[Bulan keempat pernikahan Kristal dan Kai.]
“Kai?”
“Apa?”
“Kita, nih, apa, sih?”
“Manusia,” jawab Kai tanpa mengalihkan tatapannya dari laptop.
Hari ini hari Minggu dan Kai sedang tidak ada janji meeting atau pesta yang harus dihadiri. Kristal menghabiskan waktunya menonton drama Korea yang tengah ramai diperbincangkan karena kegigihan pasangan beda negara yang saling mencintai itu.
Lulu yang selalu anteng di dekat Kristal pun ikut menonton bersamanya. Sesekali mengeong ketika Kristal menangis terharu.
Setelah makan siang, Kai memutuskan bergabung dengan Kristal di ruang tengah walaupun ia sibuk mengerjakan pekerjaannya.
[Kristal. SMA kelas 2.]“Jadi udah move on beneran dari Kai?” goda Renjana pada Kristal yang tengah membungkus kado untuk kekasihnya saat ini, Ferdi.Kristal nyengir lebar. “Kuharap begitu. Capek rasanya berharap sama orang yang sama dari aku kecil sampai sekarang. Akunya galau, dianya bahagia sama perempuan lain.”Renjana menepuk bahu Kristal. “Good, good.”Ferdi adalah rekor pacar terlama Kristal selama Renjana mengenalnya. Mereka sudah pacaran selama satu tahun dan hari ini adalah ulang tahun Ferdi.Karena semalam Kristal terlalu sibuk mengerjakan tugas sekolah, baru siang ini ia sempat membungkus kado untuk Ferdi di kelas.“Kamu sendiri kapan move on
[Kai. Kuliah tahun kedua]Cessa merupakan seseorang yang mengamati orang lain dengan detail dan bisa dalam waktu yang lama. Ia suka mengobservasi seseorang, mengamati bagaimana mereka melakukan hal secara berulang kali atau bahkan reaksi mereka saat mencoba sesuatu yang baru.Jadi ketika akhir-akhir ini rutinitas Kai berubah, perempuan berkulit kuning langsat dan berambut sebahu itu menyadari perubahannya. Namun, ia tidak menyuarakannya karena menurutnya… hal ini belum terlalu mengusiknya.Tapi setidaknya, Kristal menyadarinya.“Kamu habis ini mau ke mana?”Kelas Cessa dan Kai selesai di waktu yang bersamaan. Tapi karena berbeda jurusan walau masih sama-sama di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, keduanya hari ini memiliki kelas yang berbeda.
[Kristal. SMA kelas 2.]Renjana memperhatikan mata sahabatnya yang juga merupakan teman sebangkunya dengan saksama. Lima menit kemudian, ia akhirnya bersuara, “Matamu kenapa?”“Bengkak.”Renjana menatap Kristal dengan khawatir. “Nangisin Ferdi lagi?”“Atau nangisin Kai?” sambar Hafi yang baru datang dan duduk di kursinya, yang ada di depan meja Kristal dan Renjana.“Bukan!” Kristal cemberut. “Salah semua. Coba lebih kreatif lagi.”Hafi yang baru selesai menaruh tasnya di laci meja langsung tertawa. “Hei, gimana kita mau lebih kreatif lagi? Kamu, kan, suka nangisin hal-hal nggak penting.”“Fi&hel
[Kai. Kuliah tahun ketiga.]“Apa mungkin aku membiarkannya terlalu lama?” gumam Cessa sambil mengetukkan pulpen di atas bukunya yang terbuka.Perpustakaan fakultas saat ini tidak terlalu ramai. Karena hari ini masih libur semester, tentu tidak banyak mahasiswa yang ke kampus. Kebanyakan yang Cessa temui di kampus hari ini adalah anggota BEM yang tengah sibuk dengan OSPEK dan mahasiswa yang tengah mengurus administrasi seperti dirinya.Kepergian Cessa ke Melbourne hanya tinggal menghitung hari. Empat belas hari lagi, ia dan teman-temannya yang menempuh pendidikan S1 kelas Internasional akan berangkat ke Melbourne di mana mereka akan melanjutkan sisa dua tahun kuliah mereka.Bahkan kemungkinan besar akan kurang dari dua tahun.Kalau Cessa hitung-
[Kristal. Kuliah tahun ketiga.]Waktu berjalan begitu cepat sampai akhirnya Kristal sudah sibuk berkutat dengan skripsinya. Hanya tinggal selangkah lagi untuk lulus kuliah tiga setengah tahun. Sambil magang di GPP, Kristal dan Aksa berusaha untuk menamatkan kuliah mereka secepat mungkin.“Princess.”“Apa?” tanya Kristal tanpa menoleh. Ia sibuk menyumpit sushi-nya dengan mata yang tertuju pada lembaran revisiannya.Saat ini masih jam makan siang. Keduanya makan di mall yang tidak jauh dari kantor GPP dan Kristal memilih untuk membaca poin revisi skripsi sambil memakan makan siangnya.“Aku mau ambil tawaran beasiswa Master di Belanda.”Kristal menghentikan kunyahannya
[Tahun pertama pernikahan Kai dan Kristal.]Kai masih ingat bagaimana waktu pertama kali Kristal akhirnya setuju untuk pindah ke kamarnya. Ia mengajak Kristal untuk pindah ke kamarnya di bulan keempat pernikahannya dan beruntungnya, di hari itu Kristal langsung setuju.Mereka tidak langsung memindahkan barang-barang Kristal. Perempuan itu mencicilnya dengan membawa skincare dan makeup-nya terlebih dahulu, kemudian disusul dengan baju kerja dan baju rumahnya.“Kamu hari ini nggak niat mau pake lingerie gitu, Ta?” goda Kai yang tidak benar-benar menuntut Kristal harus memakai pakaian seksi itu untuk tidur malam ini.Kristal yang sedang memindahkan pakaiannya ke walk-in-closet Kai, langsung berkacak pinggang sambil menatap Kai yang sedang duduk di
Biasanya tidak ada yang spesial dari rutinitas pagi Kristal. Ia hanya bangun tidur, bersiap ke kantor, sarapan sendiri, kemudian berangkat ke kantor dengan mobil kesayangannya.Akan tetapi, rutinitasnya berbeda setelah hubungannya dengan Kai membaik dan mereka sudah satu kamar.“Ugh….”“Morning, Tata.”“Morning, Kai. Bisa nggak kali ini nggak ninggalin bekas?” tanya Kristal dengan suara mengantuk. “Kamu bukan vampir, kan? Lagian aku nggak mau pake turtleneck di cuaca panas begini.”Kai menjauh dari leher Kristal, namun tetap tidak melepaskan dekapannya dari tubuh mungil istrinya itu. Ia mencium leher Kristal beberapa kali sebelum beralih ke bibir tipis Kristal.
Sabtu itu Kristal sedang asyik bermain bersama Lulu saat ponselnya berdering kencang, mengumandangkan lagu Sorry Not Sorry yang khusus ia pasang sebagai nada dering untuk Hafi.Lulu yang sudah menggemuk dan membuat Kristal semakin gemas dengannya, langsung meloncat dari pangkuan Kristal karena kaget dan Kristal hanya bisa menghela napas.“Ngapain lagi ini playboy satu?” gumam Kristal sambil meraih ponselnya. “Heh, ngapain ganggu weekend orang? Lagi jomblo, ya?”“Selamat pagi juga, Princess,” sindir Hafi. “Eh, ke sini, dong.”“Ke mana?”“Apartemenku. Di kuningan.”“Males.” Kristal meraih remote dan mengganti channel