"Inggrid, kau itu kenapa, sih? Tengak-tengok nggak jelas kayak gitu kayak ngendap-ngendap ada maling aja!" Pagi itu, Aida memperhatikan Inggrid memang agak sedikit aneh, makanya dia berkomentar."Aku hanya mau memastikan aku masuk kamar mandi ndak ada yang ngikutin aku, Mbak!""Hahaha! Kau ini bikin aku ketawa aja, Inggrid. Aneh-aneh saja kalau bicara itu!""Lah wajar toh? Mereka itu kan nggak kelihatan. Kalau nanti mereka masuk juga ke kamar mandi aku lagi mandi, gimana?"Hanya senyum yang terurai dari bibir Aida ketika mendengar celotehan Inggrid."Sudahlah! Kau mandi saja. Lagian mereka sudah berjanji kalau mereka mau masuk ke dalam ruangan ini mereka tidak akan masuk dalam kondisi tidak terlihat!""Mbak Aida, mereka itu ndak punya agama. Bagaimana kita bisa percaya dengan janji mereka? Sedangkan orang yang punya agama, mereka itu kalau sudah berjanji mereka tak akan menepatinya dengan mudah. Kecuali mereka yang memang benar-benar takut pada Tuhan-nya. Kan banyak sekarang sih yang
"Sudah, ketuk saja pintunya, Reizo." Alan sudah menunjukkan dirinya saat dia berbicara berbisik begini. Tapi posisinya masih ada di luar kamar kosannya Inggrid."Kalau masalah itu, aku tidak bisa bicara, karena nanti biar Rafael sendiri yang menjelaskan. Dia sedang bingung dengan kondisi adiknya, Archie." Alan menjelaskan lagi di saat Reizo sudah menampakan wujudnya."Oke, aku aktifkan lagi CCTV di kosan ini."Alan tentu saja harus mengacau dulu CCTV di sana karena kalau tidak dirinya yang tampak di kosan itu secara mendadak pasti akan terekam oleh CCTV dan menggemparkan.Tok, tok, tok!Saat Alan bicara, saat itulah menjadi seseorang mengetuk pintu kamar Inggrid."Ayo, kita berangkat sekarang.""Mbak Aida beneran berangkat sekarang? Nggak mau tunggu Mas Seno dulu?""Kamu nanti nyusul saja sama Mas Seno. Soalnya kalau aku jalan sama kamu dan Mas Seno bareng-bareng, itu bukan kebiasaannya Mas Reiko. Dia akan mengomel dan tidak suka diganggu. Jadi Romo Adiwijaya pasti akan curiga kalau k
"Eh itu, nanti aku ceritakan, lah, Bu.""Yo wes, daripada ngobrol di luar begini, mari kita masuk. Ajak anakmu masuk, Ratna!""Iya, Kakek benar! Ayo Bu, kita masuk!" Aida ingin mengalihkan pikiran ibunya, makanya dia setuju dengan rencana Adiwijaya dan mengajak ibunya masuk ke dalam."Aku tahu, kamu masih kesal padaku. Tapi ayo, kita masuk ke dalam, Le! Kita bicara baik-baik seperti layaknya keluarga. Dan kakekmu ini sudah sangat tua sekali dan sudah sangat merindukanmu. Bertahun-tahun sudah kita tidak bertemu."Tapi Reizo yang kini berperan sebagai Reiko masih berdiri di tempatnya dan menunjukkan wajahnya yang kaku, belum merespon. Mengingat perdebatan yang terjadi di pabrik beberapa tahun lalu, Adiwijaya menebak kalau cucunya masih marah. Makanya dia mencoba membujuk."Istrimu sudah ke dalam. Apalagi yang kau tunggu, Le?""Romo!"Namun sesaat setelah Adiwijaya bicara, mobil sudah ada yang memasuki pekarangan lagi dan mendistraksi mereka. Apalagi seseorang dengan cepat turun lalu mem
"Fuuh, aku rasa, aku tidak bisa membicarakan yang saat ini. Apalagi di tempat seperti ini, Reiko.""Tak ada yang mendengarkan kita. Kalau kita berjalan ke arah taman itu, kurasa juga tidak akan ada yang mau menguping pembicaraan kita. Hanya itu cara membuatku bisa percaya padamu."Sebuah jawaban yang membuat Endra kembali tersenyum."Reiko, kalau dari awal kau tidak mempercayaiku, bagaimana kau bisa mempercayaiku nanti selepas aku menceritakan semuanya?""Kali ini aku akan percaya. Aku tahu kau berbohong atau tidak."Jelaslah ada Alan di sana yang akan mendengar isi hati Endra. Apa pun yang dikatakan pria itu, tentu saja tidak akan memberikan keraguan lagi karena mereka bisa mendengar isi hati ayah biologis Reizo."Baiklah kalau menurutmu begitu."Setelah berpikir dan merenung beberapa detik, akhirnya Endra mengambil sebuah keputusan untuk bicara dengan putranya dan mereka memilih di halaman depan rumah keluarga Adiwijaya.Itu posisinya agak jauh dari kamera CCTV yang ada di teras. Lo
"Aida, coba jelaskan pada Ibu! Apa maksud dari kata lagi barusan?"Beberapa saat sebelumnya, selepas masuk ke dalam rumah, Ratna, ibu Aida memang sudah penasaran dari tadi."Nanti ya Bu, aku ceritain. Nggak enak, ternyata di dalam banyak orang," bisik Aida.Ya karena Aida tidak tahu kalau ada undangan lain yang berada di kediaman Adiwijaya. Andaikan dia tahu, mungkin dia akan memilih untuk tidak datang. Karena orang yang tidak ingin ditemuinya ternyata ada di dalam sana."Kupikir, kau tidak akan lagi mau berikatan dengan keluarga ini!""Nessay, jaga sikapmu pada Aida!""Loh, memangnya ada masalah apa di antara Mbak Vanessa sama Aida?"Sayangnya ada seorang wanita yang tidak bisa menahan diri ketika melihat Aida dan dia masih menyimpan kemarahan dan kekesalannya pada Aida dari kejadian di masa lalu."Tidak ada masalah apa-apa, Bu! Ibu ndak usah banyak pikiran.""Benar yang dikatakan sama Aida. Hanya anakku saja yang tidak mengerti keadaan dan aku minta maaf ya, Ratna.""Iya, saya juga
Bab 973. ANTARA INGIN TAHU DAN JAGA KONDISI"Kakek, tapi sebelum Kakek bicara dengan Reiko, apa boleh aku bicara dulu dengannya?"[Itu Reyhan. Dia itu sebenarnya orang baik. Dan aku yakin di sini dia juga tidak akan melakukan sesuatu yang jahat. Aku akan mendekat padanya dan mencari tahu apa alasan yang ingin bicara denganmu. Tapi ini semua balik lagi padamu, kau ingin bicara dengannya atau tidak.]Penjelasan Alan ini untuk menahan supaya Reizo tidak langsung menolak permintaan dari menantu Hartono tadi."Apa yang ingin kau bicarakan denganku?"[Sesuatu yang berhubungan dengan Aurora Corporation, tapi dia tidak bisa bicara di sini karena terlalu banyak orang yang mendengar. Di sini juga—][Tak perlu kau jelaskan, Alan. Yang pasti, pembicaraan ini belum bisa dibahas di hadapan mereka semua, apalagi masih ada Endra Adiwijaya.][Nah, baguslah kalau kau tahu.]Saat Alan berbisik begini, Reizo juga sudah mengangguk pada Reyhan."Kau ingin bicara di mana denganku?""Tunggu, Nak Reyhan. Baga
"Katakan. Jangan buang waktuku!"Sementara itu, sesaat setelah mereka berada di taman belakang dan Alan memastikan kalau kondisinya agak jauh dari CCTV, juga Alan membuat CCTV terganggu, Reizo meminta Reyhan segera menjelaskan semuanya."Aku ingin membahas masalah kerjasama kita dengan Aurora Corporation." Reyhan mengingatkan. "Sekitar hampir lima tahun silam, saat kau juga berpikir, kalau aku berusaha untuk meraih keuntungan bagi diriku sendiri."[Ah, Reizo, jadi dia—][Dia tahu masalah Brigita dan hubungan Reiko dengannya. Dia sengaja melakukan itu untuk membuat Brigita melihat Reiko bangkrut.][Itu dia maksudku. Dia juga sengaja meminta kerjasama ayah mertuanya untuk mengambil posisi adikmu di Adiwijaya group.][Jadi sebetulnya, semua sudah tahu tentang sikap Brigita. Tapi si bodoh itu, dia tidak mau mendekat pada Reyhan dan konfrontasi.][Yep! Reiko malah menghindar.]Semua gambaran ini sudah mereka bayangkan saat Reyhan memulai menjelaskan."Aku tahu, kalau selama ini kau membenc
[Ya, aku tidak menyangka kalau ternyata begitu awal mulanya. Dia memaksa kakekku untuk menikahkannya dengan mengancam keluarga Adiwijaya? Tapi mungkin saja kan—][Tidak ada yang lebih jujur daripada isi hati, Alan!][Kau betul.]Meski masih belum bisa terima kalau keluarganya adalah orang yang berada dalam posisi tidak baik dalam kasus ini, tapi Alan memang tidak bisa menampik. Dia fair."Untuk kasus itu—""Apa kematian Jessie Irawan ada hubungannya dengan rencanamu untuk menikahkan Endra Adiwijaya dengan Rika?"Tapi sebelum Adiwijaya menyelesaikan penjelasannya, dia sudah diteror lagi oleh Reizo pertanyaan selanjutnya.[Aku sudah menanyakan apa yang ingin kau tanyakan. Dan kau dengar sendiri bukan, kalau dia tidak ada sangkut pautnya dengan kematian Jessie di kecelakaan itu dan tak punya keinginan ingin menikahkan putranya dengan Rika. Pikirannya clear dan aku pun salah paham dengannya yang kupikir dia memang mencoba membunuh ibuku. Ternyata orang yang dikirim untuk membunuh ibuku bu