"Selamat pagi Tuan Richard."
Baru juga Richard membuka pintunya tentu saja sudah ada salam dari seseorang yang tersenyum padanya dan memang sudah menunggunya di luar pintu ruang kerjanya dari tadi.
"Pagi Dimitri. Apa istriku sudah bangun?"
"Sudah bangun dan dua kali sudah muntah-muntah di kamar mandi, Tuan."
Berhentilah langkah kaki Richard saat itu juga dan matanya melirik pada Dimitri dengan tatapan tak suka.
"Morning sickness, Tuan. Kami sudah meminta pelayan wanita untuk mengecek kondisinya dan ini hasilnya, Tuan."
"Tasya, hati-hati." Richard panik."Tasya jangan kau kocok, berhenti, ini bukan rodeo!"Richard khawatir sekali. Baginya sesuatu yang sedang tumbuh di dalam rahim Tasya adalah hidupnya. Dia sangat takut sekali kalau istrinya kenapa-napa.Tapi apa Tasya berpikir yang sama seperti dirinya?"Aaah, ini enak Richard. Kau tenang saja. Aku tidak akan apa-apa. Em... Richard, bagaimana kau bisa memiliki tubuh sebagus ini? Sssh, aku suka pahatan di perutmu!""Tasya, hentikan.Biar aku di atas dan akan kulakukan perlahan."&nb
"Hahaha, easy Tasya.Easy.”Istrinya membuat Richard tak tahan untuk tak terkekeh macam tadi."Easy what? Kau sudah membakarmu pagi-pagi begini. Bagaimana aku bisa santai seperti yang kau katakan tadi?"Jelas saja Tasya tak bisa seperti itu."Rileks Tasya."Richard kembali berbisik dengan tangannya masih memegang belakang tengkuk Tasya dan bibirnya yang ada didekat telinganya menjulur menguasai leher wanita itu."Eeeeehmmm--"
"Tidak! Kau harus tampil seperti ini sesuai dengan yang kuinginkan dengan menggunakan pakaian ini.Coat terbaik, perhiasan terbaik dan semua yang terbaik. "Richard mendongak menatap Tasya yang kini memang ada di gendongannya dan tetap teguh dengan keputusannya meski melihat wajah Tasya yang menolak tegas Richard tak goyah."Kau adalah wanita terbaikku. Jadi aku akan menunjukkan apa yang terbaik yang bisa kuberikan pada wanitaku. Dan kau harus berdandan seperti ini Nyonya Peterson."Lemas sudah hati Tasya. Tak mungkin dia bisa membuat Richard mengubah keinginannya kecuali benda itu semua hilang dari tubuhnya tanpa disengaja. Seperti dicuri orang.
"Tidak akan ada intrik yang menyerang Tasya. Apakau tidak bosan terus memikirkan masalah intrik?"Tak tahan. Richard benar-benar tak bisa menahan tawanya kala itu.Ini bukan sekalinya Tasya bicara masalah intrik. Dia tak mengerti bagaimana jalan pikiran wanita yang ada di hadapannya tapi setiap kali Richard mendengar Tasya mulai ketakutan dan serius menanggapi pikirannya dia memang selalu tak bisa untuk tidak menahan semua rasa geli itu."Ya kan bisa saja Richard. Kakekmu pernah melakukannya dengan ibumu. Bukankah itu berarti dia bisa saja melakukannya denganku dan dengan ibumu sekali lagi?""Tenanglah Tasya."
"Heissssh, Tommy awas aja kalau kau sampai membuat semua urusanku jadi berantakan."Sesaat sebelumnya setelah selesai menelpon Tommy, Brigita dalam mood yang tidak terlalu baik, dia kembali memaki. Hatinya terasa kesal dan sangat panas sekali.Pikirannya sedikit bertumpuk-tumpuk. Dia khawatir tentang sesuatu yang membuat dirinya tak tenang.Aku sudah melepaskan Reiko yang tak berguna itu, dan sekarang semua kehidupanku di sini masih ada dalam tanggungan Sean tapi aku yakin sekali aku tidak bisa bertahan dengannya terlalu lama. Gerald Peterson adalah targetku yang selanjutnya.Brigita masih sangat berambisi sekali
Alina: Oke kau bisa datang ke sini. Oh ya Brigita, aku ingin bertanya sesuatu padamu. Dulu kau pernah meneleponku beberapa tahun yang silam. Kau pernah menanyakan padaku tentang keinginanmu untuk membuat brankas di satu apartemen. Kau bilang padaku kau ingin menggunakan desainer yang membuat ruang rahasia di kamarku.Brigita: Ah itu bukan apartemenku. Itu dulu ada apartemen kekasihku dan dia ingin membuat brankas. Aku tidak tahu. Karena brankas itu tidak dibicarakan denganku tapi keluarganya sendiri yang membahas itu kenapa memangnya?Reiko waktu kembali ke Indonesia dia diberikan satu apartemen kosong dan di sana boleh diisi apapun olehnya.Dan saat itulah dia mulai merancang dengan Brigita. Tapi di sana Adiwijaya
"Heish, wanita itu."Brigita setelah menutup teleponnya dia bersungut sendiri dan sekarang dia melempar handphonenya sembarang sambil berjalan menuju ke lemari pakaiannya."Hari ini rencanaku berantakan. Harusnyahari ini adalah hari dimana aku bertemu dengan Gerald Peterson. Tapi dia tidak tahu ke mana dan Tommy mengatakan akan bertemu dengannya seminggu lagi. Jadi sekarang sebaiknya aku pergi ke Spanyol saja. Lagi pula aku penasaran dengan Alan. Aku tidak lagi mendapatkan kabar darinya saat dia sudah lulus sekolah."Brigita memang memiliki obsesi sendiri dengan seseorang yang sudah merenggut keperawanannyaitu.Alan adalah s
"Mungkin! Mungkin mereka teman kerja? Aku tidak terlalu ambil peduli. Kau ingin aku mencari tahu soal ini?"Richard tentu saja tahu lebih dari yang dia katakan pada wanita yang ada di sisinya itu.Tapi istrinya sedang hamil dan dia tidak mau istrinya banyak pikiran apalagi melihat wajah Tasya sudah terlihat cemas."Siapa Gerald Peterson? Apa dia adalah salah seorang dari keluargamu?"Tasya memiliki ingatan yang cukup kuat sehingga dia juga masih ingat yang dikatakan oleh Brigita tentang seseorang bernama keluarga Peterson sama seperti Richard Peterson."Apa kau akan membahas masalah ini sekarang, Tasya? Ayolah, kenapa kita tidak masuk dulu saja dan kita bicara sambil jalan?""Richard apa orang yang bernama Gerald itu adalah orang yang c
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku