[Kai dan Cessa, beberapa bulan sebelum Kai menikah dengan Kristal….]
Kai masuk ke dalam apartemen yang masih gelap tersebut dengan adrenalin yang semakin meningkat dan senyuman lebar di wajah tampannya. Tidak banyak orang yang bisa melihatnya tersenyum selebar itu, dan perempuan yang tinggal di apartemen di kawasan Kuningan tersebut adalah salah satu yang beruntung.
Lelaki itu menatap kotak-kotak berisi beberapa barang yang akan dibawa Cessa ke Amerika Serikat. Kepergiannya memang sebentar lagi. Hanya dalam waktu kurang dari satu bulan lagi,
Walaupun sebentar lagi kekasihnya akan pergi jauh dan entah sampai kapan—karena kontrak dengan STORM US sementara ini berlaku selama tiga tahun, Kai tidak berusaha menghalangi kepergian Cessa.
Justru selama ini ialah yang mendorong Cessa untu
“Kamu nggak mau masuk dulu?”“Dan berakhir dipelototin Kai?” Hafi tertawa sambil mengibaskan tangannya di udara. “No, thanks. Aku nggak tahu jalan pikiran Kai yang kayaknya ribet kayak sirkuit listrik itu“Tapi aku tahu kalau dia belum terlalu nyaman aku beredar di sekitar kamu. Jadi lain kali aja, kalau aku mau ngospek dia lagi.”Kristal mendengus mendengar hal tersebut. Sejak dulu, Hafi memang sudah seperti quality control setiap ia atau Renjana memiliki kekasih. Setiap pacar-pacar mereka dulu selalu saja menuai kritik pedas dari Hafi.Tapi untungnya Hafi cukup tahu diri, ia hanya tertawa setiap kali Renjana dan Kristal mencela pacar bulanannya yang pergantiannya lebih sering daripada ditayangkannya film Home Alone di televisi dalam satu t
Kai menatap Kristal dengan penasaran. Sejak tadi perempuan itu turun dari kamarnya di lantai dua, ia terlihat lesu dan jarang bicara.“Kamu kenapa? Sakit?”Kai mencondongkan tubuhnya dari seberang meja makan untuk mengecek suhu tubuh Kristal, namun dengan cepat Kristal menepis tangannya. Hal itu membuat kerutan di kening Kai semakin bertambah dalam.“Nggak apa-apa,” jawab Kristal pelan.Kai baru akan bicara lagi saat interkom rumah mereka berbunyi. Menandakan satpam di posnya ingin menyampaikan ada tamu. Kristal yang tahu siapa tamunya pagi ini, langsung meraih Balenciaga-nya dari kursi di sebelahnya.“Aku duluan, ya.”
Aksa menatap perempuan di hadapannya ini dengan penasaran. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya ia memutuskan untuk bertanya, “Ta, are you okay?”Apa aku sebegitu mengkhawatirkannya, ya, sampai semua orang mengatakan hal yang sama? batin Kristal sambil mencoba tersenyum sebaik mungkin.“I’m okay.” Kristal tertawa kecil untuk meringankan suasana. “Tadi kita sampai di mana?”Aksa tahu kalau Kristal tidak ingin membahas apa pun yang membuatnya terlihat risau hari ini. Maka dari itu ia tidak bertanya lebih lanjut. Mungkin juga masalah Kristal adalah masalah rumah tangga yang jelas-jelas tidak bisa diceritakan padanya, yang hanya orang luar.Siang ini Aksa sengaja datang ke kantor Kristal untuk membahas mengenai salah satu kasus di mana kasus
“How’s life?”“Great.”Renjana tertawa melihat bagaimana jawaban Kristal justru tidak serasi dengan raut wajahnya yang masam.“He’s not here,” keluh Kristal sambil memeluk bantalnya.Renjana mengecilkan volume televisi kamar hotel yang mereka tempati saat ini. Dua hari yang lalu, Kristal datang ke Bali dalam rangka bekerja.Semalam ia pindah dari Kuta ke Uluwatu dan memesan kamar di Raddison Blu Bali Uluwatu dengan kamar yang memiliki pemandangan laut yang indah.Kepergiannya ke Uluwatu adalah salah satu aksi ngambeknya karena Kai harus pergi ke luar negeri di hari ulang tahunnya.Di hari jadi pernikahan mereka yang pertama.
[Bulan keempat pernikahan Kristal dan Kai.]“Kai?”“Apa?”“Kita, nih, apa, sih?”“Manusia,” jawab Kai tanpa mengalihkan tatapannya dari laptop.Hari ini hari Minggu dan Kai sedang tidak ada janji meeting atau pesta yang harus dihadiri. Kristal menghabiskan waktunya menonton drama Korea yang tengah ramai diperbincangkan karena kegigihan pasangan beda negara yang saling mencintai itu.Lulu yang selalu anteng di dekat Kristal pun ikut menonton bersamanya. Sesekali mengeong ketika Kristal menangis terharu.Setelah makan siang, Kai memutuskan bergabung dengan Kristal di ruang tengah walaupun ia sibuk mengerjakan pekerjaannya.
[Kristal. SMA kelas 2.]“Jadi udah move on beneran dari Kai?” goda Renjana pada Kristal yang tengah membungkus kado untuk kekasihnya saat ini, Ferdi.Kristal nyengir lebar. “Kuharap begitu. Capek rasanya berharap sama orang yang sama dari aku kecil sampai sekarang. Akunya galau, dianya bahagia sama perempuan lain.”Renjana menepuk bahu Kristal. “Good, good.”Ferdi adalah rekor pacar terlama Kristal selama Renjana mengenalnya. Mereka sudah pacaran selama satu tahun dan hari ini adalah ulang tahun Ferdi.Karena semalam Kristal terlalu sibuk mengerjakan tugas sekolah, baru siang ini ia sempat membungkus kado untuk Ferdi di kelas.“Kamu sendiri kapan move on
[Kai. Kuliah tahun kedua]Cessa merupakan seseorang yang mengamati orang lain dengan detail dan bisa dalam waktu yang lama. Ia suka mengobservasi seseorang, mengamati bagaimana mereka melakukan hal secara berulang kali atau bahkan reaksi mereka saat mencoba sesuatu yang baru.Jadi ketika akhir-akhir ini rutinitas Kai berubah, perempuan berkulit kuning langsat dan berambut sebahu itu menyadari perubahannya. Namun, ia tidak menyuarakannya karena menurutnya… hal ini belum terlalu mengusiknya.Tapi setidaknya, Kristal menyadarinya.“Kamu habis ini mau ke mana?”Kelas Cessa dan Kai selesai di waktu yang bersamaan. Tapi karena berbeda jurusan walau masih sama-sama di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, keduanya hari ini memiliki kelas yang berbeda.
[Kristal. SMA kelas 2.]Renjana memperhatikan mata sahabatnya yang juga merupakan teman sebangkunya dengan saksama. Lima menit kemudian, ia akhirnya bersuara, “Matamu kenapa?”“Bengkak.”Renjana menatap Kristal dengan khawatir. “Nangisin Ferdi lagi?”“Atau nangisin Kai?” sambar Hafi yang baru datang dan duduk di kursinya, yang ada di depan meja Kristal dan Renjana.“Bukan!” Kristal cemberut. “Salah semua. Coba lebih kreatif lagi.”Hafi yang baru selesai menaruh tasnya di laci meja langsung tertawa. “Hei, gimana kita mau lebih kreatif lagi? Kamu, kan, suka nangisin hal-hal nggak penting.”“Fi&hel