"Mau kau apakan anakku?"Rika yang baru dilepaskan lehernya dari cengkraman Alan, memaksakan diri memekik meski lehernya masih sakit. Melihat kedua anaknya digantung dengan posisi yang membuat kedua anak perempuannya itu memekik, dia cemas juga."Endra, tolonglah putri kita. Jangan biarkan dia melakukan itu pada putri kita!" Rika refleks memanggil nama suaminya yang seperti oleng dan dia masih tidak bisa mengambil keputusan harus melakukan apa. Endra hanya diam. Justru anak laki-lakinya Endra yang bicara:"Kau mau kulepaskan anakmu? Jawab jujur semua pertanyaan Alan!""Aku tidak melakukan apa pun. Kalian salah paham padaku."Tapi begitulah Rika. Dalam kondisi mendesak bahkan nyawa anaknya jadi taruhannya, dia juga tidak mau mengakuinya. Ini yang menambah kejengkelan Alan."Reizo, kau tahu apa yang harus dilakukan."Aku tak pernah sangka kalau kembarannya ini sangat mengerikan. Kalau aku tahu dari dulu dia punya kembaran yang menakutkan, maka dari dulu aku akan menyuruh Anto untuk mem
"Hahaha, jadi kau ingin menjadikanku sebagai pembunuh bayaran?" Alan menebak."Hmm. Dengan bayaran seperempat dari semua harta yang kumiliki, akan kuberikan padamu!""Wooooow!" Tertawalah Alan ketika mendengarnya dan dia melirik pada Reizo. "Hey, ayahmu memberikan itu padaku. Jangan iri padaku!""Kau pikir aku peduli?" Memang Reizo tidak kekurangan uang sama sekali dan dia memang tidak peduli."Haha, baiklah Reizo. Kau urus dua manusia itu! Aku akan mengurus tua bangka ini, lalu aku akan menangkap Anto!""Jadi kau tidak tahu ini dari Anto? Kau belum menangkapnya?" Kaget Rika saat mendengar penjelasan Alan sebelum pria itu membawanya pergi."Siapa bilang aku menangkapnya?" Dan itulah suara Alan yang terdengar sebelum dia menghilang dari ruangan itu."Papaaa, kami tidak tahu apa yang dilakukan oleh Mama! Kami sama sekali tidak mengenal orang itu dan kami tidak pernah tahu kejahatan yang dibuat Mama! Tolong kami, Papa!"Dan selepas menghilangnya Rika, Reti cepat-cepat memanggil Endra, ka
"Jangan lakukan itu! Aku mohon!" Aida tak bisa menunggu lagi. Dia sudah berjalan cepat mendekat pada Reizo."Mau apa? Mau kutebas juga kepalamu?""Eh, odjo!""Kakek, tenanglah. Dia tak serius!" Mata Aida mendelik menatap Reizo. "Jangan bicara sembarangan! Kau bisa membuat Kakek sakit!" omel Aida."Maumu apa?""Kumohon jangan begitu! Tak perlu pakai samuraimu!" Aida mulai menjelaskan keinginannya. "Aku tahu mereka memang jahat dulu. Dan aku juga ingin sekali membunuh mereka saat mereka menjahatiku dulu. Tapi itu semua hanya sekedar keinginan. Maksudku ... bukan sesuatu yang ingin benar-benar aku wujudkan!" Aida tersenyum simpul dan dia mendekat pada Reizo."Kalau menyimpan dendam sampai harus membunuh, kurasa itu sesuatu yang salah! Dan kalau memang seperti itu,maka saat ini kita tidak akan pernah mendengar nama Umar bin Khattab! Nama itu tidak akan pernah ada dalam sejarah Islam, karena dia adalah orang yang sangat kejam dan jahat! Tapi Rasulullah Muhammad, dia memberikan kesempatan!
[Apa? Kau ingin bilang kalau aku licik? Kau ingin bilang aku pintar? Kau ingin bilang apa? Kenapa kau menjadi kosong begini? Kau memikirkan apa? Alat ini rusak, kah?]Aida menyindir lagi sekaligus kebingungan karena memang dia tidak bisa mendengar apa pun.Setelah tahu kalau Aida bisa mendengar yang ada di pikirannya, maka saat itu juga orang yang ada di hadapan Aida bersikap sama seperti kalau Alan ingin mencuri dengar apa yang ada di hatinya."Aku ingin pergi mencari Deni dan Anto. Mereka yang ditargetkan juga. Mereka banyak membuat rencana bersama Rika."[Kau yakin, kau tidak membohongiku?]Aida masih tak yakin, karena dia mengingat betul kalau kembaran suaminya ini memiliki niat yang lain."Untuk apa aku membohongimu?""Tapi—""Sudah, biarkan dia pergi, Aida. Mereka memang pantas untuk dihukum," cuma Endra sudah bicara begitu dan tidak mungkin Aida melarang lagi Reizo."Tapi kumohon, jangan melakukan satu tindakan yang hanya akan membuat suasana jadi semakin buruk." Hanya itu yang
"Bagaimana kau bisa membawaku ke tempat ini? Di mana kita?"Sesaat sebelumnya, saat Alan sudah menghilang, dan kini dia bersama dengan seorang wanita yang terlihat ketakutan melihat sekelilingnya. Dia tidak tahu di mana keberadaannya dan tempat itu lumayan gelap. Cukup mencekam dan menakutkan. Tempat yang mengerikan."Kau lupa, tempat ini di mana? Apa kau tidak melihat berita, Rika?" Alan malah mempertanyakan ini pada Rika yang membuatnya bingung. Dia tidak tahu ada apa di tempat itu yang membuatnya harus melihat berita."Apa maumu membawaku ke sini?" Rika semakin cemas, karena dia yakin niat Alan buruk untuknya. Yang Rika tahu, itu di alam terbuka."Ini di jurang. Itu dari atas sana, dulu, mobil Jessie Irawan jatuh ke jurang ini. Dan di sana dibilang kalau kondisi mobilnya yang bermasalah. Kau lupa?"Bergetarlah hati Rika ketika mendengarnya."Bagaimana kau bisa membawaku ke sini?"Rika tahu, mereka tadi ada di tempat Adiwijaya, tapi saat ini kenapa mereka bisa ada di tempat yang men
"Kau! Apa kau menipuku dan dari tadi kau mengikutiku?" Rika menuduh.Dia tak percaya kalau Alan tiba-tiba muncul di sebelahnya dan membuat dirinya yang tadi ingin beristirahat jadi ingin kabur lagi dari tempat itu. Dia ingin berlari, tapi sudah percuma. Tenaganya juga sudah habis dan apakah dia bisa mengungguli kekuatan Alan? Ini juga yang Rika tidak tahu."Ya, aku memang memenuhi janjiku. Aku tidak pergi ke mana pun. Aku di sana sampai sepuluh menit berlalu, aku melihatmu masih berlari. Jadi ya sudah, aku tunggu saja di sana. Sampai kau berhenti, baru kupikir aku akan datang menghampirimu. Aku juga menikmati kopiku dulu tadi. Lumayan, aku haus soalnya." Alan pulang dulu ke rumah Rafael, bikin kopi dan balik lagi, menunggu."Kau benar-benar mempermainkanku!” Rika mulai paham maksud Alan."Haha. Mempermainkan bagaimana? Aku tidak mengejarmu. Aku membiarkanmu berusaha menghindar dariku. Tapi ternyata, kau tidak bisa melakukannya, kan?" Senyum kembali muncul di bibir Alan sambil memicing
"Aaaakh, aku tidak bilang kalau aku merusak rahim tantemu kenapa kau menusukku? Aaakh ... darah! Kau harus membawaku ke rumah sakit. Aaakh ... sakit sekali!""Ke neraka, bukan rumah sakit!" pekik Alan emosi."Aku tak merusak rahim tantemu!" Rika masih berniat berbohong."Kau mengosongkan pikiran, aku tidak menyakiti rahim tantemu, tidak!”“Kau tadi bilang begitu. Tapi bayangan di dalam benakmu, aku bisa membaca kalau ternyata kau memang memberikan sesuatu pada minuman yang kau bilang sebetulnya penyubur kandungan, tapi itu justru membuat kandungan tanteku bermasalah! Kau pikir semua refleksi di dalam otakmu itu tidak bisa kubaca, hmm?"Masalahnya memang Rika tidak mungkin bisa berbohong pada Alan! Alat yang dia buat ini sudah disesuaikan dan sudah menggunakan beberapa kali uji coba dari awal pembentukannya tujuh tahun lalu. Makanya Alan sudah menyerangnya dengan jarum tajam yang sangat panjang dengan ukuran hanya 0,1 mili lebarnya menembus tepat ke livernya Rika."Akan ada pendarahan
"Ikan-ikan itu tidak menggigitmu! Ikan-ikan itu cuma membersihkan lintah. Mereka menggigit lintah-lintah di tubuhmu!""Tidak! Mereka menggigitku dan semakin banyak mereka di sekelilingku! Cepat keluarkan aku dari air ini, cepatlah!"Rika sudah panik. Dia bahkan melupakan niat Alan menculiknya tadi untuk apa. Yang pasti, dia tak mau kulitnya yang bagus sampai terkoyak karena ulah ikan-ikan itu."Sebentar! Aku akan cari tahu dulu sebenarnya kita ada di mana sampai ikan-ikan itu mengganggumu.""Hei, aku sudah sekarat di sini. Cepatlah, mereka bisa membunuhku! Keluarkan aku dari sini!"Senyum Alan ketika mendengar suara meninggi Rika padanya."Hey, kau meninggikan suaramu! Memang kau pikir aku pesuruhmu, hmm?"Sudah terdesak, Rika masih dihadapkan dengan sikap Alan yang tak terima dan malah bersedakep memperhatikannya, bukan menolongnya keluar."Cepatlah! Aku tak kuat lagi, cepaaaat, mereka bisa membunuhku, tolong aku!""Hahaha!"Alan malah terkekeh. Matanya menatap lagi ke arah sungai ya