Selama akhir pekan itu, Kristal menggunakan waktunya sebisa mungkin agar tidak bersinggungan langsung dengan Kai.
“Apa iya aku melakukan hal segila itu?” gumam Kristal setiap kali ia teringat kata-kata Kai. “Nggak mungkin kan aku menciumnya? ARGH!!!”
Kai sendiri memutuskan untuk tidak menginvasi privasi Kristal kali ini. Ia hanya sesekali mengetuk pintu Kristal, mengingatkan perempuan itu untuk makan. Yang ditanggap dengan gumaman oleh Kristal.
Sore harinya saat Kristal sudah bosan di kamarnya, Kristal memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Ia mendengar mobil Kai keluar dari rumah, jadi sepertinya aman untuk keluar tanpa merasa malu setiap kali berpapasan dengan lelaki itu.
Karena sudah bosan menatap layar ponsel dan televisi, Kristal memutuskan untuk keluar dari rumah dan men
Hafi menatap sahabatnya yang sejak mereka bertemu satu jam yang lalu, tidak berhenti bercerita mengenai dua nama.Kai dan Lulu.“Ta.”Panggilan Hafi membuat Kristal yang sedang sibuk menyedot bubble dari Chatime yang baru ia beli menoleh dan tanpa sadar sedotannya terlepas dari bibirnya. Membuat air liurnya sedikit menetes dari sudut bibirnya.“Astaga….” Hafi mendesah pelan sambil meringis jijik. Walaupun begitu, tanpa ragu ia mengusap sudut bibir Kristal dengan ibu jarinya. “Jorok banget, deh, jadi perempuan.”“Kamu ngajak ngomong pas aku lagi asyik minum,” keluh Kristal.“Kamu sama Kai baik-baik aja, nih, berarti?” tanya Hafi setelah mereka sampai di Kimukatsu
[Kai dan Cessa, beberapa bulan sebelum Kai menikah dengan Kristal….]Kai masuk ke dalam apartemen yang masih gelap tersebut dengan adrenalin yang semakin meningkat dan senyuman lebar di wajah tampannya. Tidak banyak orang yang bisa melihatnya tersenyum selebar itu, dan perempuan yang tinggal di apartemen di kawasan Kuningan tersebut adalah salah satu yang beruntung.Lelaki itu menatap kotak-kotak berisi beberapa barang yang akan dibawa Cessa ke Amerika Serikat. Kepergiannya memang sebentar lagi. Hanya dalam waktu kurang dari satu bulan lagi,Walaupun sebentar lagi kekasihnya akan pergi jauh dan entah sampai kapan—karena kontrak dengan STORM US sementara ini berlaku selama tiga tahun, Kai tidak berusaha menghalangi kepergian Cessa.Justru selama ini ialah yang mendorong Cessa untu
“Kamu nggak mau masuk dulu?”“Dan berakhir dipelototin Kai?” Hafi tertawa sambil mengibaskan tangannya di udara. “No, thanks. Aku nggak tahu jalan pikiran Kai yang kayaknya ribet kayak sirkuit listrik itu“Tapi aku tahu kalau dia belum terlalu nyaman aku beredar di sekitar kamu. Jadi lain kali aja, kalau aku mau ngospek dia lagi.”Kristal mendengus mendengar hal tersebut. Sejak dulu, Hafi memang sudah seperti quality control setiap ia atau Renjana memiliki kekasih. Setiap pacar-pacar mereka dulu selalu saja menuai kritik pedas dari Hafi.Tapi untungnya Hafi cukup tahu diri, ia hanya tertawa setiap kali Renjana dan Kristal mencela pacar bulanannya yang pergantiannya lebih sering daripada ditayangkannya film Home Alone di televisi dalam satu t
Kai menatap Kristal dengan penasaran. Sejak tadi perempuan itu turun dari kamarnya di lantai dua, ia terlihat lesu dan jarang bicara.“Kamu kenapa? Sakit?”Kai mencondongkan tubuhnya dari seberang meja makan untuk mengecek suhu tubuh Kristal, namun dengan cepat Kristal menepis tangannya. Hal itu membuat kerutan di kening Kai semakin bertambah dalam.“Nggak apa-apa,” jawab Kristal pelan.Kai baru akan bicara lagi saat interkom rumah mereka berbunyi. Menandakan satpam di posnya ingin menyampaikan ada tamu. Kristal yang tahu siapa tamunya pagi ini, langsung meraih Balenciaga-nya dari kursi di sebelahnya.“Aku duluan, ya.”
Aksa menatap perempuan di hadapannya ini dengan penasaran. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya ia memutuskan untuk bertanya, “Ta, are you okay?”Apa aku sebegitu mengkhawatirkannya, ya, sampai semua orang mengatakan hal yang sama? batin Kristal sambil mencoba tersenyum sebaik mungkin.“I’m okay.” Kristal tertawa kecil untuk meringankan suasana. “Tadi kita sampai di mana?”Aksa tahu kalau Kristal tidak ingin membahas apa pun yang membuatnya terlihat risau hari ini. Maka dari itu ia tidak bertanya lebih lanjut. Mungkin juga masalah Kristal adalah masalah rumah tangga yang jelas-jelas tidak bisa diceritakan padanya, yang hanya orang luar.Siang ini Aksa sengaja datang ke kantor Kristal untuk membahas mengenai salah satu kasus di mana kasus
“How’s life?”“Great.”Renjana tertawa melihat bagaimana jawaban Kristal justru tidak serasi dengan raut wajahnya yang masam.“He’s not here,” keluh Kristal sambil memeluk bantalnya.Renjana mengecilkan volume televisi kamar hotel yang mereka tempati saat ini. Dua hari yang lalu, Kristal datang ke Bali dalam rangka bekerja.Semalam ia pindah dari Kuta ke Uluwatu dan memesan kamar di Raddison Blu Bali Uluwatu dengan kamar yang memiliki pemandangan laut yang indah.Kepergiannya ke Uluwatu adalah salah satu aksi ngambeknya karena Kai harus pergi ke luar negeri di hari ulang tahunnya.Di hari jadi pernikahan mereka yang pertama.
“Sebentar…. Di mana pengantinnya?”Renjana menatap ke sekeliling ballroom tempat resepsi pernikahan sahabatnya tengah berlangsung. Senyum manis terbit di wajahnya, membuat Aiden yang ada di sebelahnya terpana walau Renjana tak mengetahuinya. Tapi senyum itu sirna saat ia menyadari kalau sahabatnya tak ada di mana pun.“Aku titip Lana dulu ya.” Renjana menoleh pada Aiden yang heran dengan kepanikan istrinya itu. “Aku mau cari Kristal dulu.”“Oke.” Aiden tahu kalau Renjana saat ini mengkhawatirkan Kristal dan ia pun membiarkannya.Untungnya Renjana sudah terbiasa memakai stiletto dan gaun sepanjang ini, jadi ia bisa melangkah dengan bebas tanpa perlu khawatir tersandung gaunnya.Ke mana Kristal? batin Renjana yang mulai khawatir.“Jana!”Panggilan itu membuat Renjana menoleh dan mendapati Hafi menghampirinya dengan raut wajah bingung. “Ngapain kamu mondar-mandir?”Renjana melihat ke sekelilingnya, di mana para tamu berangsur pergi meninggalkan ballroom karena tepat lima menit yang lalu,
“Cessa….”Kristal yang telah berganti baju dan memutuskan untuk kembali melihat keadaan Kai, terpaku di tempatnya saat mendengar gumaman Kai yang menyebut nama perempuan lain.“It’s okay, Ta,” gumamnya pada diri sendiri. “Kamu harusnya tahu kalau hal ini lambat laun akan terjadi.”Walau ia jelas tidak pernah menyangka akan mendengarnya di hari pertama pernikahan mereka. Tapi bukannya gentar atau marah, Kristal justru tetap masuk ke dalam kamar Kai.Ia menaruh segelas air mineral dan obat yang mungkin dibutuhkan Kai saat bangun nanti. Setelahnya, dengan cepat ia menyelimuti tubuh Kai yang mulai mengigil karena AC kamarnya sudah mulai dingin.Saat selesai menarik selimut berwarna biru itu hingga sedada Kai, Kristal memuaskan keinginannya untuk menatap wajah Kai dari dekat dan dengan berhati-hati, ia merapikan rambut Kai yang agak berantakan.“Aku nggak tahu kapan lagi aku bisa menatap kamu sedekat ini dan bahkan bisa menyentuh rambut kamu.” Senyum sedih itu kembali muncul di wajah Krist