang sudah kamu buat itu. Apa kamu tidak mau menggantinya? Aku masih memberikan kesempatan! Itu jika memang kamu mau!"Adiwijaya juga masih heran sebetulnya kenapa Reiko malah memilih yang tak sesuai dengan ekspektasinya. Dia seharusnya tahu apa saja yang terbesar di perusahaan itu dan membidiknya kalau mau untung lebih.Tapi kenapa Reiko malah mengambil keputusan seperti ini?"Kakek, tadi Kakek bilang sendiri kalau aku akan mencoreng nama perusahaan Adiwijaya kalau aku mengambil tempatku yang sekarang sebagai wakil dari CEO. Itu berarti kalau aku mengambil aset-aset strategis dari Adiwijaya group ini juga akan menjadikanku sebagai sorotan andaikan kasus it
"Untuk masalah Aida, jangan kamu jadikan bebanmu sendiri. Kalau kamu butuh uang untuk kepentingannya, bilang pada papamu, apa pun yang dia butuhkan ambil saja sebanyak apa yang kamu perlukan dari uangku di perusahaan ini.""Kakek, Aida istriku. Aku menikahinya dan aku yang wajib menafkahinya. Jadi apa pun yang dibutuhkannya, aku yang akan memenuhinya. Aku tak akan mengemis untuk biaya hidup keluargaku. Lagi pula, Aida aku rasa akan lebih bahagia jika aku yang memenuhi semua yang dibutuhkannya. Terima kasih untuk tawarannya."Reiko menolak dengan tegas. Dia memang tak ingin merendahkan dirinya demi uang. Apalagi menjadikan Aida yang merupakan titik terlemah kakeknya jadi alasan dirinya bersandiwara. Reiko tak mau."Aku rasa semua yang ingin kusampaikan sudah tak ada lagi yang terlewatkan, Le. Kalau kamu mau meninggalkan ruangan ini terserah kamu.""Hmm. Aku akan segera packing barang-barangku dan aku akan memindahkannya hari ini juga, Kakek."Ada sedikit rasa tak rela dalam hati Adiwij