"Turunkan saya!" Suri memberontak. Ia memukul membabi buta punggung kokoh Damar. Saat ini Damar membopongnya di pundak sembari berjalan cepat menjauhi lokasi kebakaran. Posisi tubuhnya seperti sekarung beras dengan wajah menghadap tepat ke arah rukonya yang kini mulai terbakar seluruhnya. Lidah api berwarna merah tampak menjilat-jilat ganas pintu ruko.Suri semakin histeris. Bayangan semua kerja kerasnya habis dilalap api membuat logikanya buntu. Ia tidak mempedulikan apapun lagi. Termasuk juga bentakan Damar.Sementara Damar juga tidak mempedulikan amukan Suri. Ia menulikan telinga dan membiarkan Suri terus memukuli punggungnya dalam posisi terbalik. Damar hanya fokus membawa Suri menjauh dari kekacauan ini. Panasnya udara dan asap tebal yang terhirup olehnya, membuatnya terbatuk-batuk hebat. Namun semua kekacauan ini tidak ada artinya jika dibandingakan dengan kekacauan hatinya sekitar setengah jam yang lalu.Kala itu waktu telah menunjukkan pukul dua belas malam lewat lima belas m
Ia ada di sini setelah mendapat telepon dari Pak Indra. Pak Indra adalah supir perusahaan, yang kebetulan tinggal di belakang ruko. Pak Indra kebetulan tahu kalau Suri adalah mantan istrinya. Makanya ia langsung menyusul ke sini setelah menerima telepon dari Pak Indra, tanpa sepengetahuan Murni. Murni kurang enak badan dan sudah tidur sejak pukul sebelas malam tadi. Setiba di lokasi, ia disambut oleh tingkah arogan Damar yang membentak-bentak Suri. Bagaimana ia tidak emosi mendengarnya? Damar terus meninggikan suara dan mengguncang-guncang bahu Suri seperti boneka rusak. Pras tidak terima!Damar menyipitkan mata. Pras ingin mencari masalah dengannya rupanya. Baik, dirinya seorang pengusaha. Jika Pras mengobral, maka ia akan memborong semuanya."Kamu menanyakan hubungan saya dengan Suri? Sebenarnya saya malas memberitahumu karena kamu bukan siapa-siapa kami. Tapi karena mulutmu terlalu maju, baiklah. Saya akan menyumpalkan kebenaran pada kedua telingamu. Dengarkan baik-baik. Suri itu
Suri mondar-mandir memeriksa paket yang akan dikirim. Mencatat kembali paket-paket yang telah diberi nama dan juga alamat. Karena sebentar lagi Pak Ahmad akan membawa semua paket ke kantornya. Pak Ahmad adalah seorang kurir untuk jasa pengiriman langganannya.Tiga hari telah berlalu sejak kebakaran yang membakar toko beserta barang-barang di dalamnya. Beruntung Suri memiliki Damar yang tanpa sepengetahuannya telah mengurus semuanya. Damar bekerja sangat sistematis. Mulai dari menyewa gedung baru di sekitar gedung lama. Meminta Bu Ajeng dan Wanti untuk mencari tenaga lepas baru, serta mengakomodir segala hal yang berhubungan dengan Suri Craft and Creations.Damar menunjuk Bu Elly, sebagai kepala bagian stok dan produksi. Sedangkan Sarni bertanggung jawab mengelola marketplace dan apparel lainnya. Mereka berdua bahu-membahu untuk memeriksa dan memenuhi permintaan pasar. Dengan begitu kegiatan Suri Craft and Creations bisa terus berjalan, meski Suri tidak lagi menjadi ujung tombak di san
Suri tertawa. Lihatlah, digombali receh seperti ini saja, jiwanya sudah melayang sampai ke bulan. Inilah bedanya jika digombali oleh orang yang kita cinta. Walau kalimat yang digunakan adalah pengulangan kata dari zaman baheula, tapi rasanya mengena. Coba kalau digombali oleh orang yang tidak kita suka. Dibacakan puisi tujuh hari tujuh malam pun tidak akan terasa syahdunya."Saya tidak berani meminta apa-apa lagi, Pak. Apa yang Bapak lakukan sampai hari ini saja, saya tidak tahu harus mengatakan apa. Mengucapkan terima kasih seratus kali pun, rasanya belum cukup," ujar Suri setelah Damar duduk di sampingnya. "Jujur akhir-akhir ini saya sedang mencari-cari kosa kata di atas kalimat terima kasih, yang ingin saya ucapkan pada Bapak. Masalahnya saya belum menemukannya," ungkas Suri terus terang. Damar tersenyum. Ia menyukai Suri karena kejujuran dan kesederhanaannya. Namun hal itu tidak membuat Suri menjadi wanita yang lemah. Suri gigih, pantang menyerah dan besar hati dalam segala kead
"Aku membencimu, Ri. Benci sekali. Manusia rendah sepertimu tidak boleh mengalahkan saya. Apalagi merenggut singgasana saya. Makanya kamu harus saya beri pelajaran, agar kamu tahu di mana sebenarnya posisimu. Dasar perempuan murahan sialan!""Sependek pengetahuan saya, manusia itu tidak lahir dengan dipasang price tag oleh Tuhan. Jadi dari mana Bu Murni tahu kalau saya itu murahan?""Kamu itu seperti pungguk merindukan rembulan karena bermimpi mendapatkan Damar. Saya beritahu satu hal. Orang miskin rendahan sepertimu, tidak akan pernah naik kelas menjadi golongan elit seberapa pun banyak hartamu. Kamu itu tetap orang kampung bodoh yang ambisius ingat itu, sialan!""Sudah, Murni! Jangan pertontonkan kebodohanmu. Semakin banyak kamu bicara, hanya akan semakin memperlihatkan keburukan sifatmu. Kendalikan dirimu.""Saya begini karena, Mas! Karena saya menginginkan perhatian Mas. Mas pikir saya benar-benar ingin bersama Pras yang hanya menjadikan saya sarananya untuk Pansos? Mas salah besa
Murni pun kemudian memberi usul. Murni mengatakan ada satu cara jitu yang bisa secara langsung mengatasi semua kesulitan Pak Rusdi. Yaitu dengan membakar ruko Pak Rusdi sendiri. Karena ruko Pak Rusdi diasuransikan , Pak Rusdi akan mendapatkan ganti rugi yang cukup banyak dari pihak asuransi. Dengan demikian Pak Rusdi bisa membayar hutang. Bukan itu saja. Rumah makan saingan Pak Rusdi juga akan ikut hangus terbakar. Sekali tepuk, dua lalat mati, kalau menurut istilah Murni. Murni kemudian ganti bercerita. Murni mengatakan kalau dirinya baru saja ditinggalkan oleh suaminya, karena suaminya kesengsem dengan perempuan lain. Dan perempuan lain itu adalah Suri, tetangga Pak Rusdi. Murni ingin membalas dendam pada Suri, dengan cara membuat Suri bangkrut. Murni meminta Pak Rusdi membiarkan saja api membesar hingga membakar semua deretan gedung yang ada di sana. Dengan begitu ruko kepunyaan Suri juga akan ikut menjadi debu. Sebagai imbalannya Murni akan memberikan upah sebesar seratus juta r
"Ayah sudah mendengar semuanya dari Damar dan juga penyidik perihalmu ditahan di sini." Pak Bondan Eka Cipta menatap kecewa Murni kecewa. Putri tunggal yang sangat ia sayangi sepenuh hati. Bersama Damar, hari ini Pak Bondan mendatangi kantor polisi untuk menjenguk Murni. Murni ditahan karena menjadi dalang kebakaran sejumlah ruko di jalan Sudirman. Bersama Pak Rusdi, Murni ditahan di kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.Pada saat ini Pak Bondan dan Damar duduk bersisian dengan Murni di ruangan Juru Periksa Kepolisian. Pak Bondan datang untuk membicarakan masalah kemungkinan tahanan kota dan membawa pengacara untuk Murni."Oh, baguslah kalau begitu. Berarti Murni tidak perlu capek-capek lagi menjelaskannya pada Ayah," cetus Murni enteng. "Lihat, Pak Juper. Saya sudah dijemput oleh ayah saya. Sudah saya katakan bukan, kalau saya akan secepatnya keluar dari tempat busuk ini. Tempat ini tidak layak untuk orang seperti saya," decih Murni jijik. Ia menyeringai sini
"Pak Juper, proses saja anak saya sesuai dengan hukum yang berlaku. Saya membatalkan niat saya untuk membawa pengacara mewakili anak saya di sini." Bondan beringsut dari kursi. Kepalanya sedang panas. Untuk itu sebaiknya ia rehat sejenak. Kepala yang panas tidak akan menghasilkan pemikiran yang bijak."Ayo, Mar. Kita jalan. Kita bahas masalah Chika di rumah saja. Saya minta maaf atas semua masalah yang disebabkan oleh Murni padamu," usul Pak Bondan lelah. Pak Bondan sebenarnya sudah tidak punya muka lagi untuk membahas kesalahan demi kesalahan yang disebabkan oleh Murni. Tapi ia harus. Masalah ini harus segera diselesaikan. Dengan demikian jati diri Chika akan jelas. Ia perlu tahu siapa sebenarnya ayah kandung Chika.Hari ini Pak Bondan baru mengetahui perihal Chika setelah secara tidak sengaja. Ia mendengar pembicaraan Damar dengan Bu Ajeng via telepon. Chika, cucu kesayangannya ternyata bukanlah darah daging Damar. Setelah sekian tahun berlalu, baru hari ini jugalah ia tahu penyebab