"Kenapa kamu diam?"Reiko tidak merespon apapun tapi matanya memandang tajam pada wanita di hadapannya"Apa belum jelas sih kemarin aku sudah katakan padamu kalau Aurora Corporation tidak ingin bekerja sama dengan BIA. Dia hanya ingin bekerja sama denganku.""Jadi sekarang kamu mau masing-masing?""Bee, Kenapa sulit sekali sih bicara denganmu?""AKU SULIT?" Brigita mendelik tak suka. "Siapa yang sulit Siapa yang teriak sulit? Kamu yang duluan. Harusnya kita udah menikah kalau kamu mau punya anak lebih dulu denganku. Tapi kamu menundanya. Dan seharusnya tidak ada wanita itu di sini. Tapi karena kamu yang sulit jadinya semua ini terjadi. Bahkan perusahaan kita dianggap sebagai perusahaan tidak kompeten karena kita tidak punya hubungan apapun. JADI SIAPA YANG MULAI REIKO? SIAPA? AKU YANG SULIT MENURUTMU?"Satu kalimat terucap dari bibir Reiko entah sudah berapa banyak kalimat yang terurai dari kemarahan Brigita"Bee, aku--""Ini semuanya salahmu. Ini semua karena kamu. Masalah terbesarny
"Hai sayang kamu sudah datang?""Wah, sepertinya harimu menyenangkan! Bisa tersenyum lebar begitu?""Hmm!" tangan Reiko menutup laptopnya sambil netranya menatap Brigita yang baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya. "Besok hari besar untukku.""Maksudmu?" tanya Brigita ingin tahu. "Sepuluh persen pekerjaanku sudah selesai dikurasi oleh tim Aurora Corps!" tambah Reiko berapi-api. "Dan besok Raditya Prayoga akan melihat langsung ke lokasi dan membuktikan laporan timnya sesuai dengan kerjasama kami." Reiko menunjukkan keantusiannya, penuh suka cita.Wajar bukan kalau Reiko merasa bahagia?Perjuangan untuk project ini bukanlah sesuatu yang mudah.Dari awal Reiko memutuskan terjun pada tender ini, dia harus menanggalkan semua yang dimilikinya sebagai keturunan dari Adiwijaya. Reiko juga bekerja keras mengalahkan lawan-lawannya saat memperebutkan project di awal seleksi.Bahkan setelah mendapatkan kemenangannya, jalan terjal masih harus dilewatinya. Baik dari keluarga, terutama kakeknya
"Bee, jangan bilang seperti itu! Aku janji padamu, besok semuanya akan aku bereskan, percayalah!" bujuk Reiko yang hatinya teriris-iris mendengar Brigita bicara seperti tadi."Aku akan dapat uangnya dalam Minggu ini juga, Bee! Sabarlah."Tapi Brigita masih menggelengkan kepalanya menolak janji Reiko.Hingga"Gini Bee! Kalau aku tidak dapat uangnya, maka besok aku akan bilang pada papaku untuk meminjam uangnya! Keluargaku masih sanggup untuk memberikan modal itu padaku."Sebuah kenyataan yang membuat Brigita mengerutkan dahinya, masih mengelengkan kepalanya tak yakin."Papamu kan punya uang dari kakekmu. Bukannya kakekmu tidak menyukaiku? Makanya kan dia memilih menjodohkanmu dengan wanita itu? Jadi bagaimana bisa ada uang untukku dari papamu?" Ada tawa sinis lagi dari Brigita sambil menurunkan tangan Reiko supaya tidak lagi memegang lengannya.Brigita tak terbujuk."Maaf tapi aku sudah tidak ingin lagi mengingat masalah ini, sayang. Dan biarlah semua impianku itu terkubur, terendap d
(Sesaat sebelumnya)'Males kali sih aku hari ini!' keluh Aida 'Hahh! Tapi biar males juga aku tetep harus membuatkan makanan untuk mereka berdua!'Walaupun ngedumel dan kesal, akhirnya Aida memutuskan keluar juga dari kamarnya setelah solat subuh. Seperti biasa yang dilakukannya selama sebulan ini, pergi ke dapur setiap pagi dan menyiapkan sarapan.Hanya pagi hari Aida kesal. Setelahnya, dia lebih relax karena hanya membersihkan rumah dan tempat itu kosong. Setidaknya dia bisa bernapas lega kalau mau melakukan apapun. Maklum saja Reiko dan kekasihnya itu selama sebulan ini tidak pernah ada di rumah saat weekend.Hanya saja moodnya selalu buruk setiap mau menyiapkan sarapan pagi untuk keduanya.'Kalau pagi begini aku selalu saja bertemu dengannya. Apa sebaiknya aku bicara padanya supaya mengambil makanannya di jam enam pagi saja? Jadi Aku nggak perlu harus bicara dengannya, kan! Lagian udah aku jutekin terus tiap hari, ngapain juga sih dia ngajakin aku ngomong terus? Malesin banget!'
Ratna: Ibu sehat-sehat aja. Adikmu juga, semua di sini sehat, Alhamdulillah! Suamimu dan kamu di sana gimana? Perhatikan makan suamimu, ya! Perhatikan kebutuhannya semua. Jangan lupa jaga sikapmu. Suamimu sudah banyak menolong keluarga kita dan dia juga sudah memuliakanmu di rumahnya. Jadi, jangan sampai kamu melakukan sesuatu yang buruk padanya. Ingat Aida, bagi orang yang sudah menikah itu, ridho Allah pada seorang istri tergantung bagaimana ridho suaminya.'Pfffh, andai Ibu tahu apa yang terjadi di sini! Tuhan pasti akan ridho tetap padaku, Bu! Tak perlu aku mencari ridho darinya! Sayang saja aku tidak bisa menceritakan semuanya padamu!' sinis dalam hati Aida ketika mendengar ucapan dari ibunya.MeskipunAida: Iya Ibu aku mengerti! Dan syukurlah kalau keluarga di sana baik-baik saja. Aku udah kangen banget sama kalian semua.Ratna: Hati-hati Kamu bicara! Suamimu di sana banyak pekerjaan dan kalau kamu mengeluh kangen dengan kami dan membuatnya sampai harus meninggalkan pekerjaannya
"Jangan mimpi! Aku nggak sudi! Lepasin aku!"Jelas saja Aida marah besar ketika mendengar itu!Siapa juga yang mau tidur dengan laki-laki seperti Reiko? Dia masihlah wanita normal! Tentu saja Ini tidaklah tersirat di dalam benaknya. Jijik yang ada."Kalau kamu tidak mau, jangan membuat aku memaksamu dan melakukan itu padamu. Aku masih punya hak untuk melakukan itu bukan?""Hahaha! Kalau kamu minta aku melakukan itu maka jangan salahkan aku jika aku menceritakan pada kekasihmu, ratu lebah!""Jangan panggil dia begitu!""Hmm, apa? selingkuhan suamiku?"Dibuat kesal begini, tentu saja Aida tak mau kalah, yang membuat Reiko malah kembali tersenyum."Pintar kamu! Tapi setidaknya aku ingin kamu menghargaiku di rumahku!" tegas Reiko"Aku tidak suka orang bicara denganku tanpa menatapku! Dan aku pun juga menghargaimu dan memenuhi semua kebutuhan keluargamu! Jadi bicara denganku sambil menatapku, mengerti?"'kalau bukan karena permintaan Ibu aku harus menjaga hubunganku dengannya dan karena keb
'Hahaha! Dari matanya yang melihatku kesal, aku yakin sekali kalau aku adalah manusia paling menyebalkan nomor satu dalam hidupnya!'Entah kenapa setelah meninggalkan Aida di dapur, Reiko bener-bener menahan geli ketika dia naik ke tangga.Membayangkan Bagaimana Aida menatapnya dengan mata yang membulat dan mimik wajah yang terlihat begitu sebal penuh dengan emosi padannya, Reiko yakin sekali kalau apa yang ada dalam benaknya ini pasti tidak akan meleset!'Tapi salahnya sendiri! Dia mengerjaiku selama ini Dengan mengatakan kalau dia tidak boleh melihat wajahku karena perjanjian yang sudah kami buat! Wanita harus menundukkan pandangannya di hadapan laki-laki. Tapi giliran aku udah kirim uang aja, Aku transfer ke ibunya, dia mau menetapku! Cih!' pikir di dalam hati Reiko lagi yang menggerutu kesal sekaligus senang karena itu adalah satu cara dia bisa membuktikan sesuatu'Terlihat alim! Terlihat seperti tahu tentang agama, Tapi semua itu berubah karena uang!' ini menggelikan pula untuk R
"Terima kasih Pak Raditya.""Memangnya namamu Sandi?"Maksud Reiko tadi dia mengapresiasi karena merasa sangat bahagia sekali dengan keputusanku yang diberikan oleh Radit.Tapi alih-alih Radit tersenyum atau bangga dengan apa yang diucapkan oleh Reiko, dirinya justru kembali menyindir sama seperti yang dilakukannya saat mereka rapat pertama kali di kantornya."Bukan Pak Raditya, tapi saya hanya merasa sangat --""Heish, tak perlu banyak gombal denganku. Karena bagaimanapun kau bicara aku tidak akan pernah tertarik padamu. Aku pria normal" Heish, dia pikir aku tidak normalkah? protes hati Reiko yang belum selesai bicara sudah kembali dipotong oleh Radit.Tapi sayang saja saat ini kondisinya dirinya masih di bawah Radit dan tidak bisa menjawab apa yang tadi disindir oleh CEO Aurora corps."Lagi pula aku yakin uang itu sudah kau butuhkan kan untuk melanjutkan sepuluh persen yang kedua?""Hmm, benar sekali Pak Raditya." Reiko pun tidak menampik "Kalau begitu selesaikan tahap dua-nya. In