"Tasya, hati-hati." Richard panik.
"Tasya jangan kau kocok, berhenti, ini bukan rodeo!"
Richard khawatir sekali. Baginya sesuatu yang sedang tumbuh di dalam rahim Tasya adalah hidupnya. Dia sangat takut sekali kalau istrinya kenapa-napa.
Tapi apa Tasya berpikir yang sama seperti dirinya?
"Aaah, ini enak Richard. Kau tenang saja. Aku tidak akan apa-apa. Em... Richard, bagaimana kau bisa memiliki tubuh sebagus ini? Sssh, aku suka pahatan di perutmu!"
"Tasya, hentikan. Biar aku di atas dan akan kulakukan perlahan."
&nb
"Hahaha, easy Tasya.Easy.”Istrinya membuat Richard tak tahan untuk tak terkekeh macam tadi."Easy what? Kau sudah membakarmu pagi-pagi begini. Bagaimana aku bisa santai seperti yang kau katakan tadi?"Jelas saja Tasya tak bisa seperti itu."Rileks Tasya."Richard kembali berbisik dengan tangannya masih memegang belakang tengkuk Tasya dan bibirnya yang ada didekat telinganya menjulur menguasai leher wanita itu."Eeeeehmmm--"
"Tidak! Kau harus tampil seperti ini sesuai dengan yang kuinginkan dengan menggunakan pakaian ini.Coat terbaik, perhiasan terbaik dan semua yang terbaik. "Richard mendongak menatap Tasya yang kini memang ada di gendongannya dan tetap teguh dengan keputusannya meski melihat wajah Tasya yang menolak tegas Richard tak goyah."Kau adalah wanita terbaikku. Jadi aku akan menunjukkan apa yang terbaik yang bisa kuberikan pada wanitaku. Dan kau harus berdandan seperti ini Nyonya Peterson."Lemas sudah hati Tasya. Tak mungkin dia bisa membuat Richard mengubah keinginannya kecuali benda itu semua hilang dari tubuhnya tanpa disengaja. Seperti dicuri orang.
"Tidak akan ada intrik yang menyerang Tasya. Apakau tidak bosan terus memikirkan masalah intrik?"Tak tahan. Richard benar-benar tak bisa menahan tawanya kala itu.Ini bukan sekalinya Tasya bicara masalah intrik. Dia tak mengerti bagaimana jalan pikiran wanita yang ada di hadapannya tapi setiap kali Richard mendengar Tasya mulai ketakutan dan serius menanggapi pikirannya dia memang selalu tak bisa untuk tidak menahan semua rasa geli itu."Ya kan bisa saja Richard. Kakekmu pernah melakukannya dengan ibumu. Bukankah itu berarti dia bisa saja melakukannya denganku dan dengan ibumu sekali lagi?""Tenanglah Tasya."
"Heissssh, Tommy awas aja kalau kau sampai membuat semua urusanku jadi berantakan."Sesaat sebelumnya setelah selesai menelpon Tommy, Brigita dalam mood yang tidak terlalu baik, dia kembali memaki. Hatinya terasa kesal dan sangat panas sekali.Pikirannya sedikit bertumpuk-tumpuk. Dia khawatir tentang sesuatu yang membuat dirinya tak tenang.Aku sudah melepaskan Reiko yang tak berguna itu, dan sekarang semua kehidupanku di sini masih ada dalam tanggungan Sean tapi aku yakin sekali aku tidak bisa bertahan dengannya terlalu lama. Gerald Peterson adalah targetku yang selanjutnya.Brigita masih sangat berambisi sekali
Alina: Oke kau bisa datang ke sini. Oh ya Brigita, aku ingin bertanya sesuatu padamu. Dulu kau pernah meneleponku beberapa tahun yang silam. Kau pernah menanyakan padaku tentang keinginanmu untuk membuat brankas di satu apartemen. Kau bilang padaku kau ingin menggunakan desainer yang membuat ruang rahasia di kamarku.Brigita: Ah itu bukan apartemenku. Itu dulu ada apartemen kekasihku dan dia ingin membuat brankas. Aku tidak tahu. Karena brankas itu tidak dibicarakan denganku tapi keluarganya sendiri yang membahas itu kenapa memangnya?Reiko waktu kembali ke Indonesia dia diberikan satu apartemen kosong dan di sana boleh diisi apapun olehnya.Dan saat itulah dia mulai merancang dengan Brigita. Tapi di sana Adiwijaya
"Heish, wanita itu."Brigita setelah menutup teleponnya dia bersungut sendiri dan sekarang dia melempar handphonenya sembarang sambil berjalan menuju ke lemari pakaiannya."Hari ini rencanaku berantakan. Harusnyahari ini adalah hari dimana aku bertemu dengan Gerald Peterson. Tapi dia tidak tahu ke mana dan Tommy mengatakan akan bertemu dengannya seminggu lagi. Jadi sekarang sebaiknya aku pergi ke Spanyol saja. Lagi pula aku penasaran dengan Alan. Aku tidak lagi mendapatkan kabar darinya saat dia sudah lulus sekolah."Brigita memang memiliki obsesi sendiri dengan seseorang yang sudah merenggut keperawanannyaitu.Alan adalah s
"Mungkin! Mungkin mereka teman kerja? Aku tidak terlalu ambil peduli. Kau ingin aku mencari tahu soal ini?"Richard tentu saja tahu lebih dari yang dia katakan pada wanita yang ada di sisinya itu.Tapi istrinya sedang hamil dan dia tidak mau istrinya banyak pikiran apalagi melihat wajah Tasya sudah terlihat cemas."Siapa Gerald Peterson? Apa dia adalah salah seorang dari keluargamu?"Tasya memiliki ingatan yang cukup kuat sehingga dia juga masih ingat yang dikatakan oleh Brigita tentang seseorang bernama keluarga Peterson sama seperti Richard Peterson."Apa kau akan membahas masalah ini sekarang, Tasya? Ayolah, kenapa kita tidak masuk dulu saja dan kita bicara sambil jalan?""Richard apa orang yang bernama Gerald itu adalah orang yang c
Eish! Ada-ada saja. Aku sedang buru-buru malah aku harus bertemu dengan bule bodoh yang mau saja dibudaki oleh wanita Asia dan menghidupi si miskin yang bermimpi menjadi Cinderella. Tak tahu saja dia kalau di kampungnya sana wanita itu pasti berpura-pura seperti sok si paling kaya dan berusaha untuk memoroti duitnya hanya untuk menyenangkan keluarganya di kampung.Brigita sambil berjalan sambil mendengus kesal. Dia memang benci sekali dengan kondisi ini. Dia sedang buru-buru tapi dia harus menghabiskan waktunya beberapa menit untuk hal yang sepele yang tak ada guna macam tadi.Aku tak akan lupakan wajah mereka. Terutama wanita kampung sok kecantikan gak tahu malu, pakai heart of ocean palsu saja senang. Cih. Brigita mengomel lagi karena kalung itu memang terlihat di leher Tasya tadi.Aku mah malu kalau pakai kaya gitu palsu