"Tasya!"
Suara itu juga terdengar oleh Reiko yang kini berjalan menjauh menuju ke halaman belakang namun dia tidak melangkah mendekat ke arah suara tapi ke arah berlawanan ke dekat kompor setelah melepaskan tangan Alan.
"Ai, Ayo kita pulang," inginnya Reiko langsung membawa wanitanya pergi karena dia juga sudah membawa mobilnya sendiri jadi tidak harus menumpang mobil Richard.
"Dia adalah calon istriku."
Tapi satu suara membuat ekor matanya nampak tak suka apalagi tangan anak kecil itu sangat berani sekali ingin bergerak memisahkan tangan Reiko dengan Aida.
"Kau tak bisa membawanya pulang!"
Tak main-main, Danny yang menjawab seperti ini memang sudah menggerakkan tangannya sangat kuat untuk menjauhkan tangan Reiko dari Aida.
"Eeeh--"Aida mendongak menatap Reiko karena dia jelas sekali mendengar ucapan Alan dalam bahasa Indonesia.Dokter Juna, apa mencuri sesuatu darinya untuk menyelamatkan kakek?Gambaran tentang seseorang yang ingin ditemui oleh Adiwijaya yang juga ditemui oleh Aida di rumah sakit kini terpampang nyata dalam benaknya."Mau minta bayaran? Kenapa tidak minta bayaran langsung pada kakekku? dia pasti mau membayarnya. Atau aku perlu menghubunginya supaya kau bisa menagih langsung?"Aida tak tahu sepelik apa permasalahannya sampai saat ini dirinya agak ketar-ketir juga."Hahaha!" Alan hanya menggelengkan kepalanya pelan di saat Rafael melirik padanya dan Reiko bergantian."Obat itu, masih obat uji c
"Aish, Mas Reiko ndak apa-apa kan?"Aida berbisik pelan sambil menarik pria itu, tak mau sampai suaminya kenapa-napa lagi. Tapi ini sungguh keadaan yang memalukan untuk Reiko sendiri di hatinya.Pertarungan di kebun belakang tadi membuat Reiko merasa malu. Tapi sesuatu yang dilihat olehnya tak sengaja ketika matanya melirik ke arah ruang keluarga membuat dirinya merasa penasaran akan sesuatu."Mas Reiko, mereka semua sepertinya orang-orang berbahaya. Kita harus cepet-cepet keluar dari sini!"Apa yang sempat dilirik oleh Reiko tidak dilihat oleh Aida yang memang membelakanginya. Pintu itu hanya terbuka sedikit dan Aida tak berpikir apa-apa kecuali hanya bagaimana caranya bisa cepat ke pintu keluar.Di sana, Reiko juga tidak mau merespon banyak dia memilih mengikuti Aida men
"Eh, tapi Mas--""Udah, ga usah tapi tapi. Yuk masuk, habis itu kita tidur, kamu harus istirahat. Gak usah mikirin packing. Biar aku yang urus semuanya."Maunya, Aida bertanya lebih banyak lagi."Kalau kita pulang besok, sudah pas hitungannya, Ai. Hari Minggu kita sampai lalu kamu bisa istirahat dulu sebelum kuliah nanti Senin. Kamu juga masih banyak tugas kan yang harus dikerjakan?"Tapi suaminya sudah mengingatkan Aida tentang kuliahnya sambil merangkul wanita itu berjalan menuju ke kamar hotelnya.Yah, kalau sudah diingatkan dengan kewajibannya yang satu itu tentu saja Aida memang tidak mau berlama-lama di luar negeri.Meski dia belum mengeksplore tempat yang didatanginya itu, tapi memang pulang adalah yang terbaik. Dia tak bisa meng
Masalah, jelas!Aida inginnya berpikir tentang sebuah rumah yang baru. Tapi suaminya sudah bekerja keras untuk menyiapkan semua perubahan di apartemen itu.Mungkin memang apartemen ini ada sejarahnya sendiri untuk Mas Reiko. Dan ada benda-benda yang riskan kalau dipindahkan terus-terusan!Tapi Aida berpikir ulang.Bukankah artinya dia tidak menghargai jerih payah suaminya jika dia masih tetap menuntut sesuatu yang sulit pada Reiko?"Hihihi, makasih ya Mas."Senyum di bibir Aida menandakan kelegaan bahwa dia memang terlihat tidak masalah mereka tetap tinggal di sana.Reiko senang, itu yang membuat dirinya mendekat pada Aida dan memeluk istrinya erat-erat.
"Buka dong, Ai!" bujuk Reiko tak mau memberitahukan isinya.Jadi saja Aida melangkah mengambil sesuatu di meja makan itu."Mas ini--"Aida tak bisa berkata-kata ketika membukanya."Ya, itu buka. Kamu liat dalemnya, nama di dalemnya Ai!" pinta Reiko lagi, memaksa.Tangan Aida bahkan sampai bergetar membaca perlahan isi yang ada di sana.“Mas, ini kenapa pakai namaku?"“Ini milikmu, Ai. Unit apartemen ini milikmu. Dan kamu gak usah takut, aku gak ngambil warisan, Aku kerja dan ini bayaranku dari papaku. Aku kerja udah setengah tahunan bayaranku ini.""Mas Reiko, tapi kenapa namaku?""Ya karena kamu istriku, Ai. Memang
"Oh, ndak apa-apa Mas. Kan Mas Reiko pasti tahu yang terbaik. Aku sih setuju saja. Semoga saja memang berkah uangnya untuk modal.""Ai, kamu serius? Kamu nggak akan marah kalau hasil dari project MTC aku nggak akan dapat sepeserpun karena aku harus ngegantiin dan balikin uang kakek termasuk kasih profitnya juga? Mungkin nombok kayanya karena aku mesti gantiin khasnya BIA buat keuntungan BIA dari deviden project di timur tengah.""Iya Mas, gapapa. Di atur aja, aku ngikut.""Kamu, serius kan Ai?"Memang apa yang Reiko harapkan? Aida melarangnya?"Iya, Mas Reiko. Udah ndak usah banyak pikiran aneh-aneh. Insya Alloh aku Ridho. Kalau itu menurut Mas Reiko lebih baik ya sudah lakukan saja. Aku pasti akan dukung kok."Mungkin, han
Bukannya aku ya yang harusnya marah soalnya dia udah ngasih uang ke pacarnya? Harusnya aku bilang aja kalau aku marah. Aku bilang aku kesel sama dia. Dengan begitu aku bisa jadiin ini tuh sebagai tameng supaya aku bisa minta dia ngasih aku anak kalau dia emang beneran cinta padaku. Tapi kalau aku bilang gitu ke dia apa mungkin dia akan berpikir kalau aku hanya menjadikan anak jadi tameng juga? Soalnya kayaknya dia punya masalah sama ibunya dulu, luka batin cuma dilahirin tapi gak di urus kali ya? Aida menduga-duga.Eh, tapi dia nggak bisa nyalahin aku dong. Akukan gak kaya ibunya. Gimana sih? Kok aku yang malah dimarahin dan dia pergi gitu aja, ga memeluk dan mengecupku dulu malah nyuruh aku mikir. Dah gitu, dia juga nggak hubungin aku padahal aku udah kasih nomor teleponku padanya kan. Masa iya aku harus ngubungin dia duluan? lagian dia lagi ngambek sama aku kan tadi malem sebelum berangkat dan bikin aku
"Jadi kamu setuju?"Tanya yang membuat Didi berdiri dan menatap mereka semua yang merupakan anggota kelompoknya."Kalau mereka setuju, aku dukung dan kita lihat gimana progresnya. Nanti kasih tahu aja tugasku apa dan aku harus ngebantu apa!"Dia menguji ideku bukan? Dia pikir aku nggak akan berhasil dengan ide itu? Atau ideku terlalu buruk? Berarti aku harus membuktikan padanya kalau saranku tadi itu bagus bukan?Aida kesal di dalam hatinya ketika Didi keluar begitu saja ngeloyor pergi dari ruangan kuliahnya setelah dosen juga keluar tanpa peduli dengan kelanjutan diskusi grupnya.Ini membuat Aida kesal dan ingin sekali membuktikan kalau semua rencana yang dibuatnya tadi itu akan membuahkan hasil untuk timnya dan mereka sukses.