"Jadi kamu setuju?"
Tanya yang membuat Didi berdiri dan menatap mereka semua yang merupakan anggota kelompoknya.
"Kalau mereka setuju, aku dukung dan kita lihat gimana progresnya. Nanti kasih tahu aja tugasku apa dan aku harus ngebantu apa!"
Dia menguji ideku bukan? Dia pikir aku nggak akan berhasil dengan ide itu? Atau ideku terlalu buruk? Berarti aku harus membuktikan padanya kalau saranku tadi itu bagus bukan?
Aida kesal di dalam hatinya ketika Didi keluar begitu saja ngeloyor pergi dari ruangan kuliahnya setelah dosen juga keluar tanpa peduli dengan kelanjutan diskusi grupnya.
Ini membuat Aida kesal dan ingin sekali membuktikan kalau semua rencana yang dibuatnya tadi itu akan membuahkan hasil untuk timnya dan mereka sukses.
"Aku udah mikirin satu ide tapi memang aku nggak bisa jamin kalau kita bisa dapat banyak uang dari ide yang sudah kubuat!"Yah, siapa memang yang bisa menjanjikan sebuah keuntungan?Namanya bisnis dan dagang apapun itu baik berupa barang dan jasa memang mereka tidak bisa menentukan berapa hasil yang mereka dapatkan."Ya, mungkin kita bisa coba lakukan dulu kalau kamu udah cerita apa idemu?""Hmm. Aku memberikan penekanan di awal seperti tadi karena aku nggak mau kalian berekspektasi lebih dan berpikir kalau apa yang aku tawarkan ini bisa bikin kita kaya mendadak."Sebuah jawaban yang membuat mereka semua melepaskan senyum dan tawa kecil. Membuat pembicaraan ini tak lagi menegang seperti tadi."Ya udah cerita dulu aja Didi." sampai salah
"Iyalah. Kurasa sih konsepnya seru, Didi. Dan kita mungkin bisa coba jual ke anak mahasiswa di sini? Apalagi ke cewek-cewek, pasti suka kalo ada bunny lucu kaya gini, Dan bukan cuma di marketplace. maksudku supaya kita nggak akan ngerebut pasar marketplacemu. Kita coba jual perorangan di kampus. Kita kasih contoh-contohnya, terus kalau mereka tertarik mereka juga bisa beli. Ya dari mulut ke mulut kayak gitu sih."Bukan Aida yang menjawab! Salah seorang dari teman di kelompoknya yang bercicit tanpa henti."Iya setuju!" Salah seorang dari mereka juga menimpali lagi. Kalau kamu mau ya kamu bisa deh kasih harga ke kita berapa harga terrariumnya terus nanti kita jadi resellernya kamu, Di!"Mereka tahu kalau itu adalah usaha Didi. Mereka juga punya perasaan dan mereka tidak mau mengambil itu dengan gratis.Apalagi
"Oke kalau gitu, kita fokus ke marketingnya."Tapi meski pikirannya bermacam-macam tentang Aida, Didi sudah kembali fokus dan memang dia tidak mau sampai nilainya bermasalah. Dia harus mendapatkan nilai terbaik dan itulah taretnya di kuliah.Didi punya impian menjadi yang terbaik dan membuktikan kalau dia bisa hidup mandiri tanpa bantuan dari keluarga kakak iparnya. Itulah adalah harapan Didi.Dan apakah rencananya untuk program kerja kelompok ini berhasil?"Liat, mereka tuh pada suka dan orderannya sebanyak ini. Gimana cara kita ngerjainnya?""Kebayang gak sih? Ini baru hari ketiga loh. Kemarin tuh hari pertama penjualan kita udah nyampe tiga puluh dua, hari kedua, online ada lima, offline yang pengen ada lima puluhan dan hari ketiga ni, sembilan puluh orderan termasuk ya
"Itu--""Gak asing kan foto dua orang ini?"Didi tak perlu menyindir pun, Aida sudah melihat sesuatu yang ada di sana dan sedikit kaget serta bergetar hatinya."Ini foto suamimu yang kamu rebut dari cewek disebelahnya, kan?" sindir Didi yang tak bisa Aida jawab dan sebelum Aida bisa memikirkan apa yang harus dikatakannya..."Pasti kamu nggak tahu kan kalau dia deket lagi sama istrinya yang dulu dan ini baru kejadian tadi pagi loh. Oh, atau emang selaku wanita simpanan kamu udah tau?""Hm, pertama, itu bukan urusanmu, orang yang pandai berspekulasi lebih dulu padahal dia tidak tahu kenyataan yang sebenarnya itu seperti apa. Dan seharusnya kamu tidak perlu cerita berlebihan padaku atau menunjukkan itu padaku karena itu bukan urusanmu." Aida mulai menjawab.
Fuuuh, berpura-pura semua baik-baik saja dan tidak ada masalah selama beberapa jam itu melelahkan ya.Saat keluar dari ruangan tempat Aida membuat terrarium hatinya sebenarnya sudah tak tahan lagi Dan hampir saja dia menangis dalam ruangan itu tadi.Tapi aku tidak mungkin kan bicara padanya kalau hatiku kenapa-napa? Dia bukan orang untuk tempat curhat. Lagian dia akan lebih senang dan mungkin akan tersenyum bahagia melihat kehancuranku. Tapi ini juga bukan urusannya sih. Ini adalah rumah tanggaku dengan Mas Reiko!Dan siapa sih itu yang tidak kesal melihat laki-laki yang dicintainya dan sudah berstatus sebagai suaminya bersama dengan seorang wanita lain yang dia juga tidak tahu siapa wanita itu. Dan bukankah suaminya sedang ada di Abu Dhabi?Biasanya Mas Reiko pulang, memang sebulan sih
Ya ampun, orang itu masih terus saja berpikiran buruk padaku?Melihat motor Didi yang sudah pergi melaju meninggalkan lobby apartemen, Aida mengumpat dalam hatinya sendiri.Ah, mending aku segera membantu Inggrid daripada ngeliatin dia pergi, gak guna! Kasihan Inggrid sama Mbak Fitri.Aida yang tak mau memperpanjang pikiran buruknya ini ditambah juga dia sendiri sedang ngejelimet otaknya dan perbuatan Didi sudah menambah emosinya menjadi buruk, makanya Aida berusaha fokus pada kewajibannya saja.Meskipun semua ini tidak membuat hatinya betul-betul lega.Beneran Mas Reiko udah pulang? Tapi kenapa dia nggak bilang sama aku ya? Kalau dia pulang dari seminggu yang lalu bisa jadi aja kan? Atau mungkin dia baru pulang hari ini? Atau apa dia punya alasan sen
Berarti yang diliat Didi itu beneran Mas Reiko? Dia udah pulang?"Loh, emang Mas Reiko udah pulang dari Abu Dhabi?"Jawaban Seno membuat hati Aida berdegup! Begitupun dengan Inggrid dan Fitri yang kaget. Makanya, Fitri nyeletuk saat Aida tak bisa berkata apapun."Eeeeh--"Seno malah tak bisa berkata-kata dan menelan salivanya dia kebingungan sendiri. Tapi Seno bukanlah pembohong dan dia itu termasuk pria yang jujur sehingga sangking polos dan jujurnya matanya justru menatap ke arah Aida namun kini berpaling dengan rasa yang tak jelas dalam hatinya."Hihihi, biasa aja, Seno. Aku udah tahu kok kalau Mas Reiko udah pulang tapi aku emang belum cerita sama mereka berdua. Soalnya masih ada urusan di luar yang harus diselesaikan sama Mas Reiko. Tadi juga dia sempat ke re
Apa semua karena aku bertanya soal anak?Selepas keluar dari apartemen yang ditempati Seno Aida mulai berspekulasi lagi sambil dia berjalan menjauh dengan masih berusaha tegar tak mau menunjukkan air matanya. Dia berusaha menahan dirinya karena...Kamu nggak boleh kelihatan lemah. Bahaya kalau Fitri atau Seno ngeliat CCTV. Aku juga nggak boleh menangis di apartemen. Aku harus tegar. Di sanakan di semua tempatnya ada CCTV-nya. Di lift ini juga ada CCTV-nya. Kalaupun aku sesak dan ingin menangis nanti saja, pas lagi sujud.Aida, memang wanita yang cukup kuat menyembunyikan lukanya kalau di tuntut oleh keadaan.Masih ingat kan bagaimana Aida tidak pernah mengeluh saat kakinya tertusuk beling? Masih ingat kan dia tidak berusaha untuk berhenti di hadapan Reiko meskipun dia sulit jalan di dalam ka