Connor: Selamat pagi Tuan Peterson. Saya yakin pasti ada sesuatu yang penting yang membuat anda menghubungi saya sepagi ini. Apa ada masalah?
Yah, telepon dari Richard memang membuat Connor hilang kantuknya. Dia khawatir bila terjadi sesuatu dengan proyek kerjasama mereka di Bali.
Richard: Oh, tidak. Aku menghubungimu bukan untuk itu. Apa nanti malam kau ingin ikut ke rumah Tuan Adiwijaya, Tuan Meyer?
Connor: Ehm, bukannya saya tidak mau Tuan Peterson. Tapi saya sekarang sudah ada di Spain.
Richard: Ah, jadi kau sudah kembali?
Connor: Yah. Karena Anda bilang sebulan ini kami semua bisa beristirahat dulu. Jadi saya pikir saya bisa menggunakan waktu saya untuk bertemu dengan keluarga dan teman-teman sebelum kembali lagi ke Bali.
Ri
"Sssh. Bikin nafsu makan hilang saja."Sesaat setelah masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya Aida menggerutu sendiri sambil berjalan menuju ke karpet yang biasa dia gunakan untuk tidur juga."Emang dia pikir apa isi kulkasnya? Lihat saja sendiri. Masa iya dia tidak bisa melihat? Dan memangnya dia tidak pernah masak apa? Masa dia nggak tahu isi kulkasnya kayak gimana?"Yang Aida tahu Reiko sangat suka sekali masak. Jadi tidak mungkin kan kalau dia tidak tahu apa isi kulkasnya?"Atau mungkin kalau dia mau masak, kekasihnya menyiapkan bahan-bahannya? Atau mereka menyembunyikan bahan-bahannya di tempat lain yang aku tidak tahu?"
Richard: Aku akan bicara degan tanteku Elly. Dia dokter di London. Nanti setelah pasti aku akan bicara lagi denganmu. Dan kau jangan khawatir ini tidak terikat sama sekali denganku malah mungkin kau akan menyelamatkan seorang anak.Felix: Ehm, baiklah Tuan Richard kalau begitu. Dan membantu temanku yang sudah meninggal dan hanya menyisakan anaknya itu.Richard: Maaf aku meneleponmu pagi-pagi begini. di Bali sudah tidak pagi lagi soalnya.Felix: Saya morning person Tuan. Anda tidak perlu khawatir.Richard: Kalau begitu aku tutup dulu teleponnya. Selamat menikmati sarapan pagimu.Felix: Terima kasih Tuan Richard! Selamat melanjutkan hari Anda."Fuuh!" Selepas menutup teleponnya Felix menghempaskan napas pelan dan memijat dahinya.
"Sebelum membahas masalah imbalan, keluarga Grace adalah keluarga yang sangat baik sekali padaku dan mereka adalah teman dekatku. Kau tidak akan melakukan sesuatu yang buruk pada Jason Ramos kan? Maksudku--""Membunuhnya begitu?""Hmm!"Ellena mengangguk karena dia masih memiliki rasa belas kasihan pada sahabatnya yang sudah membantunya selama ini. Dia tidak ingin sampai keluarganya bermasalah apalagi Jason setahu Ellena adalah seorang pria yang sangat diidamkan oleh anak dari Grace, Louisa. Karirnya juga gemilang. Makanya dia merasa sangat cemas."Aku tidak akan membunuhnya. Aku hanya ingin mengambil sesuatu yang ada di rumahnya dan sebaiknya kau tidak terlalu tahu banyak supaya kau tidak pusing juga nantinya."Yah, apa yang mau diambil oleh saudara kembarnya ini memang m
"Semoga saja dia tahu kalau ancaman itu bukan pura-pura!"Alina yang sudah keluar dari rumah Ellena dan sudah berteleportasi kembali ke rumahnya baru saja bercuap-cuap begitu sambil menahan kesal pada adiknya.Yah, sudah dibilang kan kalau dia tidak percaya pada Ellena tadi?"Ayah, maafkan aku. Kalau aku terpaksa harus membunuh anak kesayanganmu yang manja itu bukan karena aku tidak menyayanginya. Tapi karena dia membuat masalah pada rencanaku. Aku harap kau mengerti dan tidak akan membuat perhitungan denganku. Aku hanya mengikuti caramu dan berusaha untuk memenuhi semua janji kepadamu."Alina sambil berjalan menuju meja kerjanya dia baru saja berucap begitu dan kini mengetik sesuatu dengan laptopnya untuk pengacaranya.Ada beberapa hal yang tidak bisa diurus oleh Alina sendiri karena itu dia membutuhkan seseoran
"Ai, kamu tunggu di kamar. Nanti aku ke sini lagi setelah membereskan urusan di bawah. Jangan lakukan apapun, jangan turun dari tempat tidurmu.""Iya Mas."Aida mengangguk patuh."aku suamimu dan aku ingin kamu menurut padaku. Selangkah pun aku tak ingin kamu turun ke lantai.""Iya Mas.""Dan ada handphone di samping! Tapi kamu tahu kan siapa saja yang kuizinkan untuk diangkat teleponnya atau kamu balas pesannya. Jangan menentangku dan mengujiku!""Iya Mas."Aida memang tak mau membantah pria yang kini matanya memintanya mengikuti semua peraturan yang dibuatnya itu."Tunggu di sini. Kamu boleh membaca bukumu aau tidur saja. Dan untuk kuliahmu, bulan depan ba
Ku-kurasa boleh. Mungkin disuruh sama ibu? Soalnya biasanya kan dia mengirim pesan bukan telepon. mungkin saja penting?Dan selepas Aida menentukan pilihannya itu....Aida: Assalamu'alaikum Lingga. Ada apa?Lihatlah, bahkan untuk menentukan apakah dia akan mengangkat telepon dari adiknya sendiri atau tidak itu membuat Aida gugup sendiri dan ketakutan.Dia bukan wanita yang seperti ini! Tapi sekarang kondisinya memang jadi seperti ini. Kecemasan berlebih seperti anxiety.Itu ditunjukkan dari tangannya yang masih bergetar saat memegang handphone itu dan mendekatkannya di telinga.Lingga: Wa'alaikumsalam Mbak Aida. Aku libur nih sekarang. Hehehe. Aku main ke tempatnya Mbak Aida, ya? Udah lama aku juga nggak ketemu sama Mb
Siapa yang pura-pura lupa?Aida yang mulutnya masih penuh dan tak bisa menatap kemanapun karena memang kepalanya dipegang cukup kuat, sebetulnya sensi dengan ucapan suaminya itu.Bisakah dia marah-marah padaku tidak sambil memakai tubuhku begini? Sakit kan!Percuma juga Aida menitikan air mata dan hanya meringis di dalam hatinya macam ini karena orang yang ada di hadapannya seolah tak mau mendengarnya."Kamu milikku, cuma aku!"Kalau sudah dipenuhi dengan emosi Memang agak berat untuk berpikir jernih! Suami Aida sudah menjadi pria yang seakan Aida tak kenal!"Kamu milikku jadi ikuti mauku, aku yang menentukan! Aku, Ai!"Belum cukup Aida istirahat tapi sekarang rasa tubuhnya sudah ke
"Enggak Mas Reiko, aku gak akan ninggalin Mas Reiko. Selamanya!"Tentu saja Aida tidak akan tega melakukan apa yang diduga oleh suaminya itu. Apalagi sudah mendengar sindiran Reiko barusan. Dan makin terbawa suasana saat mengingat bagaimana kehidupan suaminya dulu yang memang sedikit sekali mendapatkan kasih sayang.Hati Aida iba."Jangan berpikir gitu, Mas. Aku tetep di sini sama Mas Reiko."Karena itu, alih-alih pergi Aida justru membuka kedua tangannya dan memeluk pinggang suaminya membuat tangan Reiko yang tadi mencengkram pipinya cukup kencang kini perlahan melonggarkan cengkeramannya."Maafkan aku, Ai--"Sejenak Reiko melupakan orang yang sudah memencet bel pintu apartemennya dan dia justru melepaskan tangannya dari wajah Aida dan