Suri tertawa. Lihatlah, digombali receh seperti ini saja, jiwanya sudah melayang sampai ke bulan. Inilah bedanya jika digombali oleh orang yang kita cinta. Walau kalimat yang digunakan adalah pengulangan kata dari zaman baheula, tapi rasanya mengena. Coba kalau digombali oleh orang yang tidak kita suka. Dibacakan puisi tujuh hari tujuh malam pun tidak akan terasa syahdunya."Saya tidak berani meminta apa-apa lagi, Pak. Apa yang Bapak lakukan sampai hari ini saja, saya tidak tahu harus mengatakan apa. Mengucapkan terima kasih seratus kali pun, rasanya belum cukup," ujar Suri setelah Damar duduk di sampingnya. "Jujur akhir-akhir ini saya sedang mencari-cari kosa kata di atas kalimat terima kasih, yang ingin saya ucapkan pada Bapak. Masalahnya saya belum menemukannya," ungkas Suri terus terang. Damar tersenyum. Ia menyukai Suri karena kejujuran dan kesederhanaannya. Namun hal itu tidak membuat Suri menjadi wanita yang lemah. Suri gigih, pantang menyerah dan besar hati dalam segala kead
"Aku membencimu, Ri. Benci sekali. Manusia rendah sepertimu tidak boleh mengalahkan saya. Apalagi merenggut singgasana saya. Makanya kamu harus saya beri pelajaran, agar kamu tahu di mana sebenarnya posisimu. Dasar perempuan murahan sialan!""Sependek pengetahuan saya, manusia itu tidak lahir dengan dipasang price tag oleh Tuhan. Jadi dari mana Bu Murni tahu kalau saya itu murahan?""Kamu itu seperti pungguk merindukan rembulan karena bermimpi mendapatkan Damar. Saya beritahu satu hal. Orang miskin rendahan sepertimu, tidak akan pernah naik kelas menjadi golongan elit seberapa pun banyak hartamu. Kamu itu tetap orang kampung bodoh yang ambisius ingat itu, sialan!""Sudah, Murni! Jangan pertontonkan kebodohanmu. Semakin banyak kamu bicara, hanya akan semakin memperlihatkan keburukan sifatmu. Kendalikan dirimu.""Saya begini karena, Mas! Karena saya menginginkan perhatian Mas. Mas pikir saya benar-benar ingin bersama Pras yang hanya menjadikan saya sarananya untuk Pansos? Mas salah besa
Murni pun kemudian memberi usul. Murni mengatakan ada satu cara jitu yang bisa secara langsung mengatasi semua kesulitan Pak Rusdi. Yaitu dengan membakar ruko Pak Rusdi sendiri. Karena ruko Pak Rusdi diasuransikan , Pak Rusdi akan mendapatkan ganti rugi yang cukup banyak dari pihak asuransi. Dengan demikian Pak Rusdi bisa membayar hutang. Bukan itu saja. Rumah makan saingan Pak Rusdi juga akan ikut hangus terbakar. Sekali tepuk, dua lalat mati, kalau menurut istilah Murni. Murni kemudian ganti bercerita. Murni mengatakan kalau dirinya baru saja ditinggalkan oleh suaminya, karena suaminya kesengsem dengan perempuan lain. Dan perempuan lain itu adalah Suri, tetangga Pak Rusdi. Murni ingin membalas dendam pada Suri, dengan cara membuat Suri bangkrut. Murni meminta Pak Rusdi membiarkan saja api membesar hingga membakar semua deretan gedung yang ada di sana. Dengan begitu ruko kepunyaan Suri juga akan ikut menjadi debu. Sebagai imbalannya Murni akan memberikan upah sebesar seratus juta r
"Ayah sudah mendengar semuanya dari Damar dan juga penyidik perihalmu ditahan di sini." Pak Bondan Eka Cipta menatap kecewa Murni kecewa. Putri tunggal yang sangat ia sayangi sepenuh hati. Bersama Damar, hari ini Pak Bondan mendatangi kantor polisi untuk menjenguk Murni. Murni ditahan karena menjadi dalang kebakaran sejumlah ruko di jalan Sudirman. Bersama Pak Rusdi, Murni ditahan di kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.Pada saat ini Pak Bondan dan Damar duduk bersisian dengan Murni di ruangan Juru Periksa Kepolisian. Pak Bondan datang untuk membicarakan masalah kemungkinan tahanan kota dan membawa pengacara untuk Murni."Oh, baguslah kalau begitu. Berarti Murni tidak perlu capek-capek lagi menjelaskannya pada Ayah," cetus Murni enteng. "Lihat, Pak Juper. Saya sudah dijemput oleh ayah saya. Sudah saya katakan bukan, kalau saya akan secepatnya keluar dari tempat busuk ini. Tempat ini tidak layak untuk orang seperti saya," decih Murni jijik. Ia menyeringai sini
"Pak Juper, proses saja anak saya sesuai dengan hukum yang berlaku. Saya membatalkan niat saya untuk membawa pengacara mewakili anak saya di sini." Bondan beringsut dari kursi. Kepalanya sedang panas. Untuk itu sebaiknya ia rehat sejenak. Kepala yang panas tidak akan menghasilkan pemikiran yang bijak."Ayo, Mar. Kita jalan. Kita bahas masalah Chika di rumah saja. Saya minta maaf atas semua masalah yang disebabkan oleh Murni padamu," usul Pak Bondan lelah. Pak Bondan sebenarnya sudah tidak punya muka lagi untuk membahas kesalahan demi kesalahan yang disebabkan oleh Murni. Tapi ia harus. Masalah ini harus segera diselesaikan. Dengan demikian jati diri Chika akan jelas. Ia perlu tahu siapa sebenarnya ayah kandung Chika.Hari ini Pak Bondan baru mengetahui perihal Chika setelah secara tidak sengaja. Ia mendengar pembicaraan Damar dengan Bu Ajeng via telepon. Chika, cucu kesayangannya ternyata bukanlah darah daging Damar. Setelah sekian tahun berlalu, baru hari ini jugalah ia tahu penyebab
Suri berjalan hilir mudik melayani pengunjung yang singgah ke stand-nya. Dengan sabar dan penuh sukacita Suri menjelaskan tentang produk-produk yang dibuat oleh Suri Craft and Creations pada pengunjung. Hari ini adalah hari terakhir pameran UMKM di Hall A Jakarta Covention Center. Suri sangat gembira. Selain penjualan produk-produk rajutannya laris manis, kain-kain nusantara yang merupakan kerjasamanya dengan Pak Irsan, juga mendapat tender dari beberapa hotel. Industri hotel dewasa ini mulai tertarik untuk menggunakan produk UMKM nusantara. Mulai dari food and beverage hingga dekorasi. Pemerintah memang sedang menggalakkan kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia atau GNBBI. Kebijakan ini diambil demi memulihkan perekonomian dari berbagai sektor. Baik dari sisi industri perhotelan maupun UMKM itu sendiri. Suri mempersiapkan mental kala memindai kehadiran Pras. Mantan suaminya itu terpantau tengah melihat-lihat stand-stand lainnya. Ketika Pras memandang ke arahnya, dan Sur
"Baiklah, aku akan jujur. Mas, kita memang tetap harus menjaga tali silaturahmi. Karena ada Wira di antara kita. Tapi aku menolak untuk membicarakan sesuatu yang sifatnya di luar Wira. Itu tidak etis, Mas. Kita masing-masing sudah mempunyai pasangan. Lagi pula Bu Murni--""Jangan sebut-sebut nama Murni lagi. Kemarin Murni telah memutuskan dua hubungan kami sekaligus. Hubungan kerja dan juga hubungan asmara. Aku pengangguran sekarang. Kedatanganku ke sini adalah untuk meminta pekerjaan pada salah seorang relasi. Katanya ia akan menghadiri pameran ini. Makanya aku ada di sini."Murni mendepak Pras karena tujuannya untuk mengajuk hati Damar gagal rupanya."Kalau begitu Mas bertukar pikirannya dengan Bu Murni saja. Tanyakan mengapa ia memutuskan Mas secara sepihak. Bicarakanlah baik-baik." Suri yang sudah bisa menebak ke arah mana Pras akan berbicara memberi nasehat sekedarnya. Ia tidak mau terlalu ikut campur dalam hubungan asrama orang lain."Kamu benar-benar sudah tidak peduli padaku
"Ibu sama sekali tidak menyangka kalau kamu bisa sesukses ini, Ri. Terima kasih Gusti Allah. Karena Engkau telah memberikan rahmat sebesar ini kepada anak hamba." Bu Niken Pujiastuti menatap layar televisi seraya menadahkan kedua tangannya dalam posisi berdoa. Ia sungguh terharu menyaksikan anak perempuannya ada di televisi. Saat ini putrinya tengah duduk di ruang tamu keluarga. Suri pulang ke kampung halaman untuk menjenguk ayahnya yang tengah sakit.Di samping Suri, duduk Sulastri yang tertawa kegirangan sambil terus menatap televisi. Di kursi lain duduk Bapak dan Ibu Siswoyo, mantan mertua Suri sekaligus mantan besannya. Bapak dan Ibu Siswoyo kebetulan juga tengah menjenguk Pak Ratno. Di luar mantan besan, mereka semua adalah teman lama. Tinggal sekampung pula. Walaupun putra dan putri mereka telah bercerai, hubungan mereka sebagai tetangga dan teman baik tidak berubah."Selain masuk televisi, kamu ada di surat kabar dan handphone tidak, Ri?" Pak Ratno, ayah Suri juga ikut merasa