"Hah?"
Reiko makin tak bisa menahan, wajahnya pun memerah. Tapi Aida belum nyambung.
"Bapak sakit tah? Lah iya Pak, kenapa panas banget badannya?" Dia menempelkan punggung tangannya di kening Reiko yang keluar keringat.
"Gara-gara film tadi itu! Gara-gara Kamu, pokoknya Kamu yang bikin masalah ini!"
protes dari Reiko lagi sambil mengapit bibirnya.
Lah, kenapa jadi salah Aku? Dia yang makannya nggak bener, Dia yang sakit gara-gara di sana sendiri, sekarang Dia nyalahin Aku? bingung Aida.
"Ah Sial! Bee gak ada di
"Heeeh, apa?"Reiko ingin menggerakkan tangan Aida memindahkannya dari bagian atas, tapi Aida mengencangkan tangannya sambil memekik."Satu tanganmu ke bawah!""Gak mau!"Ngeri Aida di suruh pegang yang sudah memanjang, sehingga saat matanya bertautan dengan Reiko, Dia menggelengkan kepalanya."Ssssh, sulit sekali, Kamu gak ngerti bukan, yang itu mesti di….''"Gak saya gak ngerti pak! Gak mau pegang!"
"Aakh, diam! Aku bener-bener udah nggak tahan!" Reiko memaksa."Paaak, minggir!"Reiko tak mau menurut. Seberapa kuat pun Aida memekik dan berteriak, berusaha mendorong, tetap Reiko tak mengindahkan."Lepasin Pak! Bapak berat, jangan tindih saya!"Reiko tak mau dengar karena memang Reiko saat ini cuma peduli pada keinginannya tadi itu saja. Pikirannya tak bisa konsen.Aduh aku harus gimana ini? Aida panik, ketakutan, kebingungan, semua rasanya tak jelas.Dan lagi i
HMM. JADI JANGAN BERPIKIR AKU MENYUKAIMU! MAAF YA, AKU PRIA NORMAL. WANITA TANPA DUA YANG MENONJOL, SANGAT MENJIJIKKAN! ITU KAYAK AKU TIDUR SAMA LAKI-LAKI.Ya, Kamu sudah tahu dari awal kan, kalau memang Dia tidak akan pernah punya rasa padamu, Aida! Lalu kenapa sekarang Kamu jadi begini? Bukankah Kamu sudah meneguhkan hatimu untuk tidak jatuh cinta padanya?Aida tahu dirinya tidak boleh begini. Dia harus kuat menghadapi Reiko, bahkan kalau perlu, Dia sekarang berdiri dan kembali ke kamarnya, meninggalkan Pria itu.Bukankah itu memang yang harus Dia lakukan."Aku bener-bener minta maaf sama Kamu ya, Ai. Aku bener-bener
Aida, apa Kamu hidup untuk selalu terlihat memalukan di hadapannya sih? Aida speechless.Memalukan sekali! Lihat bagaimana Dia menatapmu, Aida! Puas Dia tersenyum begitu? Ish, Aku kesal, kenapa semanis itu senyumnya? lemah sudah Aida.Saat tadi kesadarannya kembali, Aida juga menyadari kalau dirinya sedang memeluk sesuatu yang empuk dan hangat. Sebetulnya detak jantung seseorang yang didengarnya juga sudah membuat Aida tak mau membuka matanya.Tapi tidak mungkin kan Dia berpura-pura tidur terus-menerus?Karena itulah, Aida berhati-hati sekali membuka matanya dan berharap sekali orang yang ada di sisinya masih tetap terlelap saat dirinya turun dari sofa bed.Sayangnya, Aida lupa kalau mereka memiliki jam biologis yang sama. Sehingga dirinya kini terpaksa diam dulu untuk menyusun kata-kata."Tak perlu menatapku seperti itu. Aku hanya bercanda tadi padamu, Ai. Tapi bener kan, empuk dan hangat kalau gulingnya guling hidup?"CUP"Senang bukan Pak, pagi-pagi sudah menggoda Saya? Dan Bapak n
"Istri pura-pura, Pak! Eling!""Mahar yang Aku berikan padamu tidak pura-pura, akad itu juga tidak pura-pura! Nafkah yang kuberikan gak pura-pura."Senyum yang membuat Aida memutar bola matanya dan Dia tidak setuju sebetulnya."Bapak nih ya! Bapak yang sudah buat perjanjian dengan saya….""Kamu bersih-bersihnya di sini aja gak usah ke bawah."Tapi sepertinya, Reiko tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan Aida, Dia sudah bicara lagi dan membahas sesuatu yang tak ada hubungannya dengan itu."Lah, Saya punya kamar sendiri kok!" tapi ini juga penting untuk dikomentari oleh Aida yang ingin menolak sarannya."Udahlah nurut aja!" Reiko kembali protes."Kamar mandi di tempatmu itu terlalu kecil," ucapnya lagi sambil mendudukkan Aida di kloset."Eh, Pak, jangan!" Aida menahan tangan kekar itu yang mau menurunkan pakaian bawahnya."Diam! Jangan-jangan kamu bohong padaku!""Saya gak bohong, tapi Bapak gak boleh li….""Apa seorang Istri berhak melarang suaminya, untuk melihat properti yang ada
"Lah, laaah, dari tadi Aku ngoceh nggak digubris, Dia malah bahas rekontruksi. Aku gak mau, Pak!""Ssssh, Kamu tuh propertiku. Jadi sesuai dengan pekerjaanku sebagai seorang desain interior, kalau Aku punya properti tidak menarik, maka Aku akan membuat properti itu menarik supaya ada harga jualnya."Sebuah jawaban yang membuat Aida mencebik dan saat itu juga Dia bicara."Bapak mau jual Saya ke mana?""Terserah Akulah!""Oh, Bapak mau merekonstruksi supaya nanti kalau Saya sudah punya suami baru…."Pletak!"Aw!" Lagi-lagi kepala Aida kena pletak. Meski tak sakit, tetap membuat dirinya mengerucutkan bibirnya."Kalau tidak mau dapat hukuman lagi, jangan bicara macam-macam!" sinis Reiko."Ya Bapak yang mulai duluan. Malah ngomongin sesuatu yang gak ada gunanya kayak tadi."Benar sekali! Dari tadi Aida ngomel-ngomel karena Reiko tetap memaksakan diri membuka bajunya. Pria itu tak acuh dengan celetukannya malah tiba-tiba bahas rekontruksi yang membuat Aida kesal."Apanya yang gak ada guna?"
"Lah, bukannya Bapak mendesain tempat ini bersama dengan Ratu Lebah?""Khusus ruang kerjaku, Aku tidak membagi ide. Ini autentik, karena Aku ingin berekspresi sendiri dengan ruang kerjaku, sama juga dengan Brigita yang ingin berekspresi sendiri dengan ruang kerjanya di kantor dan rumahnya.""Jadi ruang kerja ini, semuanya Bapak yang membuatnya?""Hmmm!"Semua ruangan di apartemen itu dibuat bersama Brigita tapi tempat ini satu-satunya yang memang eksklusif untuk Reiko.Pantas, tempat ini sepertinya lebih maskulin. Ternyata Dia sendiri yang membuatnya? Termasuk kamar mandinya memang beda. Detailnya, semuanya simple tapi wah. Kaya film mafia aja, banyak ruang tersembunyinya. Aida berbisik sendiri dan entah kenapa hatinya merasa sesuatu yang sejuk.Kenapa perasaanku jadi begini? Padahal ini cuma wardrobe.Aida tak tahu, tapi Dia memang menyukai ruangan itu. Di dalamnya berkonsep sama minimalisnya dengan kamar mandi tadi yang di dominasi warna putih. Dan Aida yang memang merasa nyaman jug
"Pak buk…." Aida masih mengetok."Hei apa yang Kamu la….?" berbarengan dengan pintu terbuka."Heuuuu... heuuuuu..." Reiko diam melihat tangisan Aida pecah."Kenapa lama banget sih, Pak? Bapak ngerjain Saya bukan? Sengaja mau bunuh Saya?"Aida yang menangis sudah tak sabaran, dan tentu saja menarik perhatian Reiko.Dirinya sudah ketakutan setengah mati. Makanya Aida sudah menunjukkan emosi yang tak bisa dibendung."Ya ampun, tadi kan Aku sudah bilang, kalau Aku mulas, jadi Aku gak langsung ke kamarmu. Aku hampir setengah jam tadi di toilet. Baru Aku turun ke kamarmu.""Heuuuheuuuuu!" Aida tak peduli karena Dia masih ketakutan dan masih belum mau untuk berhenti menangis."Fuuuh, sini!""Lepasin Pak."Aida berusaha melepaskan tangan Reiko yang ingin memeluknya. Aida masih sesegukan saat ini."Jangan ngambek, sini!" Dan tak peduli dengan omelan Aida, Reiko memaksa."Maaf kalau Aku membuatmu cemas.""Bapak itu pelupa! Bapak selalu saja ingkar janji. Kalau Bapak bilang Bapak mau datang, Bap