"Oke kalau gitu, kita fokus ke marketingnya."
Tapi meski pikirannya bermacam-macam tentang Aida, Didi sudah kembali fokus dan memang dia tidak mau sampai nilainya bermasalah. Dia harus mendapatkan nilai terbaik dan itulah taretnya di kuliah.
Didi punya impian menjadi yang terbaik dan membuktikan kalau dia bisa hidup mandiri tanpa bantuan dari keluarga kakak iparnya. Itulah adalah harapan Didi.
Dan apakah rencananya untuk program kerja kelompok ini berhasil?
"Liat, mereka tuh pada suka dan orderannya sebanyak ini. Gimana cara kita ngerjainnya?"
"Kebayang gak sih? Ini baru hari ketiga loh. Kemarin tuh hari pertama penjualan kita udah nyampe tiga puluh dua, hari kedua, online ada lima, offline yang pengen ada lima puluhan dan hari ketiga ni, sembilan puluh orderan termasuk ya
"Itu--""Gak asing kan foto dua orang ini?"Didi tak perlu menyindir pun, Aida sudah melihat sesuatu yang ada di sana dan sedikit kaget serta bergetar hatinya."Ini foto suamimu yang kamu rebut dari cewek disebelahnya, kan?" sindir Didi yang tak bisa Aida jawab dan sebelum Aida bisa memikirkan apa yang harus dikatakannya..."Pasti kamu nggak tahu kan kalau dia deket lagi sama istrinya yang dulu dan ini baru kejadian tadi pagi loh. Oh, atau emang selaku wanita simpanan kamu udah tau?""Hm, pertama, itu bukan urusanmu, orang yang pandai berspekulasi lebih dulu padahal dia tidak tahu kenyataan yang sebenarnya itu seperti apa. Dan seharusnya kamu tidak perlu cerita berlebihan padaku atau menunjukkan itu padaku karena itu bukan urusanmu." Aida mulai menjawab.
Fuuuh, berpura-pura semua baik-baik saja dan tidak ada masalah selama beberapa jam itu melelahkan ya.Saat keluar dari ruangan tempat Aida membuat terrarium hatinya sebenarnya sudah tak tahan lagi Dan hampir saja dia menangis dalam ruangan itu tadi.Tapi aku tidak mungkin kan bicara padanya kalau hatiku kenapa-napa? Dia bukan orang untuk tempat curhat. Lagian dia akan lebih senang dan mungkin akan tersenyum bahagia melihat kehancuranku. Tapi ini juga bukan urusannya sih. Ini adalah rumah tanggaku dengan Mas Reiko!Dan siapa sih itu yang tidak kesal melihat laki-laki yang dicintainya dan sudah berstatus sebagai suaminya bersama dengan seorang wanita lain yang dia juga tidak tahu siapa wanita itu. Dan bukankah suaminya sedang ada di Abu Dhabi?Biasanya Mas Reiko pulang, memang sebulan sih
Ya ampun, orang itu masih terus saja berpikiran buruk padaku?Melihat motor Didi yang sudah pergi melaju meninggalkan lobby apartemen, Aida mengumpat dalam hatinya sendiri.Ah, mending aku segera membantu Inggrid daripada ngeliatin dia pergi, gak guna! Kasihan Inggrid sama Mbak Fitri.Aida yang tak mau memperpanjang pikiran buruknya ini ditambah juga dia sendiri sedang ngejelimet otaknya dan perbuatan Didi sudah menambah emosinya menjadi buruk, makanya Aida berusaha fokus pada kewajibannya saja.Meskipun semua ini tidak membuat hatinya betul-betul lega.Beneran Mas Reiko udah pulang? Tapi kenapa dia nggak bilang sama aku ya? Kalau dia pulang dari seminggu yang lalu bisa jadi aja kan? Atau mungkin dia baru pulang hari ini? Atau apa dia punya alasan sen
Berarti yang diliat Didi itu beneran Mas Reiko? Dia udah pulang?"Loh, emang Mas Reiko udah pulang dari Abu Dhabi?"Jawaban Seno membuat hati Aida berdegup! Begitupun dengan Inggrid dan Fitri yang kaget. Makanya, Fitri nyeletuk saat Aida tak bisa berkata apapun."Eeeeh--"Seno malah tak bisa berkata-kata dan menelan salivanya dia kebingungan sendiri. Tapi Seno bukanlah pembohong dan dia itu termasuk pria yang jujur sehingga sangking polos dan jujurnya matanya justru menatap ke arah Aida namun kini berpaling dengan rasa yang tak jelas dalam hatinya."Hihihi, biasa aja, Seno. Aku udah tahu kok kalau Mas Reiko udah pulang tapi aku emang belum cerita sama mereka berdua. Soalnya masih ada urusan di luar yang harus diselesaikan sama Mas Reiko. Tadi juga dia sempat ke re
Apa semua karena aku bertanya soal anak?Selepas keluar dari apartemen yang ditempati Seno Aida mulai berspekulasi lagi sambil dia berjalan menjauh dengan masih berusaha tegar tak mau menunjukkan air matanya. Dia berusaha menahan dirinya karena...Kamu nggak boleh kelihatan lemah. Bahaya kalau Fitri atau Seno ngeliat CCTV. Aku juga nggak boleh menangis di apartemen. Aku harus tegar. Di sanakan di semua tempatnya ada CCTV-nya. Di lift ini juga ada CCTV-nya. Kalaupun aku sesak dan ingin menangis nanti saja, pas lagi sujud.Aida, memang wanita yang cukup kuat menyembunyikan lukanya kalau di tuntut oleh keadaan.Masih ingat kan bagaimana Aida tidak pernah mengeluh saat kakinya tertusuk beling? Masih ingat kan dia tidak berusaha untuk berhenti di hadapan Reiko meskipun dia sulit jalan di dalam ka
"Aku kangen banget Ai, sebenarnya aku sudah ingin ketemu kamu dari seminggu yang lalu. Aku udah pulang minggu lalu. Tapi aku emang gak ngubungin kamu sampe urusanku di luar kota selesai, maaf ya Ai.""Mas Reiko masih banyak kerjaan kan?"Kesempatan!Aida memanfaatkan kesempatan saat itu untuk bertanya pada Reiko. Dia ingin tahu apa suaminya berniat untuk jujur menceritakan semuanya atau apa yang akan disampaikan oleh pria itu?"Hmm. Aku pas sampai bandara dihubungi sama Tuan Peterson untuk buat jadwal ke Bali. Dia baru sampai di Bali juga. Jadi tadinya aku mau langsung ketemu kamu karena aku udah nahan diri untuk nggak bicara sama kamu selama sebulan karena nggak mau ganggu kamu kuliah, apalagi katanya tugas kamu kuliah banyak banget dan kamu bahkan pulang dengan ekstra tambahan waktu di tempat kuliah buat ng
"Ai, Ngapain malah ngeliat ranjang baju kotor?""Ehm, aku mo taruh bajuku Mas. Kan tadi bekas masak ga enak di pake tidur. Basah juga kena air keran tadi," seru Aida yang tak sepenuhnya benar saat suaminya sudah mendekat padanya.Memang dia ingin menaruh baju kotor setelah tadi memasak di dapur untuk menyiapkan makan malam suaminya. Tak betah Aida memakai pakaian yang sudah sedikit basah terkena cipratan saat cuci piring. Sebetulnya dia bisa sih untuk tidak membuat bajunya kotor dengan menggunakan celemek.Tapi matanya mengarah ke kemeja yang memiliki wangi strawberry di keranjang itu yang lagi-lagi menyesakkannya dan berpikir di dalam hatinya tentang wangi yang selalu muncul tiga bulan ini tanpa absen di baju suaminya."Nah, harusnya kamu pakai apron Ai. Kaya biasa aku kalo cuci piring."
"Ada Mas. Banyak laki-lakinya dan ada perempuannya juga. Kita mau keluar bareng buat merayakan keberhasilan usaha kita yang bagian dari tugas kampus. Sekalian rapat kecil karena sekarang anak-anak juga dilema apakah mau melanjutkan usaha ini terus atau hanya sebatas urusan tugas kampus aja dan kita bubaran.""Ehm. Aku tuh sebenarnya nggak suka kalau kamu pergi sama temen-temen kamu apalagi ada temen cowoknya."Aku pun sebenarnya nggak suka kalau kamu pergi apalagi aku mencium wangi strawberry ratu lebahmu. Tapi apa aku protes padamu?Sebetulnya jawaban dari Reiko dibalas langsung oleh Aida. Beruntung saja Reiko tidak mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya."Ya sudah Mas. Aku akan katakan pada mereka kalau aku tidak bisa ikut."Tapi Aida memang saat ini sedang
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku