"Kamu dari tadi di dapur?""Enggak. Aku udah dari ruang kerja tadi, biasa kan jam tiga aku ngurus kerjaan. Terus aku ke dapur buat ngambil makananmu. Katanya kamu nggak mau makan di luar, kan?"Reiko yang tadinya ingin berbalik arah mengurus cincin pernikahannya. Tapi akhirnya, dia membatalkan niatannya itu melihat siapa yang sudah membuka pintu kamarnya. 'Mungkin nanti aku akan bicara dengannya.' Reiko memilih menggiring Brigita masuk kembali ke kamar tidur mereka.Kekasihnya itu sepertinya baru bangun dan mencari Reiko tapi karena tidak ada di dalam kamar, wajahnya sudah terlihat kesal dan tadi saat membuka pintu pun juga sudah menunjukkan mimik wajah curiganya pada Reiko.Karena tak ingin membuat masalah baru, akhirnya Reiko memilih menemaninya sarapan sebentar."Sandwich. Kamu tahu makanan ini dibuat dengan menggunakan tangan, kan sayang. Dan aku tidak tahu tangannya bersih atau kotor,” sinis Brigita yang sudah menatap malas pada Reiko."Lalu apa aku harus memakan makanan yang m
"Bee, Bee."Jawaban yang tentu saja membuat Reiko senyum-senyum. Padahal tadi Reiko sudah fokus ke kerjaannya, tapi tergoda juga mendengar ucapan ketus kekasihnya."Segitu besarkah rasa cemburumu padaku, Brigita Michelle?"Reiko yang merasa bangga karena wanitanya cemburuan, justru menggoda dan membisiki pertanyaan ini saat mereka baru saja memasuki lift."Hemmm. Kamu jangan coba-coba tengok-tengok dia ya.""Lagian tidak ada yang patut untuk ditengok kok, Bee." Reiko mencubit hidung wanita yang ada di sampingnya di saat lift berjalan turun tapi memang mereka hanya berdua di dalamnya."Tidak ada yang menarik untukku saat melihatnya. Dari wajahnya, dari bentuk tubuhnya. Tidak ada yang menenangkan."Tentu saja jawaban itu membuat Brigita di sampingnya pun menahan senyum meskipun matanya masih menyipit tanda berhati-hati."Awas kalau aku melihatmu bermain-main dengannya, sayang. Aku juga tidak suka kamu terlalu akrab dengannya.""Iya aku paham, Bee." Reiko bicara ketika mereka keluar dari
Aish, Mama ada-ada aja.Setelah mobil Brigita melaju pergi, Reiko juga terburu-buru, melihat jam tangannya dan berlari menuju mobilnya di lobby.'Huh, buang waktuku saja. Belum lagi semua peluh ini. Sudah pakai jas rapi-rapi, tapi malah harus lari-larian begini, heish!' bisik hati Reiko sambil dia mengambil kunci mobilnya.Kemarin Reiko memberikan kunci mobilnya itu pada vallet parking.Jadi dia hanya perlu ke lobi, mengambil mobilnya di teras lobi dan mengendarai menuju ke tujuan pertamanya.“Fuuh, semoga aku tidak telat. Yang aku tahu Raditya Prayoga bukan orang yang suka dengan jam karet.”Ini yang membuat Reiko mengendarai mobilnya dengan kecepatan tak biasa. Untung saja, apartemennya berada tidak jauh dari lokasi Aurora Corporation berada.'Untung juga macetnya tidak terlalu parah. Lima menit lagi lebih lambat, aku telat,' bisik hati Reiko yang akhirnya sampai ke tempat tujuan dan dia pun langsung turun menuju ke lobby Aurora corporation, salah satu perusahaan terbesar di Indones
"Maafkan saya membuat Anda menunggu pak Sandi."Reiko bicara saat sudah sampai di hadapan Sandi di depan pintu masuk ruangan meeting bersama Raditya Prayoga dan beberapa staff terkait tentang kerjasama di antara mereka."Tidak masalah Pak Reiko. Silakan masuk." Sandi bukan orang yang kepo dan ingin tahu urusan orang lain. Kalau tidak ada gunanya untuk kepentingan bisnis mereka, dia tidak akan iseng dan tak banyak basa basi."Selamat pagi semuanya. Selamat pagi Pak Prayoga." Di dalam ruangan itu ada beberapa manajer yang memang sudah lebih dulu berada dalam ruangan rapat di samping ruang CEO. Mereka masuk sebelum Reiko sampai di kantor itu dan rapat lebih awal untuk membahas apa yang akan dibicarakan CEO Aurora Corps bersama Reiko. Kerja tim di Aurora corporation memang sangat rapi persiapannya.Mereka tidak mentolerir sedikitpun kesalahan dan akan mencari informasi selengkap mungkin sebelum mereka bekerja sama dengan pihak ketiga.Ada pintu tembus menuju ke ruangan CEO untuk ruang ra
"Ehm --" Sepintas Reiko mengalami sedikit kesulitan untuk menjawab sentakan Radit. Shock terapi sedikit."Anda benar pak Raditya. Memang Sepertinya saya tidak patut untuk dipercayai karena saya memang tidak ada dalam jenjang direksi dari perusahaan yang saya dirikan, BIA. Saya juga tidak mencantumkan diri saya sebagai owner dari perusahaan tersebut dalam surat perusahaan kami terbaru.""Hmm, semuanya atas nama Brigita Michelle.""Anda benar."Tapi bukan Reiko namanya kalau dia tidak menjawab dan tak bisa memperjelas semuanya kepada Radit."Perusahaan ini memang saya yang mendirikannya dan sayalah orang yang bertanggung jawab terhadap perusahaan ini. Namun ini memang kontradiktif dengan kondisi perusahaan sekarang. Saya hanya menyokong dari belakang. Shadow adviser.""Itu aku sudah bisa menebaknya, Kau main perasaan, tak profesional," sindir Radit lagi."Namamu hilang, kecuali di nama dagang perusahaan, Byakta, tetap ada di sana," desis Radit makin mengerucut dan seakan tak mengizinka
"Sebentar tuan Raditya, Anda tidak bisa terburu-buru memberikan kesimpulan itu." "Apa yang membuatku harus mempertimbangkan rencana kerjasama ini?" tanya Radit singkat. Dan jangan berpikir kalau Radit bicara sambil menunjukkan wajah ramahnya kala itu"Begini saja, tuan Raditya." Reiko tercetus sebuah ide, dia pun tak mau membuang kesempatan ini.'Sudah susah-susah aku melakukan presentasi. Bahkan aku juga sudah membuat kakekku marah untuk project ini hingga akhirnya aku juga tak bisa berkutik menerima permintaannya menikahi wanita itu.Sekarang aku tidak akan membiarkan kesempatanku mengembangkan potensiku hilang begitu saja hanya karena masalah intern perusahaanku.'Reiko sudah berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau itu adalah sebuah langkah yang tepat, sebelum dia mengutarakan rencannya."Bagaimana kalau kita membuat sebuah kontrak kerjasama baru yang menjamin bahwa Anda tidak akan rugi seperti ketakutan Anda salah satu dari kami kabur. Meskipun saya yakin sekali kalau Brigita M
'Yes. Akhirnya tidak sia-sia semua penawaran terakhirku itu.'Tentu saja Reiko merasa senang sekali karena usahanya berhasil.Keluar dari ruangan Radit dia senyum-senyum dan merasa lega di dalam hatinya dengan pencapaian yang sudah dia peroleh. Bak anak sekolah dapat nilai ujian sepuluh.Setidaknya mimpi buruknya menerka-nerka bagaimana sikap Radit sebelum dia bertemu, kini sudah tak ada lagi dalam benaknya. Semua mimpi buruknya itu sudah hilang dan Reiko sudah mulai mengerti bagaimana bersikap dengan seseorang yang selama ini memang dianggap cukup keras dalam menentukan sebuah keputusan.Namun sayangnya kebahagiaan dan kesenangannya ini hanyalah sesaat."Tapi sekarang bagaimana caraku mendapatkan 10% biaya modal itu, ya?"Saat Reiko ada di dalam mobilnya, sebelum dia menstarter mobil tersebut, pikirannya pun melayang ke sebuah masalah baru yang parahnya ditawarkannya pada Radit dan dijadikan solusi.Modal."Satu setengah miliar dolar itu adalah total biaya keseluruhan. Berarti aku ha
Reiko: Bukan gitu.Brigita: Tapi kenyataannya begitu, kamu buat aku gagal bahkan sebelum aku bertarung memperebutkan tender itu.Makanya Brigita tak mengerti kenapa pikiran kekasihnya ini berubah?Reiko: Sabarlah dulu Bee. Uang itu diperuntukkan oleh perusahaan Aurora Corporation untuk membangun satu kota mandiri. Mereka ingin aku menggunakan modal itu untuk membangun desain interiornya dan aku rasa mereka tak akan suka jika nggak tahu kenyataan dan apa yang kita sembunyikan kalau kita berniat menggunakan uang itu untuk modal usaha yang lain. Walaupun itu sebetulnya adalah keuntungan kita tapi kita belum bisa mengambil keuntungan itu sebelum pekerjaan kita diselesaikan, yang ada kita pasti akan menggunakan uang modal itu dan aku juga tidak yakin kalau Aurora Corporation akan membayar sekaligus. Mereka pasti akan membayar bertahap. Brigita: Aku tahu. Jangan ajari aku soal bisnis seperti ini dan tidak mungkin ada perusahaan yang mau membayar dimuka uang miliaran dolar itu. Tapi mereka