"Aish, penat sudah kepalaku. Bee marah besar padaku dan aku harus dapat modal awal juga, dari mana ini?"Reiko menguyek kepalanya sambil matanya memandang layar handphone yang sudah tak lagi tersambung dengan Brigita.Ingin rasanya dia menghubungi ulang Brigita.Tapi"Haduh kakekku kenapa menelponku lagi?"Getaran ada di handphone yang masih di pegang di tangan Reiko dan itu menandakan telepon masuk dari seseorang yang sebenarnya tak ingin diajak bicara dulu olehnya.Sekarang dia ingin berpikir sesuatu yang pentingTapi sepertinya dia tak punya celah untuk menghindari orang di ujung telepon sana.Karena itulahReiko: Iya kakek? Adiwijaya: Tadi kamu janji mau telepon kakekmu setengah jam lagi tapi ini sudah sejam tidak ditelepon balik. Piye to? Meringislah bibir Reiko ketika dia mengingat janji yang dibuatnya.Pantas saja sekarang dia ditagih.Reiko: Maaf kakek. Aku sedang memikirkan sesuatu sekarang.Adiwijaya: Bukan katamu ada banyak pekerjaan di kantor?Reiko: Ada banyak kakek tap
"Tidak ada salahnya juga aku mengangkat telepon Kakek. Mungkin saja Pak Le punya teman yang bisa membantuku menyelesaikan urusanku ini."Maklumlah Reiko lagi pusing sekali tadi. Lalu dia mendapatkan saran dari kakeknya yang sejalur dengan masalahnya. Kini dia sudah membayangkan sesuatu yang membuat hatinya merasa punya harapan.Sayangnya, kini ada masalah baru"Aku harus ketemu Pak le di mana? Kan aku ga tau rumah dan kantornya di mana."Jangankan alamat rumahnya. Nomor teleponnya saja Reiko tidak punya. Reiko juga tidak tahu nama perusahaan Pak lek-nya.Mereka memang pernah bertemu dan bukan sekali dua kali. Setiap kali acara besar keagamaan mereka pasti ketemu di Kudus. Walaupun Pak lek-nya itu tidak lama di rumah kakeknya, tapi minimal mereka pernah berkomunikasi.Tapi tidak pernah ada satupun diantara mereka yang bertukar nomor telepon.Mereka bicara satu sama lain pun itu hanyalah pembahasan formal dan Reiko tidak cukup dekat dengan Hartono yang kini membuat dia jadi meringis ke
"Wah, cepat sekali kamu sampainya, Reiko?"'Huh, dari mana bisa dibilang cepat? Dua jam aku di jalan dan kena macet. Kenapa juga dia harus cari rumah di daerah Cibubur sih?' bisik hati Reiko saat seseorang yang membuka pintu dengan senyum ramah terlihat menyapa tamunya yang baru saja mengetuk pintu."Iya Pak lek." Walaupun Reiko tidak berpikir sama seperti pak lek-nya, dia juga membalas senyum dengan ramah. "Kebetulan tadi aku memang sedang di luar kantor jadi ya sudah aku langsung ke sini saja pas pak lek kirim share loc. Aku tidak mau buat masalah dengan kakek," jawab Reiko lagi yang kini terasa pegal kakinya karena terus-terusan menginjak pedal gas dan rem bergantian melewati kemacetan. Dan segitu dia juga sudah menggunakan mobil matic.Rumah pak lek-nya memang ada di kota wisata Cibubur. Salah satu hunian kelas menengah ke atas dan ini jauh sekali dari wilayah segitiga emas kota Jakarta.Makanya perjalanan pagi menjelang siang itu cukup melelahkan untuk Reiko di mana dia bisa men
"Kalau menurut pak lek, sebaiknya--"Braaak."Assalamualaikum Papaaaaaaaaa. Mmuuuuaaaah, Nessa kangeeeeen banget ma Papa."Hartono tidak jadi melanjutkan ucapannya karena saat dia ingin bicara ada seseorang yang mendobrak pintu depan yang tak dikunci itu, seorang wanita langsung berhamburan memeluk Hartono, menciuminya, menunjukkan kerinduanya.Keadaan yang membuat seseorang dalam ruangan itu pun menahan geli'Ya ampun, bener-bener seperti bocah. Tapi anak pak lek sejak kapan pakai penutup kepala? Dia tidak punya masalah kerontokan rambut karena penyakit kanker kan?'Reiko sejujurnya berpikir kalau Aida menggunakan penutup kepalanya itu hanya sebagai tameng dikarenakan rambutnya rontok. Makanya dia berpikir begitu tentang Vanessa Widya Putri. "Vanessa. Jangan begini dong." Tapi pikiran Reiko teralihkan karena pekikan pak lek-nya."Papa kenapa sih? Apa sekarang Papa nggak suka kalau aku peluk Papa lagi? Kan aku kangen. Emang Papa gak kangen ke aku?""Jangan cemberut dulu, Vanessa. Kam
"Maksud papa beli aja online itu kan nggak terlalu ribet kamu harus masak. Nanti kamu capek. Tapi kalau memang kamu tidak mau makan pesan online kita ke restoran saja nanti."Ingin diberikan sesuatu yang mudah tapi mendengar tawaran ini Vanessa tetap menggelengkan kepalanya"Nggak mau Papa. Pokoknya aku aja nanti yang masak."Vanessa tetap bersikeras karena dirinya sendiri sudah merindukan rumah itu, tempatnya kecil bertumbuh dan dia ingin melakukan suatu kegiatan yang biasa dia lakukan di dapur rumahnya dulu, beberapa tahun yang lalu."Ya sudah terserah kamu saja, Vanessa. Tapi sekarang turuti perintah suamimu dulu.""Yeaaay." Jelas saja ini membuat Vanessa senyum-senyum."Okeeee bos. Kalo gitu aku tidurin Dharma dulu ya. Kalo udah tidur, nanti aku masak. Nggak ada yang boleh beli makan pokoknya aku yang masak loh!" cicit Vanessa lagi, bersemangat.'Dasar gadis bodoh. Dikasih enak tak perlu copot-repot dengan minyak dan segala macam hal di dapur yang bisa membuat tangannya terluka ma
"Kamu ini kalau memuji Vanessa bisa saja. Lihat saja kelakuannya padamu. Kadang membuat papa malu.""Justru kelakuannya itu yang bisa membuat aku semakin dalam mencintainya Papa."'Aku yakin otaknya konslet,' sungguh jawaban Reyhan ini membingungkan bagi Reiko. Tidak mungkin kan Reyhan yang sudah tajir melintir mengharapkan sesuatu dari keluarga Hartono yang biasa saja dan hidup bersahaja?Jadi apa sebenarnya yang membuat Reyhan jatuh hati pada Vanessa?'Apa positif yang dia lihat dari wanita itu? Kalau masalah cantik itu relatif. Aku yakin wanita dewasa banyak yang lebih cantik. Kalau soal body shape sudah aku bilang tidak ada apa-apanya. Bahkan jauh dibandingkan dengan Bee. Cara dia merawat diri? Tidak ada istimewanya. Bahkan dia tidak bisa berdandan. Dan mungkin rambutnya rontok atau tidak baguskah sampai dia menutupinya? Karena aku tidak percaya kalau orang yang memakai kerudung zaman sekarang itu adalah wanita baik-baik. Sudah banyak aku lihat di luaran sana mereka memang menggu
"Baiklah katakan syaratnya, Reiko? Hmm, aku memanggilmu begini saja ya karena kita kan sedang tidak dalam pembicaraan formal," jawab Reyhan kemudian, masih dalam kondisi relax."Hmm, itu lebih baik." Reiko setuju, sebelum membahas ke pembicaraan inti."Sebelum aku bekerja sama, apa boleh aku mengenal dulu siapa saja yang akan menjadi timku? Karena ini sangat penting sekali. Aku harus bekerja sama dengan orang yang bisa diajak bekerja kelompok. Apalagi aku juga harus mempercayai orang-orang yang kau pilih, karena saat ini kondisinya aku tidak membawa siapapun dari BIA.""Tentu saja." Itu adalah permintaan yang masuk akal untuk Reyhan bahkan Hartono juga manggut-manggut setuju."Kita akan membicarakan konsep kerjanya besok, bagaimana?""Ya, itu lebih baik. Karena besok aku juga akan dapat bersama dengan CEO Aurora Corporation.""Bagaimana jika kita meeting di perusahaan Pak Hartono?"Setelah Reiko setuju tawaran ini pun diberikan oleh Reyhan mengingat Reiko adalah keponakan Hartono mun
"Kan lagi makan donat."Reyhan tadi menyeletuk pada Vanessa bukan karena dia tidak mau istrinya makan donat di sampingnya. Tapi mendengar pertanyaan Vanessa seberapa cantik dia di hadapan Reiko ini membuat kepalanya mendidih. Makanya dia mengusir istrinya."Makan donat di dapur saja sana. Aku sudah lapar.""Iya Bang iya. Aku masak dulu di dapur."Lupalah Vanessa pada pertanyaannya tadi ke ReikoSisa Donat di tangannya sudah dimasukkan semua oleh Vanessa ke dalam mulutnya dan dia masih saja memegang kardusnya, tak terlihat ada niat untuk membagi pada siapapun. Membawanya pergi ke dapur."Dia tidak membaginya pada putramu?"Selepas Vanessa pergi rasa penasaran Reiko pun membuat dirinya segera bertanya soal ini"Tidak." Reyhan menolak sambil menggelengkan kepalanya"Terlalu banyak gula di sana. Tidak bagus untuk gigi susunya, makanya aku tidak suka dia makan permen ini," protes Reyhan yang tahu betul kalau Vanessa akan memberikan semua yang manis-manis pada putranya di belakangnya."Ha