Home / Rumah Tangga / Istri yang Tak Dinafkahi / 19 Asalkan Kita Jangan Cerai

Share

19 Asalkan Kita Jangan Cerai

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2024-12-07 23:58:06
Ardi hanya bisa meneguk saliva dengan kasar, pupus sudah harapannya untuk bisa sarapan gratis bersama Sindy.

“Tega banget kamu, Sin. Aku cuma dikasih teh hangat saja ...” Ardi menggerutu sepanjang jalan pulang menuju rumah.

“Itu juga perasaan aku saat kamu lebih mementingkan keluarga kamu sendiri, Mas.” Sindy menanggapi dengan santai. “Lagian kamu nggak kasih aku nafkah juga kan, jadi apa yang mau kamu harapkan dari aku?”

Ardi mengembuskan napas keras, rasanya tidak punya tenaga lagi untuk banyak protes.

“Apa pun yang bikin kamu bahagia, asalkan kita jangan cerai ya?”

Sindy tidak menjawab pertanyaan Ardi, keputusannya untuk berpisah semakin kuat setelah telinganya mendengar sendiri percakapan antara Ardi dan Ratna.

Kalau dipikir-pikir, tidak ada lagi yang perlu dipertahankan dari pernikahan mereka. Termasuk Sisil, putri mereka yang hampir tidak pernah memiliki kedekatan emosional dengan ayahnya sendiri.

“Sin?”

“Apa sih, Mas?” Sindy risi sekali ketika Ardi meraih tangann
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri yang Tak Dinafkahi    20 Jangan Pernah Menuntut Istri

    Sindy terperanjat ketika Ardi mencelanya dengan teramat jelas. “Memangnya kenapa kalau aku jadi babu orang?” sahut Sindy sembari memendam rasa sakit hati yang teramat dalam. “Yang penting halal, daripada aku jadi istri kamu tapi nggak dinafkahi dengan layak?” “Sindy!” “Kenapa, tersinggung? Aku cuma membalikkan kata-kata kamu saja, tapi lihat? Kamu sudah sebegini marahnya,” tukas Sindy tenang. Tidak berapa lama menunggu, ojek pesanannya datang dan Sindy tidak ingin membuang waktu lagi. Dia segera naik dan meninggalkan Ardi yang sibuk mengumpat seorang diri. Namun, ternyata sudah ada Zayyan yang mengurungkan niatnya pulang dan berdiri di balik tembok karena mendengar pertengkaran mereka. “Kenapa kok wajahmu begitu, Di?” tanya Ratna yang bertandang ke rumah Ardi karena dilanda penasaran. “Sindy mana, nggak mau pulang dia?” Ardi menggeleng. “Nggak mau, Bu. Dia kekeh mau tetap cerai, mungkin karena merasa sudah bisa cari duit sendiri.” “Benar-benar ... terbukti kan omongan i

    Last Updated : 2024-12-08
  • Istri yang Tak Dinafkahi    21 Sudah Bukan Suami Istri Lagi

    Ardi mengangguk penuh percaya diri. “Apalagi statusnya kan aku ini suami kamu, jadi sudah sepantasnya kalau kamu harus mendahulukan aku daripada orang tua kamu. Intinya sih aku harus diutamakan, Sin.” Mendengar ocehan Ardi, Sinta hanya bisa mengurut dada. “Kamu kok terkesan pilih kasih ya, Mas?” “Pilih kasih gimana?” Sindy mengembuskan napas keras. “Saat kamu yang gajian saja, boro-boro aku sama Sisil yang kamu utamakan, tapi kamu malah lebih dulu menyenangkan hati orang tua dan adik-adik kamu. Sekarang saat aku gajian dan ingin membahagiakan orang tuaku sendiri, kamu malah protes?” Mulut Ardi terbuka, tapi kata-katanya seperti tertelan di tenggorokan. “Bukan begitu maksud aku, Sin ... Tapi kan memang suami harus selalu diutamakan daripada orang tua, kalau nggak salah itu kata ustad di pengajian. Jadi lain kali, seharusnya uang baju kamu diatur dulu sama aku. Kebetulan habis ini ada uang kuliah adik aku yang harus dibayar, jadi utamakan yang itu dulu.” “Kamu bilang apa,

    Last Updated : 2024-12-10
  • Istri yang Tak Dinafkahi    22 Andai Dia Masih Menantu

    “Aku jadi nggak sabar, kayaknya bakal meriah banget!” komentar Nesi yang bantu-bantu urusan dekor. “Semoga saja nanti bisa jadi pembuka rezeki untuk pelanggan lain mengadakan momen berharga mereka di restoran kita,” timpal Sindy yang sibuk menyiapkan bumbu-bumbu untuk masak besar nanti. Berhubung mama Zayyan adalah seorang yang memiliki relasi luas, maka mereka harus menyiapkan banyak meja untuk menampung para anggota arisan yang hadir. Kebetulan mama Zayyan memilih konsep outdoor, sehingga mereka mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat cermat. Di satu sisi, Ardi yang sangat penasaran dengan kabar Sindy setelah bercerai darinya, hari itu iseng lewat di depan restoran tempat makan istrinya itu bekerja mencari nafkah. Bola matanya membulat sempurna ketika melihat jejeran mobil mewah yang terparkir di halaman, bahkan hingga sampai di pinggir jalan. “Restoran itu lumayan laris juga,” gumam Ardi yang memperlambat laju motornya hingga kemudian berhenti tidak jauh dari restoran

    Last Updated : 2024-12-11
  • Istri yang Tak Dinafkahi    23 Mita Naksir yang Punya Resto?

    Zayyan ikut menoleh, tapi langsung membuang muka sesaat setelah menatap Sindy. “Besok aku jemput Sisil ya, biar menginap di rumahku.” Ardi meminta izin, dia sempat terpana dengan wajah Sindy yang jauh kelihatan lebih segar dibandingkan selama ini. “Kalau Sisil mau, nggak masalah.” Sindy menanggapi dengan datar. “Langsung saja kamu ke rumah, minta izin ayah atau ibuku.” “Oke, oke.” Ardi mengangguk, tatapannya tidak kunjung lepas dari mantan istrinya itu. Namun, yang justru terlihat risi adalah Nesi. “Kita kerja dulu ya, Di?” pamit Nesi, hari itu dia dan Sindy memang dapat giliran shift sore, sehingga keduanya memanfaatkan waktu luang untuk merawat diri. “Yang rajin kerjanya ya, Sin!” Ardi cengengesan. “Biar kita bisa punya banyak tabungan saat rujuk nanti.” Sontak saja Sindy dan Nesi terpana mendengar ucapan Ardi barusan. Zayyan yang sebenarnya enggan menguping, mau tak mau jadi mendengar perkataan mantan suami Sindy itu karena suaranya yang cukup keras. “Daripada memikirk

    Last Updated : 2024-12-11
  • Istri yang Tak Dinafkahi    24 Hati Sisil Akhirnya Luluh

    “Kok salah, memangnya kenapa, Kak?” tanya Mita tidak mengerti. “Selera kamu kok tua banget, sih? Seumuran sama aku ...” “Itu artinya kamu merasa sudah tua, Kak?” ledek Mita, membuat Ardi tersenyum kecut. “Cari laki-laki lain saja, lagian dia sudah memperlakukan kamu sama Ibu dengan sangat nggak pantas. Aku yakin kalau Sani juga tidak akan setuju,” papar Ardi sembari mencomot pisang goreng yang masih tersisa. “Cuci tangan dulu kalau mau makan! Kebiasaan ...” Ratna menegur dengan keras. “Lapar, Bu!” Ardi cengengesan. “Ayo, Kak! Kapan kita ke sana?” rengek Mita seperti anak kecil. “Mau ngapain, sih?” “Makan sama lihat-lihat bosnya Mbak Sindy!” Ardi bergidik menyaksikan kegilaan Mita di hadapannya. Meskipun tidak memiliki masalah apa-apa dengan bos mantan istrinya, dia sudah merasakan ketidaksukaan terhadap pria itu sejak pertama kali bertemu. “Dia saja nggak akan ingat sama kamu,” ejek Ardi dengan mulut penuh pisang goreng. “Nggak apa-apa lagi, Kak. Kan aku yang peng

    Last Updated : 2024-12-12
  • Istri yang Tak Dinafkahi    25 Hilangnya Sisil

    Tumben, batin Sindy tanpa berniat mengomentari status yang dibikin oleh mantan suaminya itu. Badannya begitu lelah hari ini, tapi tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap fokus bekerja demi masa depan yang lebih baik. Sindy yakin, perpisahannya dengan Ardi memang jalan paling baik yang harus ditempuhnya mengingat banyaknya masalah dan tidak ada solusi di antara mereka berdua. Sedangkan kemungkinan untuk rujuk, Sindy sama sekali tidak pernah memikirkannya sedikitpun. Sementara itu di waktu yang bersamaan, tapi di tempat yang berbeda, Ardi terus melihat-lihat ponselnya. Dia tahu bahwa Sindy sudah mengintip status yang dibuatnya, dan merasa resah karena mantan istrinya itu tidak mengirimkan tanggapan sama sekali. “Sindy ini benar-benar ya, sombong banget sejak bisa mencari uang sendiri ...” Ardi menggerutu sambil melangkah menuju dapur, mencari-cari kopi untuk menemaninya mengusir sepi. Dengan bingung, dia membuka-buka lemari usang yang terbuat dari kayu, tempat Sindy terbiasa

    Last Updated : 2024-12-12
  • Istri yang Tak Dinafkahi    26 Panggilan Masuk dari Ardi

    “Maksud ibu tuh begini ... biar Sindy bisa ikut cari Sisil, jadi kemungkinan Sisil ketemu bisa lebih besar!” ralat Ratna buru-buru.“Duh, Ibu ... Usul Ibu itu malah bikin situasi tambah runyam! Iya kalau bener Sisil ternyata pulang ke rumah mantan mertua, kalau nggak? Apa nggak habis aku dicaci maki sama Sindy?”Ardi mengacak-acak rambutnya dan sangat kasar.“Ya terus kita harus gimana, Di? Mas harus diam saja begini ...”Ardi menarik napas panjang, bingung juga dia.“Kita nggak punya pilihan lain kecuali telepon mantan istri kamu itu, siapa tahu Sisil memang belum terbiasa tidur jauh sama ibunya terus dia pulang sendiri gara-gara kamu nggak ada di rumah.” Ratna mengutarakan pendapatnya yang kurang masuk akal, mesti bisa saja kemungkinan itu terjadi. Terkadang kita tidak tahu bagaimana kecerdasan anak-anak itu bekerja.“Masa iya aku harus telepon Sindy, Bu?” “Nggak ada cara lain, Di. Ini sudah cukup malam untuk ukuran anak-anak seusia Sisil, gimana kalau ada apa-apa?”Ratna

    Last Updated : 2024-12-13
  • Istri yang Tak Dinafkahi    27 Bicara dengan Zayyan

    Keesokan paginya, seluruh anggota keluarga beraktivitas seperti biasa. Semua sepakat untuk tidak bertanya apa-apa dulu kepada Sisil.“Takutnya ada hal yang bikin dia trauma, kita kan nggak pernah tahu apa yang dialami Sisil sebelum bertemu sama Pak Zayyan.” Ibu menjelaskan kepada Sindy.“Itu juga yang aku pikirkan, Bu. Untung Sisil masih dilindungi, rasanya lemas kalau membayangkan hal yang buruk bisa menimpa anakku kapan saja ...” ratap Sindy, dia selalu lemah jika sudah berkaitan dengan Sisil.“Ibu mengerti perasaan kamu, pokoknya kamu harus tunjukkan wajah ceria.”Sindy mengangguk, dia memang harus mencari tahu kejadian yang sebenarnya dari Zayyan.“Ibu!” Sisil menyapa Sindy dengan ekspresi biasanya, seakan tidak ada yang aneh.“Peluk dulu, ibu kangen sama Sisil!” Sindy melebarkan kedua tangannya, sehingga Sisil langsung menghambur ke pelukan.“Ibu nggak kelja?”“Kerja, ini mau sarapan dulu.”“Cali uang yang banyak ya, Bu?” pinta Sisil.“Memangnya Sisil mau beli apa?“

    Last Updated : 2024-12-13

Latest chapter

  • Istri yang Tak Dinafkahi    138

    Namun, dia tidak ingin Zayyan berpikir macam-macam tentangnya.Memang ada yang salah kalau Aftar dekat dengan Mita?“Kamu kenapa gelisah begitu?” tanya Zayyan seolah mengerti dengan gelagat istrinya. “Mungkin Aftar dan adiknya Ardi cuma teman biasa.”“Kamu yakin, Mas?”“Ya namanya juga pergaulan, kita tidak bisa ikut menyeleksi siapa-siapa saja yang berinteraksi sama adik-adikku. Kecuali terbukti ada yang membawa pengaruh buruk bagi mereka, baru di saat itulah aku akan bertindak.” Zayyan menjelaskan.“Semoga ini cuma prasangka buruk aku saja, mau gimana lagi ... Mita itu kan dulunya gencar sekali ngejar-ngejar kamu, aku curiga dia ...”Zayyan menunggu Sindy menyelesaikan ucapannya.“Takutnya Mita dekat-dekat Aftar cuma buat modus,” sambung Sindy dengan wajah muram.“Dia mau ngapain kek, yang penting aku tidak akan menanggapi. Jadi kamu tidak perlu khawatir, oke?”Sindy tidak menjawab.“Kok malah diam?”“Tidak apa-apa ...”“Jangan dipikirkan selama adiknya Ardi tidak mengus

  • Istri yang Tak Dinafkahi    137

    Usai Affan pergi, Roni menoleh ke arah Sindy."Itu nggak apa-apa adiknya Pak Bos disuruh-suruh, Mbak?""Nggak apa-apa lagi, Mas. Mereka kan memang ngisi waktu libur di sini, sama Pak Bos juga digaji kok.""Wah, salut aku.""Kenapa, Mas?""Sejak muda sudah dididik cari uang, nggak semua begitu soalnya.""Iya, mungkin karena perbedaan prinsip atau latar belakang."Mereka berdua tidak lagi mengobrol, melainkan kembali fokus dengan pekerjaan masing-masing."Kak!"Sindy menoleh dan melihat salah satu si kembar muncul di dapur."Sebentar lagi matang, Fan!""Aku Aftar, Kak.""Oh, kamu ada pesanan?"Aftar menggeleng ragu. "Aku tadi pesan minum sama Mbak Nesi, tapi katanya tinggal bikin saja di dapur.""Memang iya, khusus pegawai nggak usah bayar di kasir." Sindy menjelaskan sambil menghias piring saji untuk ikan bakarnya. "Kamu bisa bikin kopi atau teh di sini, Tar."Sebelum Aftar menjawab, tiba-tiba muncul saudara kembarnya."Ngapain kamu, ada pesanan?" Tanya Affan.Sebelum Aftar menjawab, S

  • Istri yang Tak Dinafkahi    136

    Sindy menatap Zayyan. "Namanya juga anak muda, Mas. Mungkin Aftar mau kumpul-kumpul selagi masih liburan di sini ...""Tapi biasanya anak itu lebih suka di rumah sama Affan, setahu aku libur mereka juga tidak terlalu lama. Ini sudah lebih dari dua mingguan kan?"Tidak berselang lama, terdengar deru suara motor yang melaju pergi meninggalkan rumah."Laki-laki mana ada yang anak rumahan, jarang." Sindy berkomentar."Mungkin, ya sudahlah. Kita lanjutkan, sampai mana tadi?""Belum sampai mana-mana ...""Kelamaan kan ini," kata Zayyan tidak sabar."Sabar ..." Sindy sedikit berdebar karena malam itu Zayyan menginginkan pengaman di antara mereka tidak perlu digunakan lagi. Ada rasa was-was jika penyatuan mereka langsung membuahkan hasil, jujur saja sindy belum merasa siap lahir batin.Keesokan harinya, dapur sudah ramai seperti biasa saat Sindy dan Zayyan turun untuk sarapan."Kemarin kamu pulang jam berapa?" Tanya Keke kepada Aftar, sementara satu tangannya terulur meraih tangan Sisil. "Cuc

  • Istri yang Tak Dinafkahi    135

    "Cukup ya, aku sudah tahan-tahan sejak tadi. Tapi kamu semakin berburuk sangka sama sindy," tegas Zayyan habis sabar. Kalau bukan karena ada Sisil di dekatnya, dia pasti sudah membuat perhitungan dengan Ardi sedari tadi."Aku bicara kenyataan, sindy pasti sudah berhasil memengaruhi Sisil supaya nggak mau ikut aku menginap ...""Cukup, silakan pulang. Aku selalu rutin ajak Sisil jalan-jalan ke taman setiap sore, jadi tolong pengertiannya." Wajah Ardi semakin masam ketika Zayyan terang-terangan mengusirnya di depan Sisil dan Mita.**"Kalau Ardi tetap menggugat hak asuh Sisil melalui meja hijau bagaimana, Mas?"Sejak Zayyan memberi tahu tentang niat Ardi tentang perebutan hak asuh, hati Sindy semakin tidak tenang dari hari ke hari."Aku tidak bermaksud meremehkan ayahnya Sisil, tapi memangnya dia mampu?" "Begitulah, Mas ...""Kalau dia mampu secara keuangan, kenapa tidak memikirkan nafkah Sisil saja? Apa karena dia merasa bahwa semua kebutuhan Sisil sudah tercukupi sama kamu?" "Aku j

  • Istri yang Tak Dinafkahi    134

    Sindy membelalakkan matanya mendengar permintaan Ardi.Lebih tepatnya tuntutan."Hak asuh Sisil? Beraninya kamu ...""Apa salahnya? Sisil anak kandung aku."Sindy melirik Zayyan, seolah meminta izin untuk mengamuk detik itu juga."Sebentar, ini tadi rencananya kan cuma mau bertemu Sisil. Kenapa jadi bahas masalah hak asuh anak?" Tanya Zayyan tidak senang."Sekalian saja mumpung kalian ada di sini, aku nggak mau kalau sampai Sisil melupakan aku sebagai ayah kandungnya atau lebih dekat sama orang lain yang bukan siapa-siapa."Sorot mata Ardi menyala-nyala ketika mengucapkan hal itu, seakan selama ini dia telah dipisahkan dengan sangat sadis oleh sindy."Sebaiknya kamu bawa Sisil kayak dulu," pinta Zayyan kepada Sindy."Iya, mas ...""Tunggu, mau dibawa ke mana anakku? Aku belum puas bertemu sama dia," protes Ardi keras."Kita tidak bisa membicarakan hal-hal seperti ini di depan Sisil," kata Zayyan tenang. "Jadi biarkan dia sama sindy di dalam dulu.""Tapi urusanku cuma sama sindy ...""

  • Istri yang Tak Dinafkahi    133

    “Boleh minta, Nek?” Celetuk Sisil, perhatiannya terpecah saat menyaksikan Mita ngemil.“Tentu saja, Sisil ambil yang disuka.”“Terima kasih, nek.”“Sama-sama, Sayang.”Hati Ardi terasa aneh ketika melihat interaksi yang cukup akrab antara Sisil dan nenek barunya, padahal selama ini dia jarang sekali melihat Ratna bisa sedekat itu dengan sang cucu semata wayang.“Ayah, minum!” Kata Sisil ceria.“Iya, Sil ...” Meski canggung karena seolah Keke mengawasi, Ardi meneguk es sirup yang dihidangkan.Tidak berapa lama kemudian, mobil Zayyan menepi di depan halaman rumah. Begitu mesin mobil berhenti, sindy dan Zayyan langsung turun.“Itu Ibu sama papa Yayan!” Tunjuk Sisil, fokusnya kini teralihkan sepenuhnya kepada mereka berdua.Membuat Ardi kesal saja.“Jadi gimana, Sil? Mau ya ikut sama ayah menginap di rumah nenek Ratna?” Tanya Ardi tanpa bosan sementara Mita lebih memilih untuk melanjutkan ngemilnya.“Gak, Yah ...”“Kok nggak mau sih?”Kali ini Keke diam saja karena sindy dan

  • Istri yang Tak Dinafkahi    132

    “aku akan telepon mama dan memintanya untuk tidak meninggalkan Sisil sendirian, kamu tenang ya?” Bujuk Zayyan, dia sangat mengerti dengan kegelisahan yang dirasakan sindy.“Cepat, Mas! Atau kamu bisa pulang duluan, aku benar-benar tidak tenang ini ...”Zayyan menyentuh lengan sindy sebagai isyarat untuk diam sejenak karena sambungan dengan Keke mulai terhubung.“Halo, Zay?”“Ma, ayah kandung Sisil mau datang ke rumah. Aku minta tolong jangan pernah tinggalkan Sisil sama dia, ini sindy sudah ketakutan setengah mati soalnya.”“Memangnya ada apa, Zay? Ayahnya Sisil Cuma datang buat bertemu, kan?”“Ceritanya panjang, ma. Pokoknya aku minta tolong jangan biarkan Sisil sendirian, tolong ya, Ma?”“Oke, kamu tenang saja. Mama akan jaga Sisil,” sahut Keke buru-buru.Usai pembicaraan dengan ibunya berakhir, Zayyan menoleh memandang Sindy.“Mama sudah aku kasih tahu soal Ardi, jadi kamu tenang saja.”Sindy hanya bisa mengangguk, meski dalam hati rasanya ingin cepat pulang ke rumah.“K

  • Istri yang Tak Dinafkahi    131

    Sindy mengangguk, dia percaya jika Zayyan yang bicara.**Hari yang direncanakan tiba, Ardi harus menekan ego-nya sampai ke dasar demi bisa menemui putri semata wayangnya.Ditemani Mita, dia meluncur pergi ke restoran Zayyan sepulang kerja untuk meminta alamat rumah mereka."Resto sudah tutup belum ya jam segini, Mit?""Masih buka biasanya, kita kan cuma minta alamat rumah kakak bos. Malah lebih nyaman kalau kita bisa menemui Sisil tanpa kehadiran mereka kan, Kak?"Ardi mengangguk setuju. "Betul juga kamu, Mit.""Ayo kita berangkat sekarang, keburu pulang mereka nanti!"Ardi segera menyalakan motornya dan melaju kencang bersama menuju ke restoran Zayyan."Nes, panggil bos kamu sekarang." Ardi memerintah ketika dia tiba di resto dan langsung menemui Nesi di meja kasir."Ada urusan apa kalau boleh tahu?" Tanya Nesi formal."Ada deh, ini urusan aku sama bos kamu. Cepat panggil," perintah Ardi lagi, membuat wajah Nesi seketika masam. Meski begitu, dia langsung meraih gagang telepon dan me

  • Istri yang Tak Dinafkahi    130

    Selama beberapa saat mereka berdua terdiam dan sibuk dengan isi pikiran masing-masing."Apa kita harus membutuhkan pengakuan langsung darinya kalau ingin meneruskan kasus itu?" Tanya Zayyan masih penasaran."Memang tidak harus, asalkan ada bukti yang kuat. Masalahnya adalah kita baru menyelidiki sendiri karena ternyata pihak berwajib kurang gesit dalam menangani kasus Anda, dalam kurun waktu tersebut saya yakin sudah banyak bukti yang entah tercecer, entah tersamarkan." Boby menjawab dengan raut wajah serius."Wah, wah, dia benar-benar bermain cantik dan rapi.""Lebih tepatnya karena didukung situasi juga, Pak. Anda yang saat itu kecelakaan cukup parah, kemudian lanjut terapi, sehingga Nyonya Keke hanya fokus terhadap kesembuhan Anda, dan dia datang sebagai malaikat penolong di saat yang benar-benar tepat."Zayyan mengangguk setuju. "Jadi dia memiliki alibi untuk berkelit kalau kita mendesaknya sekarang?""Saya pikir begitu, terpaksa kita harus bersabar dan tetap memantau pergerakan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status