"Bentar!"
Irsyad tak langsung menjawab pertanyaan Tiwi. Tapi pandangan matanya justru mengarah pada mereka yang masih ada di sekelilingnya.
"Yang lainnya bubar. Balik ke kelompok masing-masing!"
Dimas tahu pembicaraan ini bukan sesuatu yang harus didengar oleh orang lain, makanya melihat Irsyad yang tak tegaan untuk menyuruh mereka semua bubar, Dimas yang berinisiatif.
"Apaan Syad? Cepetan deh ga pake lama!" protes Tiwi.
"Maaf ya dek, bubar ya! Balik ke kelompok kamu"
"Eh iya k
Ternyata benar yang dibilang Papa. Kakek tidak main-main untuk membagi kekuasaan di perusahaan ini. Jadi sekarang Pak Lek memang akan mengambil alih sebagian dari perusahaan ini yang memang menjadi haknya, bukan?Reiko berbisik di dalam hatinya ketika tadi dia mendengar penjelasan Adiwijaya."Kamu tunggu apa lagi Endra? Ayo cepat masuk ke ruang rapat!"Sesaat sebelum kejadian ketika Adiwijaya memerintahkan putranya untuk memulai rapatnya di saat hati Endra masih kalang kabut dan merasa tak tenang mendengar rencana dari ayahnya itu."Baik Romo!"Tap
"Apalagi yang kamu katakan untuk memfitnah keluargaku?"Endra tak menyerang Adiwijaya saat mendengar kemarahannya barusan.Dia justru menunjukkan emosi dan kekesalannya saat menatap Roy. Dia tak menyangka kalau ada pembahasan seperti ini. Dan dia belum melihat apa yang dilakukan putrinya.Di sini Reiko yang justru meringis dalam hatinya, mengingat ucapan Aida.Mereka selangkah lebih dulu. Awal aku bertemu dengan Roy, aku tahu aku harus berhati-hati dengannya. Inilah kenapa aku sangat menjaga jarak hubunganku dengan Brigita di awal. Tapi apa yang dilakukan Reti mungkin di kampus kemarin seperti yang dikatakan Aida ini tercium olehnya. Reiko tak tahu.
"Reiko, dari sikap papamu yang walk out meninggalkan rapat kurasa dia tidak suka dengan keputusan yang sudah kamu buat itu. Apa kamu tidak mau menggantinya? Aku masih memberikan kesempatan! Itu jika memang kamu mau!"Adiwijaya juga masih heran sebetulnya kenapa Reiko malah memilih yang tak sesuai dengan ekspektasinya. Dia seharusnya tahu apa saja yang terbesar di perusahaan itu dan membidiknya kalau mau untung lebih.Tapi kenapa Reiko malah mengambil keputusan seperti ini?"Kakek, tadi Kakek bilang sendiri kalau aku akan mencoreng nama perusahaan Adiwijaya kalau aku mengambil tempatku yang sekarang sebagai wakil dari CEO. Itu berarti kalau aku mengambil aset-aset strategis dari Adiwijaya group ini juga akan menjadikanku sebagai sorotan andaikan kasus it
"Untuk masalah Aida, jangan kamu jadikan bebanmu sendiri. Kalau kamu butuh uang untuk kepentingannya, bilang pada papamu, apa pun yang dia butuhkan ambil saja sebanyak apa yang kamu perlukan dari uangku di perusahaan ini.""Kakek, Aida istriku. Aku menikahinya dan aku yang wajib menafkahinya. Jadi apa pun yang dibutuhkannya, aku yang akan memenuhinya. Aku tak akan mengemis untuk biaya hidup keluargaku. Lagi pula, Aida aku rasa akan lebih bahagia jika aku yang memenuhi semua yang dibutuhkannya. Terima kasih untuk tawarannya."Reiko menolak dengan tegas. Dia memang tak ingin merendahkan dirinya demi uang. Apalagi menjadikan Aida yang merupakan titik terlemah kakeknya jadi alasan dirinya bersandiwara. Reiko tak mau."Aku rasa semua yang ingin kusampaikan sudah tak ada lagi yang terlewatkan, Le. Kalau kamu mau meninggalkan ruangan ini terserah kamu.""Hmm. Aku akan segera packing barang-barangku dan aku akan memindahkannya hari ini juga, Kakek."Ada sedikit rasa tak rela dalam hati Adiwij
"Reiko, kamu tahu, yang mungkin hanya kamu. Lihat bagaimana kamu mengembangkan perusahaan ini di Abu Dhabi. Kamu punya potensi mengembangkan Adiwijaya grup!"Tak ada lagi yang bisa diharapkan oleh Endra kecuali putranya? Makanya dia tidak mau sampai Reiko berpikir begini."Papa tidak perlu khawatir. Aku tahu apa yang harus kulakukan!" Reiko tak bisa di usik."Dan aku akan meminimalis kesalahan yang kubuat bahkan zero mistake!" tegasnya lagi dengan pandangan mata yang berapi-api menunjukkan semangatnya."Aku percaya, aku bisa membuatnya dan aku benar-benar akan berhati-hati kali ini Papa! Aku juga tak memakai modal orang lain. Ini lebih
"Eh iya kak Dimas yang ganteng! Nanti aku ikutan English club yang kemarin itu. Gak sabar deh pengen deket ama kenal kak Dimas. Aku cuma mo bilang itu aja, bye kak Dimas biasku."Waduh, kenapa anak itu malah bilang begitu, sih? Tiwi bisa ngomel. Matilah aku!Sesaat sebelumnya saat Dimas berbisik seperti ini di hatinya. Adik tingkatnya yang dia juga tak kenal siapa itu, seperti menggoda.Dimas seharusnya bisa menyanggah karena dia tak mengenal adik tingkatnya itu."Cantik juga! Adik tingkat itu emang selalu fresh, ya!"Tapi ucapan yang tidak diharapkan oleh Dimas sudah terdengar di telinganya."Jangan salah paham, Wi. Aku nggak ada perasaan apa pun sama dia. Kenal juga gak. Kamu kayak nggak tahu adik tingkat aja kayak gimana," mata Dimas lalu mengarah pada Irsyad. "Bener kan gue gak kenal dia? Lo jangan diem aja dong!" protes Dimas meminta bantuan."Eh, emang aku nanya kamu kenal ama dia apa enggak, ya? Kan aku cuma bilang cantik juga. Lumayan tuh kalau mau dijadiin pacar!""Pratiwi! A
Duh, lama banget sih kakak tadi tuh di luar. Ngapain sih? Dia tuh mahasiswa kedokteran tingkat berapa, ya? Ngerti nanganin mbak Aida gak, ya?Inggrid yang sudah melepaskan sepatu Aida termasuk kaos kakinya dan juga semua yang membuat tubuh Aida seperti terikat dan peredaran darahnya tak lancar berbisik-bisik dalam hatinya.Karena Pratiwi keluar sudah lima menitan dan belum kembali ke dalam. Makanya wajar Inggrid menggerutu karena dia memang khawatir sekali dengan kondisi Aida.Aku sambil pijitin aja kali, ya? Tapi mudah-mudahan Mbak Aida nggak apa-apa sih. Ini juga udah nggak keluar lagi kok darah dari hidungnya. Ya ampun, kenapa sih dia bisa kayak gini? Terus juga bibirnya kering banget. Puasa apa, ya?
"Eh, dari tadi gue nungguin! Gimana keadaannya?"Irsyad masih berdiri di depan pintu dengan kekhawatirannya saat Pratiwi keluar dari ruangan DKM."Kalau menurut gue sih dia tidur. Kayaknya dia kecapean, tapi gue nggak tahu juga. Soalnya sepupunya mikir kalau dia itu koma. Gue gak yakin. Lo mo ngecek?""Gak, dia cewek. Dia selalu ngejaga dirinya, gue ga berani." Irsyad menimpali, meski dia tak yakin juga Aida masih sama seperti dulu, tapi Irsyad tetap tak mau."Dia ngerespon lo gak, Wi?" Malah Irsyad bertanya lagi begini."Lemes sih tubuhnya. Kaya orang tidu