“Wah! Kapan lagi bisa lihat layar tancap dalam rangka memperingati ulang tahun desa kita yang makmur ini,” celetuk seorang warga sembari terduduk di tikar yang sudah di gelar.Sang teman tampak mengangguk setuju. “Iya nih, tahun lalu desa kita tidak melakukan acara seperti ini,” jawab temannya sembari melepas sandalnya dan memasukkannya ke plastik bawaan dari rumah sebab khawatir tertukar atau dicolong orang.Sri Rahmi terlihat baru saja datang bersama tiga anak perempuannya dengan gamis yang kapan hari ia beli dari hasil setor teman. Di belakangnya ada William serta sang istri yang baru saja pulang dari mencari rezeki.“Bu Rahmi! Ayo ke sini!” ajak salah seorang ibu-ibu sembari melambaikan tangan pada sang tetangga Sri Rahmi tampak mengecimus melihat tatanan lapangan desa yang menurutnya tak selevel dengan gamis baru hijau neonnya. “Wah! Sudah datang saja kalian, semangat sekali, padahal hanya mau menonton layar tancap,” celetuknya sembari mengangkat gamisnya sebetis, tak mau ba
Dara tersentak. Tangannya refleks membalik macbook yang menampilkan thumbnail video kiriman Delion dengan kasar. Jantungnya bertalu-talu saat mendengar suara familier menusuk gendang telinganya.Sialan! Inilah kenapa orang harus banyak hati-hati saat sedang senang, sebab ada banyak sekali hal yang bisa dengan mudah membalikkan keadaan. Seperti sekarang, Dara yang terlalu excited melihat penyelidikan Delion hingga ia melonggarkan kewaspadaan dengan tak mengunci pintu kamar, sampai akhirnya ada nenek dan bibinya yang hampir mengetahui sisi gelapnya.Dara berbalik dengan wajah kaku .“Oma? Tante Anjani? A-da perlu apa, ya?” tanyanya sembari menelan ludahnya gugup.“Bukan hal penting, sebenarnya. Tapi oma ingin minggu depan kamu mengosongkan jadwal pribadi untuk mengunjungi salah satu rumah sakit kita di pelosok. Nanti kamu berangkat bersama tante dan ibumu. Acaranya hari Sabtu dan Minggu kok,” kata Laksmi dengan senyum khas keibuannya.Dara mendesah lega dalam hati. “Baik, nanti aku p
“Sudah dengar kabar perselingkuhan yang sedang viral di semua platform baru-baru ini?” pancing seorang karyawan bagian dari tim marketing, membuat anggota tim lain langsung menggerombol di kubikelnya.Dara sendiri menguping pembicaraan sang anak buah sembari mengintip dari tirai yang tertutup, beruntung ruangan khusus direktur marketing ini tak kedap suara. Dara ingin mendengar kondisi terkini tentang keluarga sang mantan.“Yang suaminya aktris terkenal dan baru-baru ini main film booming yang judulnya tukang becak naik haji itu, ya?” tanya salah satu perempuan yang langsung diangguki si pemancing itu.“Seratus! Menurut kalian, apa penyebab perselingkuhan itu terjadi sedang istrinya saja modis dan cantik, kok bisa malah berpaling sama upik abu seperti itu sih?” tanya sang pemancing gosip itu dengan nada menggebu-gebu. Dara tebak sang empunya pendukung garis keras si istri sah.Anggota lain tampak kasak-kusuk. “Iya lagi! Sumpah! Kupikir selingkuhannya bakal cantik seperti peri samp
Dara refleks memegang lengan Sagara untuk menopang berat tubuhnya yang secara tiba-tiba melemas itu, membuat laki-laki di sampingnya itu tersentak kaget dengan perlakuannya. Wajah maskulin itu segera berubah menjadi kekhawatiran saat mendapati wajah Dara yang pucat pasi dengan keringat biji jagung, bahkan Sagara bisa merasakan tangan lentik itu yang perlahan mendingin.“Ada apa, Nona Dara?” tanya Sagara sembari menggoyangkan bahu perempuan itu sekonyong-konyong agar Dara lekas sadar dari keterkejutannya.Di sisi lain, entah kenapa Dara tak bisa bergerak barang se-inci pun, mulutnya terkunci rapat, tapi hatinya jelas mengumpat. Apalagi, melihat ekspresi sang gundik berseragam khas penjaga boot, yang berjalan mendekatinya dengan ekspresi yang seakan-akan memberitahu Dara jika perempuan sundal itu akan berbuat rusuh seperti kapan hari terakhir kalinya mereka bertemu.Peringatan Delion Sunarija tiba-tiba menyeruak, membuat Dara langsung gemetaran memikirkan segala kemungkinan yang saya
Dara mematut penampilannya lewat cermin. Perempuan itu segera mengambil tasnya yang akan ia gunakan untuk membawa beberapa perlengkapan obat untuk masyarakat daerah terdampak penyakit itu. Matanya tiba-tiba berhenti pada sebuah benda saat mengobrak-abrik tasnya dalam perjalanan untuk sarapan. Di sana ada sebuah sapu tangan yang beberapa hari lalu diberikan Sagara untuknya. Dara mendesah kasar. Kenapa pula ia bisa bertemu Indri saat bersama dengan Sagara. Bagaimana jika laki-laki itu memanfaatkannya? Meskipun tak menampik jika Sagara tampak baik padanya. “Tante kira kamu sudah sarapan sendiri, jadi Tante tidak panggil kamu,” kata Anjani saat melihat sang keponakan yang menuju ke mejanya dengan membawa beberapa menu yang ditawarkan hotel melalui bufet. “Tante sudah sarapan?” tanya Dara sambil melihat sang bibi yang memamerkan mangkuk dan menyuapkan sesendok bubur kacang hijau yang merupakan salah satu dessert yang disediakan hotel tempat ketiganya menginap. “Aku masih bersih-bers
Mendengar informasi tersebut, wajah-wajah yang semula berwajah ceria itu langsung berubah pucat pasi. Para warga langsung berlari tunggang langgang berusaha menyelamatkan harta benda yang tak seberapa itu. Alhasil, kerusuhan tak dapat dibendung lagi, banyak orang saling bertabrakan, ada juga yang jatuh dan terinjak-injak orang yang tengah lari. Petugas penyelamatan yang baru saja tiba bahkan tampak kesulitan mengatur para manusia ini.Dara celingak-celinguk mencari keberadaan sang bibi di tengah orang-orang yang berlarian ke sana-ke mari. “Tante Anjani!” panggilnya saat matanya menemukan keberadaan sang bibi.Anjani tampak menoleh sebentar. “Kamu bantu mengondisikan para warga saja! Biar Tante yang membantu mengurusi evakuasi pasien-pasien rumah sakit!” perintahnya sambil berlalu menuju rumah sakit Medika Wijaya.Dara yang sudah diberi amanat demikian, langsung berlari menuju pemukiman warga.“Perhatian-perhatian! Tolong untuk semua warga agar tenang dan fokus pada proses pengungs
“Dara! Mau ke mana kamu?!”Sukma berteriak memanggil anaknya yang kian menjauh. Beberapa mobil yang ditumpangi para calon pengungsi sudah keluar dari zona merah itu dan nantinya akan menuju tempat yang lebih aman.Jika di situasi biasa, Dara akan terkejut dan terharu apabila Sukma yang sudi memanggil namanya. Sayangnya, situasi ini kurang membuatnya terharu. Dara tetap memilih pergi demi sebuah naluri kemanusiaannya yang saat ini tengah meronta-ronta. Ia terus melaju sembari berusaha mengingat-ingat rumah sang wanita rabun yang menarik simpatinya tadi.“Aduh! Maaf-maaf! Saya buru-buru!” mohon Dara pada sisa warga yang masih di sana dengan beberapa benda ditangan serta setumpuk kepanikan di hati mereka.Dara membuang napasnya yang tersengal-sengal, ada lega di relung kalbunya ketika sudah mencapai rumah repot dengan halaman yang dipenuhi sampah dedaunan. Kaki berbalut kets putih tulang itu langsung masuk demi memastikan keberadaan nenek sebatang kara itu.“Nek!” panggil Dara begit
“Sshh! Argh!” desis Dara sembari mencoba membuka matanya. Silau, setidaknya itulah yang ia rasakan saat kelopak mata tajamnya terbuka. Hal yang pertama kali ia lihat setelah menyesuaikan diri adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih tulang dan bau obat-obatan medis yang langsung menusuk Indra penciumannya.Dara menoleh ke kanan dan kiri bergantian, membuat otot lehernya yang menganggap itu melemas dan relaks.“Dara!” panggil Anjani dengan ekspresi haru penuh suka cita. “Kamu sudah sadar, Dara!” pekiknya sembari berkaca-kaca, ada kelegaan luar biasa yang menempati hatinya ketika melihat sang keponakan sadar setelah sekian lama berbaring tak berdaya.Dara mengamati sekelilingnya, ia tahu ini di rumah sakit. Namun, ia jelas tak tahu detail dimana dan apa yang terjadi setelah ia tak sadar. “Aku ... dimana?” tanyanya dengan niat memastikan.Anjani mengusap sudut matanya yang basah. “Rumah sakit Medika Wijaya di kota kita, kami membawamu pulang untuk mendapatkan pengobatan inte
“Kenapa?” tanya seorang pria yang tengah menikmati hidangan mewah di depannya dengan penuh khidmat.Perempuan yang ditanyai itu tampak tidak fokus dan menatap sang pria dengan pandangan bingung karena tak mengapa baik pertanyaa tadi.“Kenapa dengan raut wajahmu itu?” ulang pria berusia 40-an sembari menyangga kepalanya dengan tangan.Dara, selaku yang ditanya hanya menampilkan senyum tipis sekilas. “Tidak apa-apa,” katanya sembari menyandarkan tubuh lelahnya ke kepala kursi.Delion Sunarija melanjutkan acara makan yang tertunda itu dengan wajah santai. “Dengar, suasana hatimu bukanlah tanggung jawabku, kamu tahu itu, kan? Tanggung jawabku hanyalah mengungkap kebenaran yang semula tertutupi pintu rahasia. Dan kamu! Jangan menunjukkan raut semasam cuka itu di depanku.” Ayah satu anak itu langsung mendamprat Dara dengan ucapan nyelekitnya.Tak heran, dia adalah Delion Sunarija yang memang terkenal savage dalam berbicara kepada siapa pun tak terkecuali Dara. Tambahkan satu catatan, pria i
Suasana Padang rumput yang semula teduh itu berubah menjadi panas ketika dua pasang manusia berbeda gender itu saling merasakan manisnya bibir masing-masing. Dara menutup netranya begitu Sagara memegangi wajahnya dengan lembut seolah-olah pria itu takut menyakitinya.Begitu keduanya kehabisan oksigen, mereka memutuskan untuk saling melepaskan diri dari belenggu manis itu. Dara mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Ketika Sagara kembali mendekat, praktis perempuan itu semakin membuka diri. Sesuatu yang lembut dan manis langsung menyapa bibir bulatnya. Pikiran Dara seketika hanya berisi gairah untuk terus mengeksplor rasa menyenangkan ini. Dara lupa akan tujuan utamanya, Dara lupa siapa dirinya selaku orang yang semula terancam. Dara lupa siapa Sagara, selaku orang yang mengancam posisinya. Di pikirannya, hanya ada naluri wanitanya yang minta dicintai.Namun, sekelebat bayangan William dan keluarganya yang tengah tersenyum mengejek ke arahnya seolah-olah menertawakan Dara karena sud
‘Jangan lupa bayaran untukku,’ ‘Kamu sudah memberi tahuku sebanyak tujuh kali, Delion. Berhenti merecokku, tak akan kukirimkan jika kamu terus mengirimkan pesan-pesan ini.’ ‘Iya, ini yang terakhir kalinya. Lagi pun, hari ini kamu ada kencan dengan Sagara, kan? Aku tak akan mengganggumu lagi. Nikmatilah ke can manismu Nona.’ “Dasar gila,” “Kamu mau ke mana, Dara? Akhir-akhir ini, Oma lihat setiap libur, kamu selalu keluar. Kamu ... ada pacar di luar sana kah?” “Bukan pacar, Ma. Aku memang sedang ada urusan penting di luar,” “Kalau kamu punya pacar, bawalah kemari. Siapa orangnya, dan di mana rumahnya? Biar kami bisa saling mengenal.” “Memangnya Mama belum mengenalnya? Bukankah sebelum Dara, mama malah lebih mengenal pacar Dara?” “Maksudnya siapa, Ndra?” “Siapa lagi? Memangnya Dara dekat dengan pria lain selain Sagara?” “Oh, jadi benar-benar dia,” “Nah itu dia!” “Kamu kemari untuk meminta izin mengencani perempuan Wijayakusuma. Apakah aku salah?” “Benar, saya i
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Itu artinya, para budak korporat sudah diperbolehkan melepaskan diri dari penatnya kerajaan, dan mengisi perut mereka dengan maka siang. "Hari ini, Bu Dara ingin makan siang dengan menu apa?” tanya perempuan yang berprofesi sebagai sekretaris manager marketing PT Juita Betari itu dengan nada sungkan.Dara yang sedang memijat pangkal hidungnya untuk meredakan pusing yang menyerang, perlahan bangkit dari kursi kebesarannya. “Ayo, ke kantin saja,” ajaknya sembari melambaikan tangan dan berjalan mendahului sang sekretaris. “Akhir-akhir ini Bu Dara terlihat sangat sumringah, apakah saya salah menebak?” terka wanita berpakaian formal itu sembari mengikuti langkah atasannya.Dara kontan menghentikan langkahnya dan berbalik. “Benarkah?” tanyanya sambil memegangi wajahnya sendiri sebelum kemudian mengedikkan bahunya acuh tak acuh dan kembali berjalan. “Namanya juga hidup, akan ada masa senang dan sedihnya. Masa saya harus murung terus? Yang paling
“Kamu tak mau berbicara pada kita?” “Ampun!” Bugh! “Akan kupotong tanganmu jika tak beri tahu kami di mana letaknya barangnya,” “S-saya benar-benar tidak tahu. Saya bersumpah,” “Siapa di sana?!” “Sial,” “Pak!” “Nona Dara? Ada yang bisa dibantu?” “Ah ....” “Cincin saya jatuh di taman, saya sangat sedih, karena itu adalah hadiah dari ibu saya,” “Di bagian mana Nona menjatuhkannya?” “S-saya lupa, tapi saya tadi berputar-putar di seluruh taman, saya tidak bisa menduga-duga di bagian mana cincin saya jatuh,” “Baiklah, akan saya lihat,” “Tidak-tidak!” “Maaf?” “Maksud saya, kamu tidak bisa ke sana sendirian. Saya sangat berharap jika cincin itu ketemu sesegera mungkin. Jadi, kamu harus membawa temanmu. Paling tidak ....” “Lima orang! Bawa rekan paling tidak lima orang, dan dalam waktu lima menit, kembali saja meskipun belum ketemu. Ini sudah malam, akan saya cari tahu caranya besok, atau mungkin saya akan memilih mengikhlaskannya,” “Hati-hati, Pak,” “Dara? Kamu kenapa ke s
Dara berjalan dengan lesu memasuki rumahnya yang sunyi meskipun langit belum terlalu gelap. Hari ini ia harus rela lembur habis-habisan karena divisi yang dipimpinnya sedang menjalankan proyek baru. Begitu kakinya menapaki lantai marmer kediaman Wijayakusuma, sedikit kelegaan akhirnya merasuki relung hatinya. Jika sudah seperti ini, maka tak akan ada hal lain yang ia lakukan selain tidur hingga esok pagi. Duar! Suara ledakan yang lumayan keras langsung membentur gendang telinga janda kembang yang semula berjalan lesu itu. Mata yang awalnya terkantuk-kantuk itu langsung melek seketika sembari celingak-celinguk mencari sumber suara. “Ahh!” Teriakan histeris dari arah dapur langsung mengambil alih rasa penasaran Dara. Perempuan itu segera menuju ke sumber suara dan mendapati pria paruh baya tengah memakai helm dan mantel sedang berperang dengan ledakan-ledakan yang diciptakan karena kombinasi wajan, minyak panas dan daging baru keluar kulkas. Dara segera mendatangi pamannya yang tam
Untuk sesaat Dara dibuat bergeming akan kabar yang dibawa ayah satu anak itu sebelum kemudian menyalak, “Delion! Kamu jangan bercanda, ya!” Terdengar decak sebal dari pria di seberang sana. “Look! Kalau kamu tidak mempercayai fakta ini, maka lihatlah sendiri semua bukti-bukti yang kukirimkan, biar kutahu mulutmu yang ceriwis itu masih berani mempertanyakan kredibilitas kerjaku atau tidak!" suruh Delion dengan nada sewotnya. Bagaimana bisa orang pemarah sperti Delion ini bisa menjadi private investigator? Dara yakin Delion pasti membuat para kliennya kabur gara-gara sikapnya yang menyebalkan ini. Kadang Delion akan kelewatan bercanda tak tahu tempat, tapi di sisi lain Delion juga sering serius di waktu-waktu bercanda. “Kenapa malah kamu yang marah? Hei! Aku hanya memperingatkan dirimu yang kelewat sering bercanda itu," kata Dara dengan penuh penekanan. Berurusan dengan Delion itu sama saja seperti menggenggam udara. Sampai kapan pun Dara tak pernah bisa tahu isi hati Delion yang rum
Menyebalkan! Meskipun Dara berhasil membuat Namira Sana Soeroso, sang model catwalk, geram dan menjauh darinya dengan hati dongkol, itu tak serta-merta membuat Dara senang. Mungkin Namira akan menyenggolnya di media sosial seperti yang biasa perempuan itu lakukan pada orang-orang yang menyinggungnya. Apakah Dara takut? Jawabannya antara iya dan tidak. Karena ucapan Sagara kapan hari tentang sikap aneh Namira dalam memilih musuh, Dara jadi percaya diri Namira tak akan berani menyentuhnya. Namun, tak ada yang tahu pasti bagaimana masa depan berjalan. Bisa saja Namira akan melakukannya karena Dara terlampau menggores harga dirinya. “Kamu kenapa, Dara?” tanya Sukma begitu melihat wajah putri semata wayangnya yang kusut sejak menuruni mobil. Dara yang sedang berjalan itu menghentikan langkah. “Iya, Ma?” tanya Dara tak mendengar pertanyaan sang ibu. Sukma menatap putrinya penuh penilaian. “Kamu terlihat cemberut sejak pulang, apa yang terjadi? Apakah ada hal buruk yang menimpamu hari in
Namira mengulurkan tangannya pada Dara. Hal seperti itu biasannya identik dengan sambutan ramah. Namun, dari sorot matanya, tak ada setitik pun ekspresi ramah. Malah, ada ekspresi sengak ditambah sekelumit ekspresi menghina yang perempuan semampai itu layangkan kepada Dara.Karena ingin menghargai sikap Namira, Dara pun berdiri untuk menyambut perlakuan Namira terlepas niat sebenarnya sang model papan atas yang belum ia ketahui.Dara tersenyum ramah dan menyambut angsuran tangan itu. "Kita berjumpa lagi. Senang bertemu denganmu,” katanya berniat kembali duduk. Namun, cengkeraman erat dari Namira membuat Dara mengernyit bingung akan perlakuan yang semula ramah dan sekarang berubah layaknya monster.Dara berusaha mencari maksud Namira dengan menatap netra tajamnya. janda kembang itu sedikit mendongak karena perbedaan tinggi mereka yang signifikan, meskipun Dara sendiri memiliki tinggi 171 senti, tapi itu tak ada bandingannya dengan Namira Sana Soeroso yang tingginya mencapai 180 senti d