"Iyalah. Kurasa sih konsepnya seru, Didi. Dan kita mungkin bisa coba jual ke anak mahasiswa di sini? Apalagi ke cewek-cewek, pasti suka kalo ada bunny lucu kaya gini, Dan bukan cuma di marketplace. maksudku supaya kita nggak akan ngerebut pasar marketplacemu. Kita coba jual perorangan di kampus. Kita kasih contoh-contohnya, terus kalau mereka tertarik mereka juga bisa beli. Ya dari mulut ke mulut kayak gitu sih."
Bukan Aida yang menjawab! Salah seorang dari teman di kelompoknya yang bercicit tanpa henti.
"Iya setuju!" Salah seorang dari mereka juga menimpali lagi. Kalau kamu mau ya kamu bisa deh kasih harga ke kita berapa harga terrariumnya terus nanti kita jadi resellernya kamu, Di!"
Mereka tahu kalau itu adalah usaha Didi. Mereka juga punya perasaan dan mereka tidak mau mengambil itu dengan gratis.
Apalagi
"Oke kalau gitu, kita fokus ke marketingnya."Tapi meski pikirannya bermacam-macam tentang Aida, Didi sudah kembali fokus dan memang dia tidak mau sampai nilainya bermasalah. Dia harus mendapatkan nilai terbaik dan itulah taretnya di kuliah.Didi punya impian menjadi yang terbaik dan membuktikan kalau dia bisa hidup mandiri tanpa bantuan dari keluarga kakak iparnya. Itulah adalah harapan Didi.Dan apakah rencananya untuk program kerja kelompok ini berhasil?"Liat, mereka tuh pada suka dan orderannya sebanyak ini. Gimana cara kita ngerjainnya?""Kebayang gak sih? Ini baru hari ketiga loh. Kemarin tuh hari pertama penjualan kita udah nyampe tiga puluh dua, hari kedua, online ada lima, offline yang pengen ada lima puluhan dan hari ketiga ni, sembilan puluh orderan termasuk ya
"Itu--""Gak asing kan foto dua orang ini?"Didi tak perlu menyindir pun, Aida sudah melihat sesuatu yang ada di sana dan sedikit kaget serta bergetar hatinya."Ini foto suamimu yang kamu rebut dari cewek disebelahnya, kan?" sindir Didi yang tak bisa Aida jawab dan sebelum Aida bisa memikirkan apa yang harus dikatakannya..."Pasti kamu nggak tahu kan kalau dia deket lagi sama istrinya yang dulu dan ini baru kejadian tadi pagi loh. Oh, atau emang selaku wanita simpanan kamu udah tau?""Hm, pertama, itu bukan urusanmu, orang yang pandai berspekulasi lebih dulu padahal dia tidak tahu kenyataan yang sebenarnya itu seperti apa. Dan seharusnya kamu tidak perlu cerita berlebihan padaku atau menunjukkan itu padaku karena itu bukan urusanmu." Aida mulai menjawab.
Fuuuh, berpura-pura semua baik-baik saja dan tidak ada masalah selama beberapa jam itu melelahkan ya.Saat keluar dari ruangan tempat Aida membuat terrarium hatinya sebenarnya sudah tak tahan lagi Dan hampir saja dia menangis dalam ruangan itu tadi.Tapi aku tidak mungkin kan bicara padanya kalau hatiku kenapa-napa? Dia bukan orang untuk tempat curhat. Lagian dia akan lebih senang dan mungkin akan tersenyum bahagia melihat kehancuranku. Tapi ini juga bukan urusannya sih. Ini adalah rumah tanggaku dengan Mas Reiko!Dan siapa sih itu yang tidak kesal melihat laki-laki yang dicintainya dan sudah berstatus sebagai suaminya bersama dengan seorang wanita lain yang dia juga tidak tahu siapa wanita itu. Dan bukankah suaminya sedang ada di Abu Dhabi?Biasanya Mas Reiko pulang, memang sebulan sih
Ya ampun, orang itu masih terus saja berpikiran buruk padaku?Melihat motor Didi yang sudah pergi melaju meninggalkan lobby apartemen, Aida mengumpat dalam hatinya sendiri.Ah, mending aku segera membantu Inggrid daripada ngeliatin dia pergi, gak guna! Kasihan Inggrid sama Mbak Fitri.Aida yang tak mau memperpanjang pikiran buruknya ini ditambah juga dia sendiri sedang ngejelimet otaknya dan perbuatan Didi sudah menambah emosinya menjadi buruk, makanya Aida berusaha fokus pada kewajibannya saja.Meskipun semua ini tidak membuat hatinya betul-betul lega.Beneran Mas Reiko udah pulang? Tapi kenapa dia nggak bilang sama aku ya? Kalau dia pulang dari seminggu yang lalu bisa jadi aja kan? Atau mungkin dia baru pulang hari ini? Atau apa dia punya alasan sen
Berarti yang diliat Didi itu beneran Mas Reiko? Dia udah pulang?"Loh, emang Mas Reiko udah pulang dari Abu Dhabi?"Jawaban Seno membuat hati Aida berdegup! Begitupun dengan Inggrid dan Fitri yang kaget. Makanya, Fitri nyeletuk saat Aida tak bisa berkata apapun."Eeeeh--"Seno malah tak bisa berkata-kata dan menelan salivanya dia kebingungan sendiri. Tapi Seno bukanlah pembohong dan dia itu termasuk pria yang jujur sehingga sangking polos dan jujurnya matanya justru menatap ke arah Aida namun kini berpaling dengan rasa yang tak jelas dalam hatinya."Hihihi, biasa aja, Seno. Aku udah tahu kok kalau Mas Reiko udah pulang tapi aku emang belum cerita sama mereka berdua. Soalnya masih ada urusan di luar yang harus diselesaikan sama Mas Reiko. Tadi juga dia sempat ke re
Apa semua karena aku bertanya soal anak?Selepas keluar dari apartemen yang ditempati Seno Aida mulai berspekulasi lagi sambil dia berjalan menjauh dengan masih berusaha tegar tak mau menunjukkan air matanya. Dia berusaha menahan dirinya karena...Kamu nggak boleh kelihatan lemah. Bahaya kalau Fitri atau Seno ngeliat CCTV. Aku juga nggak boleh menangis di apartemen. Aku harus tegar. Di sanakan di semua tempatnya ada CCTV-nya. Di lift ini juga ada CCTV-nya. Kalaupun aku sesak dan ingin menangis nanti saja, pas lagi sujud.Aida, memang wanita yang cukup kuat menyembunyikan lukanya kalau di tuntut oleh keadaan.Masih ingat kan bagaimana Aida tidak pernah mengeluh saat kakinya tertusuk beling? Masih ingat kan dia tidak berusaha untuk berhenti di hadapan Reiko meskipun dia sulit jalan di dalam ka
"Aku kangen banget Ai, sebenarnya aku sudah ingin ketemu kamu dari seminggu yang lalu. Aku udah pulang minggu lalu. Tapi aku emang gak ngubungin kamu sampe urusanku di luar kota selesai, maaf ya Ai.""Mas Reiko masih banyak kerjaan kan?"Kesempatan!Aida memanfaatkan kesempatan saat itu untuk bertanya pada Reiko. Dia ingin tahu apa suaminya berniat untuk jujur menceritakan semuanya atau apa yang akan disampaikan oleh pria itu?"Hmm. Aku pas sampai bandara dihubungi sama Tuan Peterson untuk buat jadwal ke Bali. Dia baru sampai di Bali juga. Jadi tadinya aku mau langsung ketemu kamu karena aku udah nahan diri untuk nggak bicara sama kamu selama sebulan karena nggak mau ganggu kamu kuliah, apalagi katanya tugas kamu kuliah banyak banget dan kamu bahkan pulang dengan ekstra tambahan waktu di tempat kuliah buat ng
"Ai, Ngapain malah ngeliat ranjang baju kotor?""Ehm, aku mo taruh bajuku Mas. Kan tadi bekas masak ga enak di pake tidur. Basah juga kena air keran tadi," seru Aida yang tak sepenuhnya benar saat suaminya sudah mendekat padanya.Memang dia ingin menaruh baju kotor setelah tadi memasak di dapur untuk menyiapkan makan malam suaminya. Tak betah Aida memakai pakaian yang sudah sedikit basah terkena cipratan saat cuci piring. Sebetulnya dia bisa sih untuk tidak membuat bajunya kotor dengan menggunakan celemek.Tapi matanya mengarah ke kemeja yang memiliki wangi strawberry di keranjang itu yang lagi-lagi menyesakkannya dan berpikir di dalam hatinya tentang wangi yang selalu muncul tiga bulan ini tanpa absen di baju suaminya."Nah, harusnya kamu pakai apron Ai. Kaya biasa aku kalo cuci piring."