Home / Pernikahan / Istri yang Tak Diinginkan / 15. Lelaki Paling Beruntung

Share

15. Lelaki Paling Beruntung

Author: Rosa Uchiyamana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Archer…,” panggil Feli seraya menghela napas panjang. “Kita akhiri saja pernikahan ini.”

Feli tak mengerti kenapa kalimat itu begitu mudah keluar dari mulutnya. Mungkin ia sudah benar-benar lelah? Meski ada banyak konsekuensi yang harus ia terima ketika mereka berpisah, dan salah satunya Kimberly akan dibesarkan dari keluarga broken home, akan tetapi rasanya Feli tak bisa terus berada dalam situasi yang terasa mencekik lehernya ini.

Setelah kalimat itu terlontar, Feli melihat Archer menaruh gelas kosong ke atas meja dengan kasar. Suara gelas dan permukaan meja yang beradu dengan keras membuat Feli sempat tersentak.

“Kamu bilang apa? Katakan sekali lagi.” Bahkan suara Archer pun mampu mengalahkan dinginnya hembusan AC yang membuat bulu-bulu di tangan Feli berdiri.

Sekali lagi Feli menghela napas panjang sebelum kembali berkata, “Kita bercerai saja, Archer. Tolong lepaskan aku. Aku sudah lelah.”

Kata-kata Feli yang diucapkan dengan nada lelah itu sontak membuat Archer terdiam. Ia berdi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (39)
goodnovel comment avatar
Yanti Anda
kapan berakhir bahagianya
goodnovel comment avatar
Wasilah Muhammad
ahhh bulshit paling bench melihat karakter perempuan lemah krena cinta atau krena anak,,ikut sakit hati bacanya emosiku terkuras thor
goodnovel comment avatar
Gaspar Bruin
itu lagi dan dasar laki" sudah kawin lama sama istrinya kok tidak tahu karakter istrinya shi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri yang Tak Diinginkan   16. Ikannya Gosong

    ‘Andai kamu bukan wanita egois yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginanmu, mungkin aku akan jadi lelaki paling beruntung di dunia karena memiliki istri sepertimu.’Ucapan Archer tadi malam terngiang-ngiang di telinga Feli bagaikan alunan musik yang tak ingin berhenti berputar.‘Apa maksudnya? Wanita yang menghalalkan segala cara? Aku?’ batin Feli sembari mendesah kasar.Sekeras apapun Feli bertanya-tanya dan mencoba memahami, ia tetap tidak mengerti apa maksud ucapan Archer. Ada banyak hal yang tidak Feli mengerti dari sosok pria itu yang kadar kebenciannya semakin hari semakin bertambah besar kepada dirinya.Mungkin benar kata Binar, otak Archer sudah dicuci oleh wanita manipulatif itu.Feli tersenyum kecut.Apapun yang Belvina lakukan terhadap Archer, rasanya Feli tidak mau peduli. Memang benar, Feli sangat merindukan Archer, tapi bukan Archer yang saat ini satu atap dengannya. Melainkan sosok Archer yang ramah, menyenangkan dan selalu memperlakukannya dengan baik s

  • Istri yang Tak Diinginkan   17. Tepat Sasaran

    Feli membawa Auriga menghampiri meja makan. Kimberly dan Aurora terlihat saling mengejar di depan mereka berdua sambil tertawa-tawa.“Oh ya? Berarti telepati aku sampai ke kamu. Makanya kamu jadi masak banyak.” Auriga ikut terkekeh sembari menarik salah satu kursi. “Ayo duduk.”“Hah?” Feli terkejut manakala Auriga mempersilahkannya duduk di kursi yang dia tarik. “Aku?”“Iya. Memangnya aku terlihat lagi ngomong sama hantu?”Feli meringis. Dengan sedikit ragu ia lantas duduk di kursi itu. “Terima kasih, Bang,” ucapnya lirih. Ia merasa terharu, karena suaminya sendiri saja tidak pernah menarikkan kursi untuknya.“Sama-sama. Wanita itu harus diperlakukan istimewa, dimulai dari hal-hal kecil seperti barusan.” Segaris senyum terlukis di bibir Auriga yang seksi. Tak kalah seksinya dengan bibir Archer. Feli sempat tertegun mendapati senyuman lembut dan tatapan hangat dari kakak iparnya itu.“Ada apa ini?” Suara dingin Archer berhasil memecah keheningan yang sempat tercipta di antara Feli dan

  • Istri yang Tak Diinginkan   18. Luka Yang Tak Pernah Kering

    “Lalu gimana dengan orang yang berselingkuh? Bukankah tindakan mereka juga sangat murahan?”“Seperti… mantan istrimu?”Auriga tersenyum kecut. Kemudian menggeleng pelan. “Sepertimu.”Uhukk!!!Feli tersedak hingga terbatuk-batuk sesaat setelah mendengar ucapan kakak iparnya.Archer yang tengah mengetatkan rahang seraya menatap tajam pada Auriga, seketika menoleh pada Feli yang tengah menepuk-nepuk dadanya.“Astaga… kenapa obrolan kalian absurd sekali?” gerutu Feli setelah menghabiskan setengah gelas air mineral. Ia sengaja menggerutu untuk memecah kekakuan yang sempat menyelimuti mereka bertiga selama beberapa saat.Feli tidak tahu kenapa Auriga bertanya tentang sesuatu yang memang benar adanya. Archer berselingkuh. Tapi untuk saat ini bukan waktu yang tepat untuk membahasnya.“Ah… sorry.” Auriga meringis sembari mengusap tengkuk, merasa bersalah. “Aku nggak ada maksud lain kok, Fel. Cuma pengen ngerjain suamimu aja. Serius.”Archer mendengus pelan lalu menggeser pandangannya pada Auri

  • Istri yang Tak Diinginkan   19. Mengobati Luka

    “Engh!” Pria itu melenguh, menahan rasa sakit.Feli lantas mendongak, menatap Archer dengan tatapan rumit.Ia tak tahu bagian tubuh Archer yang mana yang terkena batang pohon itu, lidahnya terasa kelu untuk bertanya. Kepala Feli dipenuhi berbagai pertanyaan saat ini. Ia pun mendadak linglung.“Kenapa jadi wanita itu ceroboh seperti ini, Feli?” desis Archer sembari melepaskan kedua tangannya yang semula merengkuh tubuh wanita bergaun hitam selutut itu.Bibir Feli terkatup rapat. Ia melihat batang pohon sepanjang kisaran satu meter dengan diameter sekitar sepuluh senti, yang tergeletak di tanah. Kemudian menengadah, memperhatikan dahan yang retak di atas pohon. Ternyata batang pohon itu sudah rapuh.Feli tertegun. Andai saja Archer tidak melindunginya, kemungkinan besar dahan pohon itu akan jatuh mengenai kepalanya.“Papi…!”Seruan dua anak itu membuyarkan lamunan Feli. Ia baru sadar jika Kimberly dan Aurora menangis dalam pelukan Archer.“Papi nggak apa-apa?” tanya Kimberly sambil teri

  • Istri yang Tak Diinginkan   20. Terlambat

    Feli menata makanan di atas meja makan dibantu Bik Sumi. Ia tersenyum ketika mendengar derap langkah yang berlari-lari kecil menghampirinya.“Mami, perut aku lapar, katanya minta diisi makanan.”Feli terkekeh. “Jadi, mau makan malam sekarang atau nunggu papi dulu?” tanya Feli sembari menarik kursi untuk Kimberly duduki.Mata hazel Kimberly mengerjap. “Papi belum pulang ya, Mi?”“Belum, Sayang. Mungkin papi masih sibuk sama pekerjaannya.”“Tapi ini ‘kan hari Minggu, Mi. Apa papi selalu kerja di hari libur?”Feli yang akan membuka pintu kulkas seketika menghentikan kegiatannya. Ah, padahal Kimberly masih berusia tiga tahun lebih beberapa bulan. Tapi anak itu sudah mengerti hal-hal yang seharusnya tidak dipikirkan anak seusianya.Feli menoleh ke belakang lalu tersenyum. “Pekerjaan papi banyak, Sayang. Jadi papi harus tetap kerja walaupun hari libur.”“Oo… gitu ya, Mi?”Feli mengangguk. Meski sebenarnya ia tidak tahu ke mana perginya Archer sejak tadi siang—setelah Feli mengoleskan salep

  • Istri yang Tak Diinginkan   21. Jangan Menyentuhku Lagi!

    Tanpa sadar, tangan Archer terulur mendekati wajah Feli. Entah mendapat dorongan dari mana hingga tangannya ingin sekali menghapus sisa air mata itu.“Lagi ngapain di sini?”“Shit!”Archer mengumpat lalu buru-buru menarik tangannya kembali dan memasukkannya ke kantong celana ketika Feli tiba-tiba membuka matanya.“Kamu pura-pura tidur?” desis Archer dengan rahang mengetat.Feli menegakkan punggung lalu mengucek mata. Ia tercenung karena matanya masih terasa basah. Memang sudah menjadi kebiasaannya akan menangis jika sedang merenung sendirian.“Anggap saja begitu. Asumsimu selalu benar.” Wanita berpakaian tidur hitam satin itu merapikan peralatan menggambarnya.“Aku benci wanita yang suka menyindir.”“Aku nggak pernah berharap disukai oleh pria sepertimu,” timpal Feli dengan cepat. Ia menatap Archer sejenak dengan tatapan jengah, pria itu tengah menatapnya dengan tatapan tak terbaca. “Kimmy menyisakan makanan buat kamu.”Archer mengalihkan pandangannya ke tengah-tengah meja makan.“Tap

  • Istri yang Tak Diinginkan   22. Lepaskan Istri Saya!

    Archer bergegas menyusul Feli yang sudah berjalan cukup jauh di depannya.“Shit!” umpat pria itu saat pintu lift yang ditumpangi Feli tertutup. Ia tidak sempat menghalangi pintu agar terbuka lagi.Archer menonjok dinding dengan tangan yang dikepalkan, kemudian mengusap wajahnya kasar. Emosinya selalu campur aduk jika berhadapan dengan istrinya. Ingin marah, kesal, dan emosi lain yang sulit sekali Archer jabarkan dengan kata-kata. Bahkan, Archer sendiri terkadang bingung dengan apa yang tengah ia rasakan.Pintu lift terbuka. Archer bergegas masuk dan menekan tombol menuju lobi.Sesampainya di lobi ia melihat Feli tengah berjalan sedikit sempoyongan sembari memijat pelipisnya.Feli nyaris terjatuh.Refleks Archer berlari hendak mendekat. Akan tetapi langkahnya seketika terhenti begitu melihat Rafi—yang entah dari mana datangnya, tiba-tiba menahan tubuh Feli yang akan jatuh dengan merangkulnya.Jari jemari Archer perlahan mengepal.“Feli, apa yang terjadi? Kamu sakit? Wajah kamu pucat.”

  • Istri yang Tak Diinginkan   23. Archer Yang Sudah Mati

    “Mami…!”Seruan Kimberly membuat Archer terkejut. Ia mengalihkan tatapannya dari layar ponsel yang masih menampilkan pesan dari Belvina, ke arah Feli yang baru saja keluar dari mobil.“Papi turunin aku,” rengek Kimberly.“Oh? Oke.”Anak itu langsung menghambur ke pelukan ibunya begitu turun dari gendongan Archer.Archer memperhatikan mereka berdua. Hatinya mendadak kacau, pikirannya rumit saat melihat bagaimana Kimberly tertawa dan Feli yang berusaha terlihat sehat-sehat saja di depan anak itu.“Papi! Ayo!” seru Kimberly sambil melambaikan tangan.“O-oh, iya.” Archer tersadar dari keterpakuannya. Ia mengunci ponsel lalu memasukkannya ke saku celana, sebelum kemudian menghampiri anak dan istrinya.Dengan telaten Archer mendudukkan Kimberly di kursi khusus anak di kabin belakang dan memakaikan sabuk pengaman. Sedangkan Feli sudah duduk di kursi depan.“Papi, laper,” rengek Kimberly.“Mau makan siang sekarang?”“Hm-hm. Mau.”“Oke. Mau makan di mana?”“Em….” Kimberly mengusap dagu, meniru

Latest chapter

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 12 (TAMAT)

    Setelah hampir empat jam mengasuh putra dan putrinya, Malik akhirnya bisa bernapas lega saat bertemu lagi dengan Kimberly. Raut muka istrinya itu tampak lebih cerah dan ceria. Sepertinya Kimberly sudah tidak badmood lagi gara-gara Malik berfoto dengan Yoana tadi.“Gimana anak-anak? Mereka rewel nggak?” Kimberly mengambil alih anak perempuan berpipi chubby dari pangkuan Malik.“Rewel sih nggak, tapi yah… cukup membuatku berkeringat.” Malik tersenyum dan mengedikkan bahu.Kimberly mengamati suaminya sesaat, lalu tertawa karena penampilan pria itu tampak acak-acakan. Ia mengecup pipi Malik dan berkata, “Terima kasih udah kasih aku waktu buat me time.”Malik mengerjap dan memegangi pipinya sambil bergumam, “Kita harus pulang sekarang, Sayang.”“Kenapa? Kan belum beli susu buat Timur di supermarket.”“Malam ini kita titipin anak-anak di Mami sama Papi aja, ya? Besok kita ambil lagi mereka pagi sebelum aku—Oke oke! Nggak jadi, aku cuma bercanda,” ralat Malik dengan cepat saat Kimberly mencub

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 11. Time Flies

    Empat tahun kemudian.“Eh? Bukannya dia mantan pembalap itu, ‘kan?”“Iya, Jeng, yang kemarin ramai dibahas sama hampir semua orang tua murid itu, Jeng.”“Anaknya beneran sekolah di sini?”“Iya.”“Yang bener? OMG! Kita bakalan ketemu dia terus dong! Ganteng banget ya Tuhan.”“Itu kalau setiap hari dia antar jemput anaknya.”“Eh! Emang setiap hari tauk! Kalian berdua aja yang baru lihat. Pagi dan siang dia selalu antar jemput.”“Duh, suami idaman banget sih…. Beruntung banget yang jadi istri dia. Udah ganteng, kaya, perhatian sama anak, lagi. Ya Tuhan, mau yang begini satu aja, please.”Malik menghela napas berat. Ia tidak bermaksud menguping pembicaraan tiga atau empat wanita—entah yang pastinya berapa orang karena Malik tidak begitu memperhatikan—yang sedang membicarakan dirinya, tapi suara mereka terlalu jelas di telinga Malik, sehingga mau tidak mau ia harus mendengarkan dirinya menjadi bahan gosip ibu-ibu.Sudah satu minggu Timur masuk sekolah ke playgroup. Setiap hari Malik selalu

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 10. Timur Malvin Rozano

    “Sayang! Gimana kondisi kamu? Apanya yang sakit?!” tanya Malik dengan raut muka menegang sambil berlari menghampiri ranjang yang ditempati Kimberly. “Perut aku sakit… pinggang aku juga panas.” Kimberly meringis kesakitan. Namun ada yang berubah dalam sorot matanya, ia seolah-olah merasa lega dan aman setelah melihat kedatangan suaminya. Malik merundukan badan, memeluk Kimberly dan mengecup keningnya berkali-kali. Ia berbisik, “Sabar, ya. Maaf aku terlambat.” “Bau!” Malik terkejut saat Kimberly mendorong dadanya. “Eh? Kenapa? Siapa yang bau?” “Kamu,” jawab Kimberly seraya menggigit bibir bawah, menahan rasa sakit yang kembali menyerang dan rasanya tak tertahankan. “Kamu bau debu.” “Ah, ini….” Malik menggaruk tengkuk dan menghidu tubuhnya sendiri. “Barusan aku naik motor, Sayang. Soalnya di jalan macet banget, nggak mungkin bisa sampai dengan cepat kalau aku tetap pakai mobil,” jelasnya sambil menggenggam tangan sang istri. “Apa perlu aku ganti baju dulu? Tapi aku nggak bawa baju c

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 9. Kontraksi

    7 bulan kemudian.“Kakak, jangan lupakan aku. Aku juga adik kamu, adik yang paling ganteng!”“Diam!” Kimberly menjauhkan wajah Ernest dari hadapannya. “Kamu ngehalangin pemandangan aku tahu nggak?”Ernest cemberut.Kemudian Kimberly tersenyum lebar pada bayi berusia 4 bulan yang baru saja membuka mata, di atas kasur yang ia dan Ernest duduki.“Selamat siang Cheryl! Adiknya Kakak yang paling cantik! Nyenyak banget tidurnya ya?” goda Kimberly dengan nada bicara khas anak-anak.Cheryl tersenyum. Dia berguling sendiri hingga tengkurap.“Ugh! Jangan percaya sama kelembutan kakak kita, Dek, aslinya dia itu cerewet dan galak. Kamu kalau sudah besar nanti pasti jadi bahan omelan dia—auwh!” Ernest tiba-tiba mengaduh saat Kimberly menjewer telinganya.“Diam,” bisik Kimberly dengan kesal. “Jangan meracuni otak bayi dengan omongan kamu yang negatif itu ya!”“Aku ‘kan bicara apa adanya,” gumam Ernest sembari mengusap-usap telinga.Kimberly mendelik pada Ernest, lalu kembali tersenyum lebar pada Ch

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 8. Babymoon II

    “Gimana perasaan kamu?” bisik Malik seraya mengelus pipi Kimberly dengan lembut.Kimberly terdiam. Harusnya ia yang bertanya seperti itu kepada Malik.Detik berikutnya, Kimberly tersenyum lebar, tangannya mengusap-usap perut dan berseru riang, “Anak kita sepertinya senang banget, Babe! Dia bikin perasaan aku jadi makin bahagia setelah lihat kamu ngendarain motor balap barusan!”“Benarkah?” Malik ikut tersenyum lebar.Kimberly mengangguk cepat. Ia langsung melompat ke pelukan Malik, melingkarkan tangan di leher pria yang masih memakai baju balapan yang dulu sering dia pakai. Malik terlihat tampan sekali dengan baju itu, mengingatkan Kimberly akan kebersamaan mereka sebelum menikah.“Terima kasih, ya! Aku jadi rindu nonton kamu balapan.” Kimberly terkekeh, suaranya terdengar teredam karena bibirnya terbenang di pundak Malik. “Kalau kamu? Gimana perasaan kamu sekarang?”“Perasaanku?” ulang Malik.“Hm-hm. Apa barusan bisa mengobati kerinduan kamu sama balapan?”“Iya.” Malik bergumam dan m

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 7. Babymoon

    Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.25 waktu Andorra. Kimberly merebahkan tubuhnya di kasur berseprai abu tua. Matanya menatap plafon putih dengan penerangan lampu warm white.Mereka baru saja tiba di Andorra pukul 18.30 waktu setempat. Perjalanan ini atas inisiatif Kimberly yang mengidam ingin tidur di kamar Malik, di rumahnya yang ada di Andorra. Setelah mendengar keinginan istrinya, Malik langsung memesan tiket pesawat.“Ternyata begini rasanya ada di kamar kamu.” Kimberly terkekeh dan melirik Malik yang baru saja selesai memindahkan semua pakaian mereka dari koper ke dalam lemari.Tadi Kimberly berniat membantu, tapi Malik melarangnya dan malah menyuruhnya untuk istirahat.“Gimana rasanya? Aneh?” Malik melepas kaos putihnya dan menghampiri ranjang.“Nyaman banget!” Kimberly meringis, ia mengangkat kedua tangan ke atas untuk menyambut Malik yang baru saja menaiki ranjang dan memeluknya. Tangan Kimberly mengalung di leher Malik.Ia sempat menahan napas dengan jantung berdebar-deb

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 6. Para Suami Nunggu Istri

    “Tunggu! tunggu! Mami nggak salah dengar, ‘kan? Kamu… hamil?”Kimberly mengangguk cepat berkali-kali sembari tersenyum lebar.Feli tercengang. Ia dan Archer saling tatap satu sama lain dengan tatapan terkejut. Lalu detik berikutnya keduanya sama-sama menghela napas lega dan tertawa.“Ya Tuhan, terima kasih… Mami senang sekali dengarnya, Sayang!” ucap Feli dengan mata berbinar-binar dan memeluk Kimberly. “Pantas saja akhir-akhir ini Mami ngerasa ada yang berbeda sama kamu.”“Oh ya? Mami bisa ngelihat perubahan aku? Kok aku nggak?”“Mami ini ibu kamu, Kim. Selama dua puluh satu tahun tinggal bareng-bareng, masa Mami nggak bisa menyadari sesuatu yang berbeda sama kamu?” Feli terkekeh kecil, tangannya menepuk-nepuk punggung Kimberly. Ekspresi wajahnya terlihat cerah, secerah langit siang ini di luar sana. Walau air matanya tampak menggenang, tapi itu adalah tangis kebahagiaan.“Mami kok nangis?” tanya Kimberly sesaat setelah pelukannya terlepas. Ia cemberut seraya menangkup pipi sang ibu.

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 5. Suami Sigap

    Gimana kalau sekarang Malik sedang mencari kesenangan di luar karena keadaan di rumah tidak membuatnya nyaman?Satu pertanyaan itu tiba-tiba membuat Kimberly menegakkan punggung. Wajahnya menegang. Air matanya seakan tak ingin berhenti mengalir saat membayangkan Malik melampiaskan kekesalannya dengan menghabiskan waktu bersama wanita lain.“Kamu jahat!” Kimberly menangis sambil membenamkan wajah di atas lutut. “Kamu main pergi begitu aja tanpa memikirkan perasaanku!”Setelah cukup lama menangis sendirian hingga ruangan kamarnya berubah gelap karena sudah memasuki malam, Kimberly akhirnya mandi supaya pikirannya lebih jernih.Dua puluh menit kemudian, ia sudah berganti pakaian dan tubuhnya terasa segar, tapi pikirannya tetap saja kacau. Kimberly mencoba menghubungi Malik lagi, tapi berakhir sia-sia.“Non Kimmy, mau makan malam, Non? Makanannya sudah siap di meja,” ujar Bik Nining yang menghampiri kamar Kimberly.Kimberly menggeleng lesu. “Aku nggak lapar, Bik. Nanti saja makannya.”“No

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 4. Malik Pergi

    “Sayang, aku pulang!”Mendengar seruan Malik, secara spontan Kimberly terbangun dan menaruh remote di meja. Lalu ia bergegas menyongsong Malik ke pintu utama dengan langkah-langkah cepat.“Kamu bawa nasi lemaknya?” tanya Kimberly dengan mata berbinar-binar.“Bawa dong. Nih!”Kimberly tersenyum lebar saat Malik menunjukkan bingkisan di tangannya. Ia langsung merebut bingkisan tersebut. “Terima kasih!” serunya, ceria.Tepat saat Malik akan mengecup bibir Kimberly—sesuatu yang selalu Malik lakukan setiap kali pulang ke rumah, Kimberly tiba-tiba melesat pergi, membuat bibir Malik tidak punya tempat untuk berlabuh.“Hey! Kenapa pergi begitu aja?” protes Malik, yang tak ditanggapi Kimberly. Malik hanya menghela napas pasrah, lalu melangkah masuk mengikuti sang istri.Kimberly terlihat sedang menghidu aroma nasi lemak yang masih terbungkus. Malik tersenyum, lalu mengambil piring bersih dan menaruhnya di meja.“Ini pasti kerjaan kamu nih, Mama kamu senang banget cuma dapat nasi lemak doang,”

DMCA.com Protection Status