"Enggak Mas Reiko, aku gak akan ninggalin Mas Reiko. Selamanya!"
Tentu saja Aida tidak akan tega melakukan apa yang diduga oleh suaminya itu. Apalagi sudah mendengar sindiran Reiko barusan. Dan makin terbawa suasana saat mengingat bagaimana kehidupan suaminya dulu yang memang sedikit sekali mendapatkan kasih sayang.
Hati Aida iba.
"Jangan berpikir gitu, Mas. Aku tetep di sini sama Mas Reiko."
Karena itu, alih-alih pergi Aida justru membuka kedua tangannya dan memeluk pinggang suaminya membuat tangan Reiko yang tadi mencengkram pipinya cukup kencang kini perlahan melonggarkan cengkeramannya.
"Maafkan aku, Ai--"
Sejenak Reiko melupakan orang yang sudah memencet bel pintu apartemennya dan dia justru melepaskan tangannya dari wajah Aida dan
"Hmm ya benar kata my woody. mana istrimu Tuan Adiwijaya? Aku sudah kangen dengannya. Cuma aku tak berani bertanya aku takut kau marah dan berpikir aku ingin menyuruh-nyuruh istrimu lagi.""Makanya aku tanyakan, Tasya. Kau ingin berteman dengan Aida?" Richard menimpali sambil mengubah posisi tangannya merangkul Tasya."Iya Richard," ucap Tasya setelah Richard memberikan kecupan di pipi istrinya."Dia gadis baik. Aku suka sekali bicara dengannya dan mendengar sarannya," lalu Tasya menatap Reiko."Dia tak membenciku pasal seblak itukan?" tanya Tasya yang membuat Reiko sadar kalau dirinya tadi masih berdiri mematung dengan nampan."Tidak, Nyonya Tasya."dan Tasya yang ikut celingukan setelah suaminya bertanya, dengan wajah memelas dan terlihat jujur membuat hati Reiko jadi lebih tenan
"Sudah dua minggu!"Sesaat sebelumnya di tempat yang berbeda ada seseorang yang berjalan bolak-balik dan dia mulai memikirkan sesuatu yang membuatnya penat sendiri."Terakhir aku menghubunginya dua minggu yang lalu. Tapi sampai saat ini dia belum menghubungiku? Kemana kau Reiko? padahal biasanya kalau aku mengomel sehari saja sudah panik dan membujukku!"Seorang wanita yang kebingungan dia duduk di ujung tempat tidurnya sambil menenggak lagi air di dalam botol minuman yang dari tadi memang dipegangnya."Dia tak begini!"Wanita itu semakin mabuk dan semakin tak terima apalagi kalau dia memikirkan perubahan pria dipikirannya sangat drastis itu."Tidak mungkin selama dua minggu tidak menghubungiku hanya karena dia marah aku menyebutnya seb
Apa yang salah dengannya?Dan pertanyaan ini sudah berulang-ulang kali dipertanyakan oleh Aida pada dirinya sendiri. Tapi selama dua minggu ini tetap memang dia belum mengetahui jawaban yang sebenarnya dari perubahan sikap suaminya."Heish, sudahlah!"Aida buntu. Lagi pula banyak sekarang yang harus dia lakukan dan bukan hal itu saja yang harus dikhawatirkan.Sekali lukaku terlihat akan jadi masalah seperti kejadian di villa Tuan Raditya.Bagaimana dia menutupi semua luka-lukanya, ini lebih penting. Aida segera mungkin mengambil pakaiannya untuk bersiap bertemu dengan Tasya dan Richard Peterson.Aida sendiri berusaha untuk menahan lagi semua rasa sakit di tubuhnya dan lebih mengedepankan logikanya karena tak mau membua
Dia waras gak sih? Nama itu dia nggak kenal? Dia gak mungkin gak mengenal nama kekasihnya kan? Ratu lebah idamannya, loh! Mana masih ada fotonya juga itu. Becanda ga sih? Atau pura-pura?Nama Brigita di handphone itu tetap masih sama. Tapi Reiko memang seperti orang tidak mengenalnya meski foto Brigita tak pernah dihapusnya.Makin heran Aida. Apa yang salah dengan otak suaminya?"Angkat Mas. Mungkin penting.""Aku kasih nama sejelek ini mungkin karena dia itu bahaya, kan? Lebah kan sengatannya bahaya?"Hihihi, ya memang bahaya karena itu menyakiti hatiku kalau dia mengangkatnya. Tapi aku tidak mau kalau sampai dia mengingat nama itu dia berpikir bahwa aku memanfaatkan kejadian ini untuk membuat wanita itu terlihat buruk dan dia malah membenciku nanti.
Reiko: Aku yang harusnya bilang cukup dan jangan menghubungiku lagi!'Kaya ngimipi, ini Mas Reiko apa lagi pura-pura ya? akting kah?'Jangankan Brigita, Aida yang ada di sisinya saja hampir tidak percaya kalau itu adalah suaminya yang bicara. Seakan-akan ini sebuah mimpi dan aneh. Tak masuk akal untuknya.Brigita: Tunggu--Reiko: Dengar! Istriku ada di sisiku dan dia mendengar obrolan ini. Harusnya kau tahu malu dan tak mengganggu pria yang sudah beristri.Aku masih ingat bagaimana dia bilang kalau Ratu lebahnya adalah wanita paling sempurna untuknya. Dan sekarang dia bilang kayak gitu? Duh, aku jadi takut apa dia akan tetep sama begini sampai saat dia sadar nanti? Atau ini baru permulaan yang lebih pahit untukku? Ujian Tuhan dalam versi lainkah untuk hubungan
Alina: Jadi sekarang kau baru yakin kalau wanita itu mengambil hati suamimu begitu?Brigita: Kenapa lagi harus mempertanyakannya? Aku sudah bilang aku ingin wanita itu mati.Sebenarnya Alina ingin sekali menutup teleponnya karena saat ini bukan waktu yang tepat untuk dirinya membahas masalah seperti sekarang.Saat ini yang harus dilakukan olehnya adalah mengurus bagaimana Jason Ramos bisa hadir di konser amal itu.Tapi putrinya merengek membuatnya tak tega.Alina: Hmm. Kalau itu maumu aku akan membereskannya nanti. Setelah urusanku di sini beres karena aku sudah terburu waktu Brigita. Kau ingat? Dua minggu yang lalu kau berjanji padaku akan masuk ke brankasnya. Tapi tidak berhasil bukan?Brigita: Kau tahu bagaimana cara masuk ke sana ta
"Ai, aku--""Ssst. Iya Mas, aku percaya sama Mas Reiko!" Aida yang melihat kepanikan suaminya sesaat setelah mematikan telepon dari Brigita, langsung menaruh jadi telunjuknya di bibir suaminya dan berusaha untuk menenangkan suaminya."Bee, nama itu. Apa yang terjadi padaku? Kenapa di handphone-ku--""Sudah Mas!""Tapi dia tahu--""Kita bicarakan nanti, oke?" Aida berusaha membujuk Reiko yang makin cemas."Ai, apa tanda itu, kamu--""Mas sudah, jangan dipikirkan." Aida tahu, Reiko pasti penasaran. Makanya dia berusaha untuk membuat suaminya sementara tak memkirkan itu."Ai--""Aku mencintaimu Mas Reiko! Mmuuuuuah!"
"Ehm, itu kan--""Kau pakai skenario, Richard. Tak tulus dari hatimu. Apa selama ini aku tertipu?""Tasya --""Sudah, jangan pegang tanganku!"Yah, Tasya mencuri dengar sehingga dia tahu semua memang saran Excel. Makanya dia sempat kesal pada Richard. Tasya sudah mau mengomel lagi.Tapi"Tentu saja yang romantis adalah suami Anda nyonya Tasya. Karena mungkin saja persiapan semuanya adalah saran dari tuan Excel. Tapi saya yakin sekali yang bicara dengan Anda tentu saja bukan pilihan Excel dan suami Anda tidak pakai naskah. Semua yang dikatakannya adalah isi hatinya.""Ah. Iya kau benar Aida. Eh tapi, jangan panggil aku dengan sebutan nyonya lagi ya. Cukup panggil aku Tasya. Dan aku juga belum minta ma