"Terima kasih, Suri. Terima kasih. Saya bahagia sekali. Sangat bahagia. Ternyata di akhir usia tiga puluhan saya ini, saya bisa merasakan cinta sejati. Menikmati indahnya dada yang berdebar-debar seperti yang kerap saya baca di puisi-puisi." Damar memegangi jantungnya sendiri. Sungguh, ia sama sekali tidak menduga kalau jatuh cinta dan dibalas cinta itu seperti ini rasanya. Suri mungkin tidak akan percaya kalau sesungguhnya sampai di usianya yang ke-37 ini, ia tidak pernah jatuh cinta. Sejak ia baligh dan kedua orang tuanya mengatakan bahwa ia telah dijodohkan dengan Murni, ia sudah menutup hatinya untuk perempuan manapun juga. Dan kini, setelah ia bisa memilih wanitanya sendiri, perasaannya membuncah. Mungkin seperti ini ungkapan yang mengatakan bahwa apabila sedang jatuh cinta maka dunia adalah milik berdua."Saya menerima cinta Bapak. Karena sesungguhnya akhir-akhir ini saya juga mulai seringkali membayangkan Bapak. Perasaan manis ini hadir sejak kita berdua mulai akrab," aku Sur
"Kamu itu terlalu mudah menyerah, Ri. Bodoh sekali kamu menyerahkan singgasanamu utuh-utuh pada si pelakor. Si Pras itu susahnya sama kamu, eh senangnya malah kamu berikan pada perempuan lain! Mbak nggak ngerti dengan cara berpikirmu." Sulastri, kakak perempuan Suri mengomeli adiknya. Ia gemas sekali melihat kebebalan adiknya. Bisa-bisanya adiknya itu mengalah dan menceraikan Pras. Apa nggak jaipongan sambil hore-hore itu si pelakor?Sulastri sama sekali tidak tahu kalau adik bungsunya ini sudah bercerai. Yang ia ketahui, Suri hanya ribut-ribut kecil dengan Pras, karena Pras diduga mempunyai wanita idaman lainnya. Itu saja yang diceritakan oleh ibunya. Makanya ia diam saja. Ia pikir Suri pasti tidak akan semudah itu menghibahkan suaminya untuk perempuan lain. Ternyata dugaannya salah. Adiknya ini sudah bercerai cukup lama. Hampir sembilan bulan kata ibunya semalam. Kabar itu ia ketahui secara tidak sengaja. Ibunya kelepasan bicara. Ibunya mengatakan bahwa lebaran tahun ini Suri akan
"Mbak, seperti pribahasa ; Rambut boleh sama hitamnya, dalam hati siapa yang tahu. Kita tidak bisa menebak isi hati orang lain. Begitu juga dengan isi hati Bu Sri ataupun Bulik Dewi. Aku tanya sekarang. Mbak Lastri pernah tidak menanyakan kepada Bu Sri atau Bulik Dewi tentang perasaan mereka yang sebenarnya? Tentang bagaimana mereka menyimpan rasa sakit mereka dalam diri masing-masing. Tidak pernah 'kan, Mbak?"Kata-kata Suri membuat Sulastri terdiam. Adik bungsunya ini memang tidak banyak bicara. Namun setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, memang sulit dibantah kebenarannya."Mbak, cara orang menjalankan biduk rumah tangga itu berbeda-beda. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah tangga masing-masing tentu saja. Aku tidak bilang kalau prinsip Bu Sri dan Bulik Dewi mempertahankan rumah tangga walau suami masing-masing terus berselingkuh itu salah. Karena apa? Karena aku tidak tahu bagaimana situasi dan kondisi rumah tangga keduanya. Tetapi kalau hal tersebut terjadi kepadaku
"Kalau pengganti si Pras laki-laki ini sih, Mbak setuju. Lihatlah, dipandang dari sudut mana pun tetap enak dilihat. Mana kayaknya kantongnya tebal lagi. Duh, nikmat mana lagi yang kamu dustakan, Ri?" Sulastri tidak jemu-jemunya memandang pacar Suri. Ternyata kalimat selalu ada hikmah dibalik musibah benar adanya. Sulastri mengipas-ngipas wajah dengan kedua tangannya. Ruang tamu Suri mendadak panas setelah kedatangan Damar. Mendengar pujian tanpa sensor kakaknya Suri nyengir. Kakaknya ini memang karakternya tidak suka berpura-pura. Akan halnya Damar, ia seketika tergelak mendengar kefrontalan calon kakak iparnya. Ia langsung menyukai pribadi tanpa basa basi kakak Suri ini. "Terima kasih atas pujiannya, Mbak--""Sulastri. Panggil saja aku Mbak Lastri seperti Suri. Walau sepertinya kita seumuran, tapi tetap saja tuturnya kamu akan menjadi adik iparku. Jadi kamu tetap harus memanggilku Mbak. Dan ini Bulik Dewi." Sulastri menerima jabat tangan Damar. Ia memperkenalkan dirinya dan juga
Untuk pertama kalinya Suri berani mengungkapkan lukanya terhadap orang lain. Ia mengadu dengan air mata berlinang dan napas tersengal-sengal. Bukan hal mudah baginya untuk menceritakan bahwa ada masa dalam hidupnya yang begitu kelam. Masa-masa di mana dirinya dibanding-bandingkan. Disepelekan, dianggap memalukan, seolah-olah dirinya adalah setumpuk kotoran yang tidak pantas disandingkan dengan suaminya yang maha sempurna.Menceritakannya kembali, ibarat menelanjangi dirinya sendiri. Suri sebenarnya sangat malu. Tetapi ia harus. Ia pernah membaca sebuah buku yang mengatakan bahwa ia harus menyembuhkan luka batinnya terlebih dahulu. Selesai berdamai dengan masa lalu. Dengan begitu barulah ia bisa menerima kehadiran orang lain. Sehingga orang yang masuk dalam kehidupannya berikutnya, tidak harus menerima kepahitan yang bukan salahnya. Suri ingin membersihkan sampah-sampah di hatinya dan membuang semua sisa racun-racun yang ada di dalamnya. Suri ingin menerima Damar dengan sepenuh hati d
Seminggu telah berlalu sejak Damar memberitahu tentang pameran UMKM di Prancis. Selama seminggu itu juga Suri bekerja keras membuat design-design terbaru. Menurut Damar sebaiknya ia membuat kreasi-kreasi spektakuler untuk ia pamerkan di sana. Dengan begitu karyanya akan mempunyai daya jual.Untuk itulah Suri mempelajari pasar rajutan di Eropa dengan cara menonton fashion show-fashion show Eropa di internet. Suri juga mencari tahu melalui para influencer-influencer tentang style-style yang diminati oleh orang-orang Eropa. Hasil risetnya menunjukkan beberapa fakta. Bahwa dulu bahan-bahan rajutan atau yang biasa disebut crochet hanya dibuat sebagai pakaian saat musim dingin saja. Setelah kian berkembangnya dunia fashion, dewasa ini crochet sudah bisa digunakan sebagai outfit untuk segala cuaca. Caranya adalah dengan menjadikan crochet sebagai outer atau luaran. Berdasarkan hasil risetnya. Suri pun membuat outer-outer crochet yang manis dan modis. Sebagai bawahan outer, Suri mendesign
Dalam waktu kurang lebih dua puluh menit, Suri telah tiba di lokasi. Sesaat Suri seolah-olah merasa tengah menjadi pemeran dalam film-film thriller. Di mana salah satu adegannya adalah ia tengah terlibat dalam scene kebakaran di gedung-gedung bertingkat.Api merah yang berkobar-kobar, asap hitam yang bergulung serta suara letupan dari gedung yang sedang dilalap api, membuat Suri kehilangan harapan. Keadaan sudah sekacau ini. Apa dirinya masih sempat lagi menyelamatkan barang-barangnya?Suri termangu di dalam mobil. Menimbang-nimbang apa yang seharusnya ia lakukan sekarang. Sementara suara ponsel di atas jok mobil penumpang sebelahnya, terus bergetar tiada henti. Suri tidak mengindahkannya. Semua pikirannya saat ini tercurah pada situasi di depan matanya. Lalu lalangnya petugas polisi. Suara sirene mobil pemadam kebakaran yang meraung-raung. Teriakan-teriakan para petugas saling bekerjasama untuk memadamkan api, terasa begitu nyata.Ini memang kenyataan, Suri. Kenyataan bahwa semua ha
"Turunkan saya!" Suri memberontak. Ia memukul membabi buta punggung kokoh Damar. Saat ini Damar membopongnya di pundak sembari berjalan cepat menjauhi lokasi kebakaran. Posisi tubuhnya seperti sekarung beras dengan wajah menghadap tepat ke arah rukonya yang kini mulai terbakar seluruhnya. Lidah api berwarna merah tampak menjilat-jilat ganas pintu ruko.Suri semakin histeris. Bayangan semua kerja kerasnya habis dilalap api membuat logikanya buntu. Ia tidak mempedulikan apapun lagi. Termasuk juga bentakan Damar.Sementara Damar juga tidak mempedulikan amukan Suri. Ia menulikan telinga dan membiarkan Suri terus memukuli punggungnya dalam posisi terbalik. Damar hanya fokus membawa Suri menjauh dari kekacauan ini. Panasnya udara dan asap tebal yang terhirup olehnya, membuatnya terbatuk-batuk hebat. Namun semua kekacauan ini tidak ada artinya jika dibandingakan dengan kekacauan hatinya sekitar setengah jam yang lalu.Kala itu waktu telah menunjukkan pukul dua belas malam lewat lima belas m