"Maafkan saya membuat Anda menunggu pak Sandi."Reiko bicara saat sudah sampai di hadapan Sandi di depan pintu masuk ruangan meeting bersama Raditya Prayoga dan beberapa staff terkait tentang kerjasama di antara mereka."Tidak masalah Pak Reiko. Silakan masuk." Sandi bukan orang yang kepo dan ingin tahu urusan orang lain. Kalau tidak ada gunanya untuk kepentingan bisnis mereka, dia tidak akan iseng dan tak banyak basa basi."Selamat pagi semuanya. Selamat pagi Pak Prayoga." Di dalam ruangan itu ada beberapa manajer yang memang sudah lebih dulu berada dalam ruangan rapat di samping ruang CEO. Mereka masuk sebelum Reiko sampai di kantor itu dan rapat lebih awal untuk membahas apa yang akan dibicarakan CEO Aurora Corps bersama Reiko. Kerja tim di Aurora corporation memang sangat rapi persiapannya.Mereka tidak mentolerir sedikitpun kesalahan dan akan mencari informasi selengkap mungkin sebelum mereka bekerja sama dengan pihak ketiga.Ada pintu tembus menuju ke ruangan CEO untuk ruang ra
"Ehm --" Sepintas Reiko mengalami sedikit kesulitan untuk menjawab sentakan Radit. Shock terapi sedikit."Anda benar pak Raditya. Memang Sepertinya saya tidak patut untuk dipercayai karena saya memang tidak ada dalam jenjang direksi dari perusahaan yang saya dirikan, BIA. Saya juga tidak mencantumkan diri saya sebagai owner dari perusahaan tersebut dalam surat perusahaan kami terbaru.""Hmm, semuanya atas nama Brigita Michelle.""Anda benar."Tapi bukan Reiko namanya kalau dia tidak menjawab dan tak bisa memperjelas semuanya kepada Radit."Perusahaan ini memang saya yang mendirikannya dan sayalah orang yang bertanggung jawab terhadap perusahaan ini. Namun ini memang kontradiktif dengan kondisi perusahaan sekarang. Saya hanya menyokong dari belakang. Shadow adviser.""Itu aku sudah bisa menebaknya, Kau main perasaan, tak profesional," sindir Radit lagi."Namamu hilang, kecuali di nama dagang perusahaan, Byakta, tetap ada di sana," desis Radit makin mengerucut dan seakan tak mengizinka
"Sebentar tuan Raditya, Anda tidak bisa terburu-buru memberikan kesimpulan itu." "Apa yang membuatku harus mempertimbangkan rencana kerjasama ini?" tanya Radit singkat. Dan jangan berpikir kalau Radit bicara sambil menunjukkan wajah ramahnya kala itu"Begini saja, tuan Raditya." Reiko tercetus sebuah ide, dia pun tak mau membuang kesempatan ini.'Sudah susah-susah aku melakukan presentasi. Bahkan aku juga sudah membuat kakekku marah untuk project ini hingga akhirnya aku juga tak bisa berkutik menerima permintaannya menikahi wanita itu.Sekarang aku tidak akan membiarkan kesempatanku mengembangkan potensiku hilang begitu saja hanya karena masalah intern perusahaanku.'Reiko sudah berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau itu adalah sebuah langkah yang tepat, sebelum dia mengutarakan rencannya."Bagaimana kalau kita membuat sebuah kontrak kerjasama baru yang menjamin bahwa Anda tidak akan rugi seperti ketakutan Anda salah satu dari kami kabur. Meskipun saya yakin sekali kalau Brigita M
'Yes. Akhirnya tidak sia-sia semua penawaran terakhirku itu.'Tentu saja Reiko merasa senang sekali karena usahanya berhasil.Keluar dari ruangan Radit dia senyum-senyum dan merasa lega di dalam hatinya dengan pencapaian yang sudah dia peroleh. Bak anak sekolah dapat nilai ujian sepuluh.Setidaknya mimpi buruknya menerka-nerka bagaimana sikap Radit sebelum dia bertemu, kini sudah tak ada lagi dalam benaknya. Semua mimpi buruknya itu sudah hilang dan Reiko sudah mulai mengerti bagaimana bersikap dengan seseorang yang selama ini memang dianggap cukup keras dalam menentukan sebuah keputusan.Namun sayangnya kebahagiaan dan kesenangannya ini hanyalah sesaat."Tapi sekarang bagaimana caraku mendapatkan 10% biaya modal itu, ya?"Saat Reiko ada di dalam mobilnya, sebelum dia menstarter mobil tersebut, pikirannya pun melayang ke sebuah masalah baru yang parahnya ditawarkannya pada Radit dan dijadikan solusi.Modal."Satu setengah miliar dolar itu adalah total biaya keseluruhan. Berarti aku ha
Reiko: Bukan gitu.Brigita: Tapi kenyataannya begitu, kamu buat aku gagal bahkan sebelum aku bertarung memperebutkan tender itu.Makanya Brigita tak mengerti kenapa pikiran kekasihnya ini berubah?Reiko: Sabarlah dulu Bee. Uang itu diperuntukkan oleh perusahaan Aurora Corporation untuk membangun satu kota mandiri. Mereka ingin aku menggunakan modal itu untuk membangun desain interiornya dan aku rasa mereka tak akan suka jika nggak tahu kenyataan dan apa yang kita sembunyikan kalau kita berniat menggunakan uang itu untuk modal usaha yang lain. Walaupun itu sebetulnya adalah keuntungan kita tapi kita belum bisa mengambil keuntungan itu sebelum pekerjaan kita diselesaikan, yang ada kita pasti akan menggunakan uang modal itu dan aku juga tidak yakin kalau Aurora Corporation akan membayar sekaligus. Mereka pasti akan membayar bertahap. Brigita: Aku tahu. Jangan ajari aku soal bisnis seperti ini dan tidak mungkin ada perusahaan yang mau membayar dimuka uang miliaran dolar itu. Tapi mereka
Brigita: Aku mendukungmu, selalu. Tapi apa yang kamu lakukan? Tidak ada dukungan untukku. Kamu menikah dengan pilihan kakekmu.Reiko: Bee, kenapa jadi membahas masalah ini?Brigita: Karena ini kebodohanmu. Seandainya kamu mau membuat anak lebih dulu sebelum kita menikah tentu saja sekarang wanita itu tidak akan ada di rumahmu. Brigita memekik penuh emosi. Dan dia tidak memberikan Reiko kesempatan bicara.Brigita: Dan sekarang kamu menghancurkan pula impianku dengan keputusan yang baru aja kamu buat. Bahkan kamu sekarang membuat aku dalam kondisi sulit dengan menjanjikan sesuatu pada Aurora Corporation kalau kita akan menanggung di awal semua modal padahal kamu tahu kita nggak punya modal.Reiko: Bee, jangan salah paham. Aku akan memperjuangkan impian-impian kita. Termasuk juga impianmu. Dan untuk Aurora Corporation perjanjian tidak atas nama BIA, tapi aku sendiri yang akan menanggungnya dan kau tidak perlu bertanggung jawab apapun. Ini adalah perjanjian antara aku dengan Raditya Pray
"Aish, penat sudah kepalaku. Bee marah besar padaku dan aku harus dapat modal awal juga, dari mana ini?"Reiko menguyek kepalanya sambil matanya memandang layar handphone yang sudah tak lagi tersambung dengan Brigita.Ingin rasanya dia menghubungi ulang Brigita.Tapi"Haduh kakekku kenapa menelponku lagi?"Getaran ada di handphone yang masih di pegang di tangan Reiko dan itu menandakan telepon masuk dari seseorang yang sebenarnya tak ingin diajak bicara dulu olehnya.Sekarang dia ingin berpikir sesuatu yang pentingTapi sepertinya dia tak punya celah untuk menghindari orang di ujung telepon sana.Karena itulahReiko: Iya kakek? Adiwijaya: Tadi kamu janji mau telepon kakekmu setengah jam lagi tapi ini sudah sejam tidak ditelepon balik. Piye to? Meringislah bibir Reiko ketika dia mengingat janji yang dibuatnya.Pantas saja sekarang dia ditagih.Reiko: Maaf kakek. Aku sedang memikirkan sesuatu sekarang.Adiwijaya: Bukan katamu ada banyak pekerjaan di kantor?Reiko: Ada banyak kakek tap
"Tidak ada salahnya juga aku mengangkat telepon Kakek. Mungkin saja Pak Le punya teman yang bisa membantuku menyelesaikan urusanku ini."Maklumlah Reiko lagi pusing sekali tadi. Lalu dia mendapatkan saran dari kakeknya yang sejalur dengan masalahnya. Kini dia sudah membayangkan sesuatu yang membuat hatinya merasa punya harapan.Sayangnya, kini ada masalah baru"Aku harus ketemu Pak le di mana? Kan aku ga tau rumah dan kantornya di mana."Jangankan alamat rumahnya. Nomor teleponnya saja Reiko tidak punya. Reiko juga tidak tahu nama perusahaan Pak lek-nya.Mereka memang pernah bertemu dan bukan sekali dua kali. Setiap kali acara besar keagamaan mereka pasti ketemu di Kudus. Walaupun Pak lek-nya itu tidak lama di rumah kakeknya, tapi minimal mereka pernah berkomunikasi.Tapi tidak pernah ada satupun diantara mereka yang bertukar nomor telepon.Mereka bicara satu sama lain pun itu hanyalah pembahasan formal dan Reiko tidak cukup dekat dengan Hartono yang kini membuat dia jadi meringis ke