Dara tersentak. Tangannya refleks membalik macbook yang menampilkan thumbnail video kiriman Delion dengan kasar. Jantungnya bertalu-talu saat mendengar suara familier menusuk gendang telinganya.Sialan! Inilah kenapa orang harus banyak hati-hati saat sedang senang, sebab ada banyak sekali hal yang bisa dengan mudah membalikkan keadaan. Seperti sekarang, Dara yang terlalu excited melihat penyelidikan Delion hingga ia melonggarkan kewaspadaan dengan tak mengunci pintu kamar, sampai akhirnya ada nenek dan bibinya yang hampir mengetahui sisi gelapnya.Dara berbalik dengan wajah kaku .“Oma? Tante Anjani? A-da perlu apa, ya?” tanyanya sembari menelan ludahnya gugup.“Bukan hal penting, sebenarnya. Tapi oma ingin minggu depan kamu mengosongkan jadwal pribadi untuk mengunjungi salah satu rumah sakit kita di pelosok. Nanti kamu berangkat bersama tante dan ibumu. Acaranya hari Sabtu dan Minggu kok,” kata Laksmi dengan senyum khas keibuannya.Dara mendesah lega dalam hati. “Baik, nanti aku p
“Sudah dengar kabar perselingkuhan yang sedang viral di semua platform baru-baru ini?” pancing seorang karyawan bagian dari tim marketing, membuat anggota tim lain langsung menggerombol di kubikelnya.Dara sendiri menguping pembicaraan sang anak buah sembari mengintip dari tirai yang tertutup, beruntung ruangan khusus direktur marketing ini tak kedap suara. Dara ingin mendengar kondisi terkini tentang keluarga sang mantan.“Yang suaminya aktris terkenal dan baru-baru ini main film booming yang judulnya tukang becak naik haji itu, ya?” tanya salah satu perempuan yang langsung diangguki si pemancing itu.“Seratus! Menurut kalian, apa penyebab perselingkuhan itu terjadi sedang istrinya saja modis dan cantik, kok bisa malah berpaling sama upik abu seperti itu sih?” tanya sang pemancing gosip itu dengan nada menggebu-gebu. Dara tebak sang empunya pendukung garis keras si istri sah.Anggota lain tampak kasak-kusuk. “Iya lagi! Sumpah! Kupikir selingkuhannya bakal cantik seperti peri samp
Dara refleks memegang lengan Sagara untuk menopang berat tubuhnya yang secara tiba-tiba melemas itu, membuat laki-laki di sampingnya itu tersentak kaget dengan perlakuannya. Wajah maskulin itu segera berubah menjadi kekhawatiran saat mendapati wajah Dara yang pucat pasi dengan keringat biji jagung, bahkan Sagara bisa merasakan tangan lentik itu yang perlahan mendingin.“Ada apa, Nona Dara?” tanya Sagara sembari menggoyangkan bahu perempuan itu sekonyong-konyong agar Dara lekas sadar dari keterkejutannya.Di sisi lain, entah kenapa Dara tak bisa bergerak barang se-inci pun, mulutnya terkunci rapat, tapi hatinya jelas mengumpat. Apalagi, melihat ekspresi sang gundik berseragam khas penjaga boot, yang berjalan mendekatinya dengan ekspresi yang seakan-akan memberitahu Dara jika perempuan sundal itu akan berbuat rusuh seperti kapan hari terakhir kalinya mereka bertemu.Peringatan Delion Sunarija tiba-tiba menyeruak, membuat Dara langsung gemetaran memikirkan segala kemungkinan yang saya
Chapter 1. Suamiku Berselingkuh“Suami, mertua, dan ipar-ipar Mbak Dara tidak jemput?” tanya seorang gadis sembari mengemasi beberapa pakaian.Wanita yang dipanggil Mbak Dara menatap ke arah gadis itu. “Mereka sibuk ... mungkin?” jawab Dara tak yakin. Netranya menatap nanar bangsalnya yang siap ditinggal dengan perasaan hampa.Lalu lalang manusia berpakaian khas pegawai rumah sakit yang tengah merawat pasien itu, tampak tak terusik dengan keberadaan keduanya.“Namanya keluarga, mau sesibuk apa pun, minimal usahakan, lah! Suami Mbak juga, memangnya pernah jenguk sekali saja? Bahkan Mbak saja ke sini naik taksi sendirian! Suami seperti itu baiknya dibuang jauh-jauh, Mbak!” Sang gadis yang sudah hampir dua tahun bekerja di butik Dara sebagai asisten tahu betul betapa tidak pedulinya suami dan keluarga dari bosnya tersebut. Sang suami sering bertindak kasar dan marah-marah semenjak di PHK dari perusahaan tempatnya bekerja. Belum lagi omelan dan ocehan para ipar. Hanya butik satu-sat
Sang mertua melotot tak terima. “Jika ingin pergi, kau saja yang pergi dasar mandul pembawa sial! Kaulah yang menumpang di sini!” hardik sang mertua membuat Dara menggeleng tak setuju.“Itu tidak mungkin! Rumah ini milikku apa hak kalian—” Dara berteriak lantang dan terpotong. “Meski kamu yang membangun rumah ini, tetap saja, tanah dan sertifikat rumah ini atas namaku. Dan kamu tidak ada hak!” sahut mama mertua dengan setitik senyum bangga.“Tak usah memperpanjang masalah, Ra. Kamu tinggal ikhlas, maka semuanya beres.” Indri, sang menantu baru mulai angkat bicara. “Lagipula, kita kan, berteman. Tidak akan sulit rasanya membagi suami pada temanmu.”Dara berdiri dengan pandangan mencemooh ke arah Indri. Andai saja ikhlas itu semudah membalikkan telapak tangan.“Indri benar. Tidak perlu berselisih lagi, intinya masalah ini selesai!”Mertua Dara memang kerap kali ikut campur dalam rumah tangganya. Namun, kali ini… Dara tidak akan membiarkan wanita tua itu kembali mencampuri ranahnya.“T
Dara membersihkan mulutnya yang masih menyisakan cairan asam yang tertolak oleh lambungnya. Terhitung sudah tiga kali ia memuntahkan cairan asam itu. Tubuhnya ambruk di lantai berlapis karpet tanpa bisa dicegah.“Mbak? Mau ke rumah sakit lagi?” tanya perempuan yang tengah memberesi sarapan atasannya yang tinggal seperdua.Dara menggeleng pelan. “Tidak perlu, keadaan butik sekarang sangat sibuk. Saya harus turun tangan langsung mengingat peran saya sangat dibutuhkan,” tolak Dara sembari merapikan rambutnya yang entah sudah berapa hari tak tersentuh sisir.Sang asisten diam-diam menyetujui ucapan Dara. Mau bagaimana lagi? Butik yang tidak seberapa besar ini kekurangan sumber daya manusia, dan sayangnya hanya memiliki satu desainer yang tak lain dan tak bukan adalah sang pemiliknya sendiri.Apa lagi, pendapatan butik selama beberapa hari terakhir, khususnya saat Dara menjalani rawat inap, mengalami penurunan yang signifikan.“Tolong ambilkan desain-desain saya sekalian bawakan catatan pe
Atmosfer butik benar-benar kacau, beberapa baju yang sudah rusak berceceran itu semakin menyemarakkan suasana genting di sana. Dara memegangi perutnya yang terasa mulas dihadapkan dengan situasi ini.“Cium kaki saya, maka saya akan pertimbangkan untuk menjualnya atau tidak!” ulang sang mertua yang berhasil menyadarkan Dara bahwa kejadian ini bukan mimpi buruk semata.Para pelanggan sudah pulang karena butik ditutup mendadak agar informasi ini tak menyebar ke pihak luar dan mencemarkan nama baik butik. Kini, hanya tersisa Dara beserta karyawannya dan satu keluarga yang saat ini terus merongrongnya.Mertuanya mencebik, “Kamu tidak mau, Dara? Kalau begitu silakan angkat kaki dari sini–”“Saya mau! Saya akan lakukan apa pun!” sela Dara yang direspons dengan senyum puas satu keluarga itu.Dara melepaskan tangan asistennya yang mencoba menahannya. Matanya menyorot seluruh karyawannya dengan pilu. Hatinya dengan teguh meyakinkan bahwa inilah satu-satunya cara agar butik ini tak lepas dari g
“Terima kasih, Pak,” ujar Dara sebelum taksi yang ditumpanginya menjauh.Dara menatap jalanan kompleks yang sepi sebab waktu yang sudah hampir menunjukkan tengah malam. Ia jalan pintas dengan penuh kehati-hatian, sebab kluster mewah ini dijaga dengan keamanan ketat. “Berhenti di sana!” seru sebuah suara membuat tangan ringkih yang semula berniat membunyikan bel itu mengambang di udara.“Sudah saya bilang berkali-kali, kan?! Pengemis, penjual dan pemulung dilarang memasuki kawasan ini, tidak bisa baca aturan di depan?! Berani-beraninya mengotori kompleks ini dengan aura melaratmu!” sentak lelaki bertubuh tambun yang terasa asing bagi Dara. Ditodongkannya tongkat kebanggaan itu sembari menatap remeh penampilan Dara.Perempuan itu tersinggung saat menyadari penampilannya yang memang layak disebut pengemis daripada pewaris. “Saya bukan pengemis,” jelasnya sembari memencet bel dan membuat satpam itu cepat-cepat menariknya kasar.“Dasar orang miskin! Jangan berani mengganggu ketenangan pe
Dara refleks memegang lengan Sagara untuk menopang berat tubuhnya yang secara tiba-tiba melemas itu, membuat laki-laki di sampingnya itu tersentak kaget dengan perlakuannya. Wajah maskulin itu segera berubah menjadi kekhawatiran saat mendapati wajah Dara yang pucat pasi dengan keringat biji jagung, bahkan Sagara bisa merasakan tangan lentik itu yang perlahan mendingin.“Ada apa, Nona Dara?” tanya Sagara sembari menggoyangkan bahu perempuan itu sekonyong-konyong agar Dara lekas sadar dari keterkejutannya.Di sisi lain, entah kenapa Dara tak bisa bergerak barang se-inci pun, mulutnya terkunci rapat, tapi hatinya jelas mengumpat. Apalagi, melihat ekspresi sang gundik berseragam khas penjaga boot, yang berjalan mendekatinya dengan ekspresi yang seakan-akan memberitahu Dara jika perempuan sundal itu akan berbuat rusuh seperti kapan hari terakhir kalinya mereka bertemu.Peringatan Delion Sunarija tiba-tiba menyeruak, membuat Dara langsung gemetaran memikirkan segala kemungkinan yang saya
“Sudah dengar kabar perselingkuhan yang sedang viral di semua platform baru-baru ini?” pancing seorang karyawan bagian dari tim marketing, membuat anggota tim lain langsung menggerombol di kubikelnya.Dara sendiri menguping pembicaraan sang anak buah sembari mengintip dari tirai yang tertutup, beruntung ruangan khusus direktur marketing ini tak kedap suara. Dara ingin mendengar kondisi terkini tentang keluarga sang mantan.“Yang suaminya aktris terkenal dan baru-baru ini main film booming yang judulnya tukang becak naik haji itu, ya?” tanya salah satu perempuan yang langsung diangguki si pemancing itu.“Seratus! Menurut kalian, apa penyebab perselingkuhan itu terjadi sedang istrinya saja modis dan cantik, kok bisa malah berpaling sama upik abu seperti itu sih?” tanya sang pemancing gosip itu dengan nada menggebu-gebu. Dara tebak sang empunya pendukung garis keras si istri sah.Anggota lain tampak kasak-kusuk. “Iya lagi! Sumpah! Kupikir selingkuhannya bakal cantik seperti peri samp
Dara tersentak. Tangannya refleks membalik macbook yang menampilkan thumbnail video kiriman Delion dengan kasar. Jantungnya bertalu-talu saat mendengar suara familier menusuk gendang telinganya.Sialan! Inilah kenapa orang harus banyak hati-hati saat sedang senang, sebab ada banyak sekali hal yang bisa dengan mudah membalikkan keadaan. Seperti sekarang, Dara yang terlalu excited melihat penyelidikan Delion hingga ia melonggarkan kewaspadaan dengan tak mengunci pintu kamar, sampai akhirnya ada nenek dan bibinya yang hampir mengetahui sisi gelapnya.Dara berbalik dengan wajah kaku .“Oma? Tante Anjani? A-da perlu apa, ya?” tanyanya sembari menelan ludahnya gugup.“Bukan hal penting, sebenarnya. Tapi oma ingin minggu depan kamu mengosongkan jadwal pribadi untuk mengunjungi salah satu rumah sakit kita di pelosok. Nanti kamu berangkat bersama tante dan ibumu. Acaranya hari Sabtu dan Minggu kok,” kata Laksmi dengan senyum khas keibuannya.Dara mendesah lega dalam hati. “Baik, nanti aku p
“Wah! Kapan lagi bisa lihat layar tancap dalam rangka memperingati ulang tahun desa kita yang makmur ini,” celetuk seorang warga sembari terduduk di tikar yang sudah di gelar.Sang teman tampak mengangguk setuju. “Iya nih, tahun lalu desa kita tidak melakukan acara seperti ini,” jawab temannya sembari melepas sandalnya dan memasukkannya ke plastik bawaan dari rumah sebab khawatir tertukar atau dicolong orang.Sri Rahmi terlihat baru saja datang bersama tiga anak perempuannya dengan gamis yang kapan hari ia beli dari hasil setor teman. Di belakangnya ada William serta sang istri yang baru saja pulang dari mencari rezeki.“Bu Rahmi! Ayo ke sini!” ajak salah seorang ibu-ibu sembari melambaikan tangan pada sang tetangga Sri Rahmi tampak mengecimus melihat tatanan lapangan desa yang menurutnya tak selevel dengan gamis baru hijau neonnya. “Wah! Sudah datang saja kalian, semangat sekali, padahal hanya mau menonton layar tancap,” celetuknya sembari mengangkat gamisnya sebetis, tak mau ba
‘Lapor komandan, pion utama sudah dijalankan, untuk selanjutnya, aku akan menginfokan keadaan lawan lebih lanjut.’ Dara tersenyum tipis saat membaca pesan dari Delion Sunarija yang mengatakan jika pihak istri sah dosen hidung belang itu akan melancarkan ultimatumnya malam ini.Jangan khawatir, kali ini Dara tak akan turun tangan langsung, sebab ia hanya akan menjadi penonton dengan popcorn di tangannya. Benar juga kata Delion, tema dendamnya kali ini adalah membunuh tanpa menyentuh. Apalagi, setelah Dara melihat susunan rencana sang istri sah yang sangat rapi dan apik, entah Delion mendapatkannya dari mana, tapi yang jelas Dara jadi memahami ucapan sang dosen jika istrinya bukan berlian yang pantas dibuang.Dara menyesap teh hijaunya dengan anggun. Saat ini, perempuan yang sebentar lagi menginjak umur 30 itu berada di ruang keluarga di kediaman Wijayakusuma bersama seluruh anggota.Laksmi memejam merasakan pijatan sang putri. “Bagaimana peluncuran produk barumu? Oma dengar itu me
Dara gelisah di tempatnya, wanita itu tanpa sadar saling meremas jarinya yang berkeringat dingin. Apakah AC ruangan ini rusak? Kenapa Dara merasa kegerahan padahal ia hanya duduk manis. Dan tatapan itu, bagaimana Dara mendeskripsikan? Sagara Adikara tidaklah melemparkan tatapan tajam yang bisa membuatnya mengompol, bukan pula tatapan merendahkan yang membuat harga dirinya anjlok. Tatapan Sagara Adikara terbilang seperti orang-orang ramah pada umumnya dengan senyum yang tak bosan hinggap di bibirnya.Tapi anehnya, Dara tak serta-merta nyaman. Apabila pria di depannya ini bertanya mengenai kejadian kapan hari, ia harus menjawab apa? Ah! Iya pak Sagara, pria itu adalah mantan suami saya, atau mungkin, saya tidak mengenalinya pak. Tapi, kan nyatanya si kunyuk itu memanggil nama Dara saat pembicaraan itu. Argh! Dara ingin menjambak rambut yang sudah ia buat bergelombang itu.“Bagaimana keadaan nyonya Laksmi Wardana?”Eh? Dara mengangkat wajahnya hingga bertemu tatap dengan pria 36 tahun
Dara mendesah pasrah. Ekspresi kusut jelas tergambar di wajah oval itu. “Apakah ada jadwal pertemuan lagi hari ini?” tanyanya pada sang sekretaris yang tak kalah kusut, bahkan baju yang pagi tadi terlihat rapi itu kini hanya menjadi kenangan.Sang sekretaris tampak menatap layar iPad-nya. “Ini yang terakhir, Bu,” jawabnya sembari menyuruh office girl agar membuatkan teh untuk sang atasan yang tampak lelah.Dara mendesah. Aneh, harusnya dia lega karena pekerjaan menumpuknya akhirnya usai juga. Kemarin-kemarin dia selalu bersemangat saat mengetahui jam kerjanya usai.Ternyata, alasan sikapnya ini karena telepon dari nomor asing yang sejak kemarin menghantui mimpinya. Sebuah ajakan makan malam, entah kenapa Dara menjadi khawatir mengingat siapa pria yang di hadapinya. Atas saran sang informan alias Delion Sunarija, Dara pun menyetujui ajakan temu itu yang akan dilaksanakan malam ini di sebuah resor mewah yang sudah direservasi pihak pengajak.Karena pikiran suntuknya, Dara memilih tu
“Saya mau kita menikah, tidak masalah kalau siri,” kata seorang perempuan muda setelah percintaan panas dengan sang dosen selesai. tangannya meraih rok yang menyingkap sampai ke perut. Sang dosen yang terengah-engah itu tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar. “Sudah gila kamu?! Aku bisa dicincang istri dan keluargaku, jika sampai ketahuan punya simpanan, apalagi sampai menikahi! Lagi pula, aku sudah punya istri yang mengagumkan, tidak mungkin aku meninggalkan dia dan anak-anakku,” katanya sembari menaikkan celana yang beberapa menit lalu diturunkan sang mahasiswi secara suka rela. “Lalu?! Apa yang kita lakukan selama ini?! Bapak juga memberitahu jika istri Bapak tak pandai memuaskan di ranjang, kan?!” Perempuan muda yang setengah telanjang itu tampak kesal akan ucapan sang dosen yang merangkap sebagai teman tidur. Bagaimana bisa dia memuji sang istri setelah beberapa saat lalu bercinta dengannya? Pria awal 40-an itu tersenyum sinis. “Memang benar dia tidak lihai dalam memuaskanku, ta
Dara melirik jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Sudah saatnya berangkat ke kantor, pikirannya. Setelah gadis itu mengusap bibirnya dengan lipatan serbet bagian dalam, Dara berniat pamit bekerja hingga sebuah kata dari Hendra menyela.“Bagaimana?” tanya Hendra setelah menandaskan gelas air mineralnya.Dara awalnya ragu siapa yang dituju sang paman. Namun sebuah tatap intens dari si empunya membuat ia yakin itu ditujukan padanya. “Apanya yang bagaimana, Om?” tanya Dara dengan dahi berkerut.Sagara mengusap sudut bibirnya. “Perkembangan hubungan kamu dengan Sagara,” jelasnya dengan ekspresi tengil dan membuat anggota keluarga di ruang makan terdiam seketika.Dara memandang sang paman penuh peringatan. Sayangnya, yang ditatap malah tersenyum lebar seakan-akan baru memenangkan lotre. Sungguh! Dara ingin mengarungi sang paman dan membuangnya ke rawa-rawa.“Sagara? Kenapa namanya terdengar agak asing, ya? Siapa si Sagara-Sagara ini?” tanya Anjani mengernyitkan alisnya, tampak berpi