"Aida, coba jelaskan pada Ibu! Apa maksud dari kata lagi barusan?"Beberapa saat sebelumnya, selepas masuk ke dalam rumah, Ratna, ibu Aida memang sudah penasaran dari tadi."Nanti ya Bu, aku ceritain. Nggak enak, ternyata di dalam banyak orang," bisik Aida.Ya karena Aida tidak tahu kalau ada undangan lain yang berada di kediaman Adiwijaya. Andaikan dia tahu, mungkin dia akan memilih untuk tidak datang. Karena orang yang tidak ingin ditemuinya ternyata ada di dalam sana."Kupikir, kau tidak akan lagi mau berikatan dengan keluarga ini!""Nessay, jaga sikapmu pada Aida!""Loh, memangnya ada masalah apa di antara Mbak Vanessa sama Aida?"Sayangnya ada seorang wanita yang tidak bisa menahan diri ketika melihat Aida dan dia masih menyimpan kemarahan dan kekesalannya pada Aida dari kejadian di masa lalu."Tidak ada masalah apa-apa, Bu! Ibu ndak usah banyak pikiran.""Benar yang dikatakan sama Aida. Hanya anakku saja yang tidak mengerti keadaan dan aku minta maaf ya, Ratna.""Iya, saya juga
Bab 973. ANTARA INGIN TAHU DAN JAGA KONDISI"Kakek, tapi sebelum Kakek bicara dengan Reiko, apa boleh aku bicara dulu dengannya?"[Itu Reyhan. Dia itu sebenarnya orang baik. Dan aku yakin di sini dia juga tidak akan melakukan sesuatu yang jahat. Aku akan mendekat padanya dan mencari tahu apa alasan yang ingin bicara denganmu. Tapi ini semua balik lagi padamu, kau ingin bicara dengannya atau tidak.]Penjelasan Alan ini untuk menahan supaya Reizo tidak langsung menolak permintaan dari menantu Hartono tadi."Apa yang ingin kau bicarakan denganku?"[Sesuatu yang berhubungan dengan Aurora Corporation, tapi dia tidak bisa bicara di sini karena terlalu banyak orang yang mendengar. Di sini juga—][Tak perlu kau jelaskan, Alan. Yang pasti, pembicaraan ini belum bisa dibahas di hadapan mereka semua, apalagi masih ada Endra Adiwijaya.][Nah, baguslah kalau kau tahu.]Saat Alan berbisik begini, Reizo juga sudah mengangguk pada Reyhan."Kau ingin bicara di mana denganku?""Tunggu, Nak Reyhan. Baga
"Katakan. Jangan buang waktuku!"Sementara itu, sesaat setelah mereka berada di taman belakang dan Alan memastikan kalau kondisinya agak jauh dari CCTV, juga Alan membuat CCTV terganggu, Reizo meminta Reyhan segera menjelaskan semuanya."Aku ingin membahas masalah kerjasama kita dengan Aurora Corporation." Reyhan mengingatkan. "Sekitar hampir lima tahun silam, saat kau juga berpikir, kalau aku berusaha untuk meraih keuntungan bagi diriku sendiri."[Ah, Reizo, jadi dia—][Dia tahu masalah Brigita dan hubungan Reiko dengannya. Dia sengaja melakukan itu untuk membuat Brigita melihat Reiko bangkrut.][Itu dia maksudku. Dia juga sengaja meminta kerjasama ayah mertuanya untuk mengambil posisi adikmu di Adiwijaya group.][Jadi sebetulnya, semua sudah tahu tentang sikap Brigita. Tapi si bodoh itu, dia tidak mau mendekat pada Reyhan dan konfrontasi.][Yep! Reiko malah menghindar.]Semua gambaran ini sudah mereka bayangkan saat Reyhan memulai menjelaskan."Aku tahu, kalau selama ini kau membenc
[Ya, aku tidak menyangka kalau ternyata begitu awal mulanya. Dia memaksa kakekku untuk menikahkannya dengan mengancam keluarga Adiwijaya? Tapi mungkin saja kan—][Tidak ada yang lebih jujur daripada isi hati, Alan!][Kau betul.]Meski masih belum bisa terima kalau keluarganya adalah orang yang berada dalam posisi tidak baik dalam kasus ini, tapi Alan memang tidak bisa menampik. Dia fair."Untuk kasus itu—""Apa kematian Jessie Irawan ada hubungannya dengan rencanamu untuk menikahkan Endra Adiwijaya dengan Rika?"Tapi sebelum Adiwijaya menyelesaikan penjelasannya, dia sudah diteror lagi oleh Reizo pertanyaan selanjutnya.[Aku sudah menanyakan apa yang ingin kau tanyakan. Dan kau dengar sendiri bukan, kalau dia tidak ada sangkut pautnya dengan kematian Jessie di kecelakaan itu dan tak punya keinginan ingin menikahkan putranya dengan Rika. Pikirannya clear dan aku pun salah paham dengannya yang kupikir dia memang mencoba membunuh ibuku. Ternyata orang yang dikirim untuk membunuh ibuku bu
"Ya, tapi kau hampir membunuhnya kalau aku tidak ada di sini tadi dan memberikannya obat. Dasar, kau!" Reizo memang sudah tahu keberadaan Alan di sana, makanya dia memang berani bicara. Terus saja dia tidak ingin membunuh Adiwijaya."Reizo, tadi kau bilang—""Reiko mati dibunuh oleh Ibu dari Brigita."Lagi-lagi sebuah penjelasan yang membuat Adiwijaya tidak bisa berkata-kata."Tapi kau tidak perlu khawatir. Aku akan membalaskan semua yang sudah mereka lakukan pada Reiko. Aku sendiri sudah berhutang budi pada saudara kembarku ketika kami berada di Maroko. Aku sudah bertemu dengannya dan dia menyelamatkan hidupku.""Bisa kau antarkan aku ke kuburannya, Le? Dan kapan putuku meninggal?" Adiwijaya sebetulnya tidak kuat kalau harus membahas masalah ini dulu. Tapi dia memang ingin melihat pusara cucunya."Selepas aku menyelesaikan semuanya. Karena saat ini, polisi juga sedang mengerubungi kediaman Irawan dan kami tidak bisa mendekat ke sana. Orang yang membunuh Reiko diledakkan di villa itu.
[Tahan dulu, Alan. Dia memang mengikutitku, tapi kita tidak tahu siapa orang suruhannya itu dan apa niatnya. Jadi kita coba dengarkan dulu apa yang dia inginkan.]Mereka berdua ini cukup klop. Di saat Alan sudah meninggi dan emosional, Reizo, dia bisa menahan dirinya dan kebalikannya, ketika dia hampir lepas kendali selalu saja Alan bisa menahannya untuk mengendalikan diri. Masing-masing saling bekerja sama termasuk dalam hal ini."Oh, aku tidak tahu siapa dia.""Namanya Anto. Kau masih ingin menyangkal, kau tidak mengenalnya, sedang aku tahu siapa namanya dan bisa saja itu artinya aku bertanya lebih padanya tentang siapa dia?” Jelas Reizo tahu, karena tadi Rika menyebut nama itu dalam benaknya.Kurang ajar! Jadi dia memberitahukan pada si bodoh ini kalau dia punya keterikatan denganku? Sial, kau. Dasar kau,Anto, tikus bodoh! Aku sudah menjagamu dan melinduongimu selama bertahun-tahun dan kupikir, kau bisa bekerja dengan benar. Ternyata kau hanya membuang-buang uangku saja. Kau masih
"Alan Hansen Hermawan, harusnya setelah kau mendengar namaku kau sudah harus tahu siapa aku!""Hkkkk!"Jessie Irawan? Siapanya dia?Alan langsung sigap mencekik leher Jessie. Ini membuatnya sulit bicara dan berusaha untuk melepaskan diri. Di saat yang bersamaan, pikirannya juga menerka-nerka ikatan dengan orang benama belakang sama itu."Wow, Alan, kau ke sini?" Dan Vanessa yang melihat keberadaan Alan di sana, dia tak sadar kalau suaranya memang menarik perhatian banyak orang."Nessay, diam!" Sampai suaminya harus memperingatkan istrinya lagi.Di saat yang bersamaan ...."Mamaaaaaa! Papa, tolong Mama, cepetan, Pa!"Suara panggilan dari anak-anak Rika memecah konsentrasinya, sehingga dia tidak jadi lagi memikirkan tentang siapa Alan dan hubungannya dengan Jessie."Hahaha! Kau pasti penasaran kan, hubunganku dengan Jessie Irawan?"Dan tak peduli dengan pekikan dua anak Rika, Alan tetap mencekik lehernya dan membuat dirinya kesulitan bernapas."Alan, jika kau ingin menginterogasi istrik
"Mau kau apakan anakku?"Rika yang baru dilepaskan lehernya dari cengkraman Alan, memaksakan diri memekik meski lehernya masih sakit. Melihat kedua anaknya digantung dengan posisi yang membuat kedua anak perempuannya itu memekik, dia cemas juga."Endra, tolonglah putri kita. Jangan biarkan dia melakukan itu pada putri kita!" Rika refleks memanggil nama suaminya yang seperti oleng dan dia masih tidak bisa mengambil keputusan harus melakukan apa. Endra hanya diam. Justru anak laki-lakinya Endra yang bicara:"Kau mau kulepaskan anakmu? Jawab jujur semua pertanyaan Alan!""Aku tidak melakukan apa pun. Kalian salah paham padaku."Tapi begitulah Rika. Dalam kondisi mendesak bahkan nyawa anaknya jadi taruhannya, dia juga tidak mau mengakuinya. Ini yang menambah kejengkelan Alan."Reizo, kau tahu apa yang harus dilakukan."Aku tak pernah sangka kalau kembarannya ini sangat mengerikan. Kalau aku tahu dari dulu dia punya kembaran yang menakutkan, maka dari dulu aku akan menyuruh Anto untuk mem