Home / Pernikahan / Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan / Bab 3 Terlalu Memandang Rendah Damaira

Share

Bab 3 Terlalu Memandang Rendah Damaira

Author: Lemongrass
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sebelum pergi dari rumah Damaira, Laras masih sempat menghina menantunya. Laras menyuruh Damaira untuk memperbanyak makan toge karena sayuran itu bagus untuk kesehatan reproduksi. Laras juga menghina Damaira mandul, sebab dua tahun lebih menikah tak juga diberi keturunan.

“Astaghfirullah, Bu, kita ini sesama perempuan, kenapa Ibu tega berkata seperti itu?”

Kata-kata mandul terucap tidak hanya satu dua kali keluar dari mulut Laras, lama-lama Damaira merasa geram.

Dulu Damiara akan menangis berjam-jam saat mertuanya mengatakan dia mandul. Namun, sekarang dia tidak akan lagi melakukan hal itu apalagi meratapi nasib. Damaira akan mulai melawan, dia tidak ingin harga dirinya terus diinjak-injak, walau kenyataannya memang belum mempunyai anak.

Saat ini mungkin memang Sang Maha Pemberi Keturunan belum memberinya kepercayaan. Kalau boleh berkata, sebenarnya Damaira merasa sedikit bersyukur belum diberi keturunan, sebab kehidupannya saja masih penuh dengan masalah yang belum terselesaikan, apa jadinya jika dia diberi amanah yang penuh dengan tanggung jawab.

Mengingat perlakuan ibu mertuanya membuatnya nelangsa, namun Damaira selalu menyimpannya rapat-rapat. Ayahnya tak pernah tahu, dia malu mengatakan hal itu mengingat dulu dia bersikukuh untuk menikah dengan Negan.

“Eh, tidak perlu drama, Ra, Ibu kan hanya ngomong jangan-jangan kamu mandul. Kamu saja yang salah mengartikan antara pernyataan dengan pertanyaan."

"Kamu itu selalu saja berani sama orang tua, melawan terus kalau mertua bicara! Dasar orang kampung, tak punya sopan santun!” sarkas Laras.

Damaira menghela nafas panjang, sebelum akhirnya bicara.

“Astaghfirullah, Bu, Damaira tidak bermaksud seperti itu…”

“Sudahlah, Ra, Ibu malas berdebat sama kamu, punya mantu satu saja sukanya melawan orang tua. Sudah miskin, tidak berpendidikan lagi, hanya merongrong harta anakku,” hina Laras.

Ingin rasanya Damaira mengatakan pada mertuanya, bahwasannya yang merongrong harta justru Negan dan dia. Tapi apalah daya, Damaira tak ingin menjadi anak durhaka. Biarlah waktu yang menjawab semuanya.

Laras keluar dari rumah Damaira dengan terus mengomel tidak jelas dan menutup pintu dengan kasar.

“Astaghfirullah, beri hamba kesabaran ya Tuhan. Ampun, jadi orang celamitan banget, mana mulut pedes banget kaya cabai setan. Amit-amit, amit-amit, sing sabar Ra, sing sabar,” monolog Damaira setelah kembali mengunci pintu rumah. [sing : yang]

Dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya kemudian berangkat ke toko. Setidaknya di toko dia akan memiliki kegiatan yang lebih menyenangkan dan bertemu banyak orang. Hal itu akan sedikit menyamarkan pikirannya yang semrawut.

“Ada apa? Kamu kena sawan, kenapa diam saja dari tadi?” Dinda meledek Damaira.

Dinda adalah asisten pribadi sekaligus sahabat Damaira.

Damaira sudah berada di toko kuenya sejak tiga puluh menit yang lalu, tapi jiwa dan pikirannya entah di mana. Dia juga nampak tak bersemangat, membuat Dinda kesal.

“Perkara nafkah lagi?” Damaira menggeleng.

“Lalu?”

Dinda sudah sangat hafal apa yang dialami sahabatnya itu, terutama saat akhir bulan seperti ini.

Terlihat Damaira menarik nafas panjang, sepertinya beban wanita itu sangatlah berat.

Damaira menceritakan tentang ibu mertuanya yang sering mengatainya mandul. Dinda tampak terkejut, wajar saja, sebab ini kali pertama Damaira bercerita padanya.

“Sudahlah, Ra. Kamu jangan terus-menerus memikirkan hal itu. Tuhan pasti punya jalan terbaik untukmu, oleh sebab itu kamu belum diberi keturunan. Lebih baik kalian coba periksa ke dokter, untuk mengetahui keadaan kalian masing-masing. Setelah itu program. Zaman sekarang sudah canggih, kamu tak perlu terlalu resah tentang hal itu," usul Dinda.

Sejenak Damaira berpikir, ada benarnya juga kata Dinda. Selama ini dia tak pernah terpikir tentang hal itu. Baik Damaira maupun Negan selalu berpikir bahwa kondisi kesehatan reproduksi mereka pasti baik-baik saja.

"Lalu untuk urusan nafkah, kamu lihatlah tempat ini, kamu adalah wanita yang BERDIKARI—berdiri di kaki sendiri. Cukup mengemis perkara nafkah, sekarang saatnya kamu tunjukkan pada mereka yang meremehkanmu bahwa mereka tidak ada apa-apanya, buat mereka menyesal,” dengan semangat Dinda memperagakan mengangkat kedua tangannya, bak Ade Rai yang memperlihatkan otot-ototnya.

Damaira tersenyum, lalu menggeleng, tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya itu. Namun, setelah dipikir-pikir memang ada benarnya apa yang diucapkan sahabatnya. Sekarang saatnya dia bangkit.

“Sebenarnya bukan hanya dua hal itu saja.” Dinda mengernyitkan dahi.

Damaira juga menceritakan kejadian ibu mertuanya mengambil uang jatah mingguan yang tak seberapa.

Dinda langsung memaki Laras tanpa henti. Damaira justru tertawa, mereka sama-sama memaki orang yang bahkan tidak tahu jika saat ini sedang dimaki-maki.

“Kamu yang sabar, Ra. Allah pasti punya segudang hikmah dari semua yang kamu alami.” Damaira tersenyum manis.

“Terkadang kamu bisa waras juga ternyata,” Damaira menggoda Dinda.

Dinda berdecak sebal dan menggerutu. Setelah itu menepuk pundak Damaira—memberikan semangat.

Damaira duduk di ruang tengah sembari menonton televisi. Acara di televisi itu tak begitu menarik perhatian, hingga Damaira berkelana dalam pikirannya.

Memikirkan setiap kejadian yang dialami selama menikah dengan Negan. Memikirkan omongan Dinda. Memikirkan betapa egoisnya dulu dia terhadap orang tuanya terutama sang ayah, yang notabene-nya adalah wali bagi dirinya.

Damaira menghela nafas panjang, seperti ini rasanya menikah tanpa sepenuhnya mendapat restu dari orang tuanya.

Lamunan Damaira buyar ketika Negan menutup pintu dengan keras.

"Astaghfirullah," gumam Damaira.

Terlihat Negan memasuki ruang tengah dengan wajah yang tak bersahabat.

"Ada apa, Mas?" Damaira menyambut Negan dengan senyuman hangat.

Senyuman yang tanpa sadar selalu membuat Negan luluh. Negan nampak menarik nafas panjang.

"Biasa, ada masalah dengan customer, tiba-tiba mendapat tawaran produk yang sama dengan harga yang lebih murah. Otomatis mereka langsung berpaling dan ambil dalam jumlah banyak," ucap Negan dengan nada penuh kekesalan.

"Ini diminum dulu, Mas." Damaira memberikan satu cangkir teh hangat untuk Negan.

"Memang dana promosi untuk mereka kurang atau belum dicairkan, Mas? Kenapa bisa dengan mudah mereka berpindah? Mas sudah tanyakan langsung ke pihak customer?"

Negan berpikir sejenak, dia bahkan tidak terpikirkan sampai ke sana.

Negan mengernyitkan dahi, 'Dari mana Damaira mengetahui tentang dana promosi?' batin Negan.

Padahal Negan tak pernah sekalipun mengatakan tentang pekerjaannya secara detail.

"Kenapa, Mas?" Negan menggeleng.

"Aku akan tanyakan hal itu pada anak buahku. Aku belum sempat memeriksa data terbaru. Besok aku juga akan cross check ke customer secara langsung."

"Itu rumah sakit pemerintah atau swasta? Kalau pemerintah aku rasa akan lebih sulit sih, mereka terpentok sama BPJS, pasti akan tetap memilih harga termurah."

Negan kembali terkejut dan bertanya-tanya mengapa istrinya tahu tentang hal seperti itu. Tapi arogansinya lebih tinggi ketimbang rasa penasarannya.

"Tahu apa kamu tentang hal seperti itu. Sok tahu!" Setelah mengucapkan hal itu Negan pergi meninggalkan Damaira menuju kamarnya.

Damaira heran dengan respon suaminya yang berlebihan. Memang apa salahnya dia tahu tentang hal seperti itu? Negan terlalu memandang rendah dirinya.

Damaira tak mau ambil pusing dengan ucapan dan kelakuan suaminya, hal biasa yang sering dia terima. Lebih baik dia menyiapkan makan malam untuk suaminya.

"Kamu masak apa? Aku nggak sudi makan kalau menunya seperti tadi pagi," tanya Negan.

Related chapters

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 4 Negan Mendapat Promosi Jabatan

    Negan menuju ke meja makan, melihat makanan apa yang disiapkan oleh istrinya.Mie goreng!"Lumayan lah, ketimbang makanan yang tadi pagi," ucap Negan.Mereka pun makan makanan tersebut dalam diam, hingga Damaira angkat bicara."Mas, tadi ibu datang kemari."Negan melirik Damaira sekilas, "Untuk apa ibu kemari?""Minta uang belanja, katanya pemborosan kalau mas makan terus di sana," jujur Damaira.Damaira tak pernah mengadu jika ibu mertuanya datang. Tapi entah mengapa malam ini mulutnya gatal ingin bercerita tentang hal itu, hanya untuk melihat reaksi sang suami."Kamu jangan fitnah, Ra. Mana mungkin ibu datang hanya karena minta uang. Jelas-jelas aku sudah kirimkan uang jatah ibu.""Aku tidak bohong mas, apalagi fitnah. Untuk apa? Tidak ada untungnya juga. Terserah kamu mau percaya atau tidak." Damaira langsung melanjutkan menyantap mie gorengnya.Negan kembali dikejutkan oleh sikap Damaira, wanita yang telah menjadi istrinya selama dua tahun lebih itu tak pernah meninggikan suara, d

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 5 Keluarga Mata Duitan

    “Apa kamu bilang? Ibu pemborosan? Pasti wanita mandul ini yang sudah mempengaruhimu, sampai kamu tega ngomong seperti itu sama ibu.” Laras mulai mendramatisir keadaan.Damaira yang melihat mertuanya mulai drama, dia pun menunduk. Berperan sebagai korban, diam dan hanya pasrah. Namun, di mata ibu mertuanya dia tetaplah orang yang patut dipersalahkan.“Kamu lihat kelakuan istrimu yang tidak berpendidikan itu, tidak ada sopan santun, suka melawan omongan ibu. Sekarang berlagak diam kalau di depanmu.” Laras menunjuk ke arah Damaira."Heh, coba kamu bicara seperti kemarin. Beraninya sama mertua kalau tidak ada anakku," sarkas Laras pada Damaira."Ibu kemarin datang ke sini?" Negan menelisik, mencocokan dengan apa yang Damaira kemarin katakan.Laras seketika diam, seakan menyadari kesalahannya telah salah berucap.“Ibu butuh berapa?” Negan memilih mengalah daripada melihat ibunya yang memaki istrinya, yang bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.Negan juga dapat melihat dari diamnya sa

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 6 Harga Sembako Ternyata Mahal

    Malam ini Negan tak menemukan Damaira di ruang tengah seperti biasanya. Dia pun langsung menuju ke kamarnya.Mendapati Damaira sedang tiduran di ranjang."Kamu ini, suami pulang bukan di sambut. Malah enak-enakan tidur," oceh Negan sembari meletakkan tas kerjanya.Bukan tanpa alasan Damaira berbaring di tempat tidur. Perutnya sangat nyeri karena tamu bulanannya sedang datang."Maaf mas, perutku sakit sekali…""Alasan saja kamu!" hardik Negan."Sana buat makan, malah enak-enakan tidur. Benar kata ibu…"Mendengar kalimat terakhir suaminya, Damaira langsung beranjak duduk, membuat Negan menjeda kalimatnya."Kamu itu tidak becus mengurus suami, pemalas, kerjaannya tidur di kamar …” Belum selesai Negan berucap, Damaira sudah memotongnya.“Terus mas, terus. Ibu, ibu, selalu ibu. Kalau kamu mau sepenuhnya bersama ibumu, jika ibu adalah prioritasmu, silahkan. Mari kita berpisah,” sela Damaira, membuat Negan membulatkan mata tak percaya dengan ucapan istrinya.“Damaira! pamali bicara seperti i

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 7 Ira Mengalami Kecelakaan

    “Ya, Allah, beri hamba kewarasan untuk menghadapi cobaan ini.” Damaira berdoa sembari mengelus dada.Damaira segera berangkat ke toko dengan mengendarai motor matic bututnya. Pikirannya menerawang entah kemana hingga tanpa sadar dia menabrak sebuah mobil mewah yang tiba-tiba berhenti di depannya.Suara tabrakan itu cukup kencang, Damaira terpental tak jauh dari motornya, dia sempat mengalami pingsan sesaat, saat dia tersadar, dirinya sudah berada di trotoar dan orang-orang sudah berkumpul di sekelilingnya.“Apa kamu baik-baik saja, mbak?” Damaira melihat ke arah sumber suara, pria tampan dengan pakaian rapi dan mewah. Damaira yakin bahwa pria tersebut adalah pemilik mobil yang dia tabrak.Damaira baru tersadar bahwa tangan kiri dan keningnya berdenyut, sepertinya dia terluka.“Sudah mas bawa mbaknya ke klinik atau rumah sakit terdekat saja, saya temani. Urusan lain-lainnya nanti diurus di sana. Takutnya si mbak kenapa-kenapa,” ucap bapak-bapak itu pada si pria tampan.Damaira digirin

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 8 Perhatian Kecil dari Negan

    Tak berselang lama, Damaira keluar dari mobil itu. Terdengar wanita itu mengucapkan terima kasih pada rekannya. Lalu mobil kembali melaju.Negan sedikit kecewa melihat mobil Honda CR-V itu pergi. Padahal dia berharap itu adalah mobil Damaira. Dia bisa memanfaatkannya.Mimpimu terlalu muluk Negan, istrimu itu kere, hanya seorang penjaga toko kue, begitulah isi kepala Negan saling bersahutan."Dari mana saja kamu?" tanya Negan dengan ketus.Damaira menatap bingung pada sang suami. Bukankah dia sudah mengirim pesan, untuk apa bertanya? Damaira tak kuasa mengatakan hal itu dan memilih untuk menjawab."Aku baru pulang kerja mas, karena tadi aku kecelakaan jadi masuk dan pulangnya harus mundur," ucap Damaira, lalu berjalan hendak memasuki rumah.Negan memberi jalan agar istrinya itu bisa masuk dengan leluasa."Memangnya juraganmu tidak memberi libur? Aku lihat lukamu cukup parah." Negan cukup prihatin dengan keadaan istrinya dengan tangan tergantung dan menggunakan gips."Ya mau bagaimana l

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 9 Negan Naik Jabatan

    Dua bulan kemudian.Pasca pertengkaran yang terjadi di antara Damaira dan Negan malam itu, sikap Negan sedikit melunak dan lebih perhatian. Pria itu nampak bersungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungan dengan Damaira.Negan lebih sering meluangkan waktu untuk Damaira walau hanya sekedar untuk berbincang hal yang tidak penting.Selama dua bulan ini, Dina hanya pernah sekali menemui Damaira di toko dan merengek meminta uang, adik iparnya itu sungguh tebal muka. Karena asas belas kasih, Damaira memberinya uang sebesar lima ratu ribu rupiah.Sedangkan ibu mertuanya masih sama, datang ke rumahnya untuk mengambil sembako seperti biasanya.Untuk soal keuangan, Negan lebih manusiawi ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Terkadang Negan mau berbelanja ke warung untuk menggantikan Damaira yang masih menggunakan gips, walau terkadang kesal karena harga sembako yang mahal dan uangnya harus berkurang cukup banyak.“Hari ini pengumuman hasil seleksi district manager, Ra. Doakan, semoga suamimu ini ya

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 10 Pengacau Suasana

    Damaira dan Negan saling pandang. “Siapa yang datang?” tanya Negan. Damaira hanya mengedikkan bahu tanda dia juga tidak tahu.Damaira menduga pasti salah satu keluarga Negan. Negan mencuci tangan kemudian menuju ruang tamu untuk membuka pintu.Sedangkan Damaira mengambil kerudung instannya yang berada di gantungan depan kamar mandi. Dia hanya ingin menutupi kalung yang baru saja dibelikan oleh suaminya. Damaira tak ingin karena kalung itu akan timbul masalah baru.Benar saja dugaan Damaira, namun bukan ibu mertua ataupun Dina, melainkan Naya–adik pertama Negan."Masuk, Nay. Tumben kamu datang ke sini malam-malam."“Mas Negan sedang apa?” tanya Naya sedikit tidak enak.Naya memang berbeda dengan ibu dan adiknya, pembawaannya kalem dan ramah.“Masuk Nay, mas baru makan malam, kamu sudah makan?” Naya mengekor di belakang Negan.“Belum mas, aku baru pulang kerja, langsung kemari.”“Halo, Mbak,” sapa Naya pada Damaira.“Hai Nay, baru pulang ke

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 11 Pura-pura Tidak Kenal

    Laras melayangkan tangannya pada Damaira. Dengan tangkas Damaira menangkap tangan Laras lalu menghempaskannya dengan kasar. Baik Negan, Naya, maupun Laras sendiri terperangah. "Maaf, Bu, untuk kali ini aku tidak bisa menerima perlakuan Ibu yang semena-mena padaku," ucap Damaira tenang. "Kamu…" Laras menjeda kalimatnya. "Kamu berani pada orang tua, hah?" ucap Laras lantang. Naya segera menarik sang ibu, "Sudahlah, Bu, ayo kita pulang." "Lepas, Naya!" "Lihat itu kelakuan istrimu. Dia berani pada Ibu…" "Benar kata Naya, Bu. Ini sudah larut, Ibu sebaiknya pulang dan beristirahat," ucap Negan. Mendengar ucapan itu, hati Laras begitu nelangsa. "Kamu berani mengusir ibu? Durhaka kamu, Negan." Naya mencoba menenangkan sang ibu, Negan pun mendekati sang ibu hendak memeluknya dan berbicara sesuatu, namun Laras menepis begitu saja. "Jangan mendekat. Sekarang kamu pilih ibu atau wanita itu?" "Sudah, Bu, ayo kita pulang. Ibu tidak boleh marah-marah. Nanti darah tingginya naik," ucap Na

Latest chapter

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Extra Part

    Empat bulan kemudian Isa dan Dina akhirnya menikah, setelah si kembar lahir kedunia dua bulan yang lalu.Keduanya memang sengaja mengambil waktu lebih lama, agar keluarga Damaira fokus lebih dulu pada si kecil Narendra dan Naela. Kembar yang begitu menggemaskan, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sama seperti Damaira dan Damaisa.Saat ini Isa sedang berada di depan penghulu dan juga Negan sebagai wali dalam pernikahannya dengan Dina. Dina sendiri masih menunggu di ruang rias yang tersedia tak jauh dari tempatnya berada.Deg-degan itu sudah pasti, entah sudah berapa kali pria datar itu menghela nafas untuk menetralkan kegugupan.Penghulu mulai melakukan serangkaian prosesi. Negan dan Isa berjabat tangan, prosesi ijab qabul di mulai.Dengan satu tarikan nafas akhirnya Damaisa Kurniawan telah menjadikan Findina Langit Senja binti Surya Cakrawala sebagai istrinya.Suasana haru tercipta, apalagi ketika pengantin wanita di bawa ke ruangan tersebut. Ucapan selamat dan doa terbaik diuc

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 194. Akhir Perjalanan Cinta

    “Ibu benar mau aku menikah? Dengan siapapun wanita pilihanku?” tanya Isa dengan wajah serius.Lestari diam sejenak sebelum menjawab.“Kamu masih ingin menikah dengan Dina?” tanya Lestari.“Iya, kalau Ibu memberi restu.”Lestari menghembuskan nafas pelan.“Kamu tidak ada wanita lain?”“Belum ada, Bu. Kalau Ibu menginginkan wanita lain, mungkin butuh waktu lebih lama.”“Kamu sungguh-sungguh menyukai wanita itu?”Dalam guratan wajah Isa masih tersirat sedikit keraguan.“Mintalah dulu petunjuk pada sang Pemilik Hati, Sa. Ibu tidak mau kalau kamu memiliki maksud tertentu menikahi Dina, seperti balas dendam.”Isa masih diam, mencoba membuka lembar demi lembar memori mengapa dia ingin menikahi Dina.“Kalau kamu sudah mendapatkan kemantapan hati ingin menikahi Dina karena untuk beribadah dan mencintainya, Ibu akan restui,” ujar Lestari.Isa justru bergelung dengan hatinya sendiri, antara maju atau mundur.“Baik, Bu. Isa akan pikirkan baik-baik dan juga minta petunjuk sama Tuhan.” Benar itu ad

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 193. Bahagia dan Sedih

    Satu tahun kemudian.Kebahagiaan demi kebahagiaan semakin terlimpah di keluarga Mahesa dan Damaira. Sakit dan luka di masa lalu perlahan hanya menjadi sebuah butiran yang terhempas karena tiupan angin.Setelah beberapa bulan lalu Mahesa dan Damaira pergi ke Jerman untuk bulan madu, tak lupa mengajak anak-anak untuk turut serta. Sekarang Wanita itu telah berbadan dua.Bukan, tapi tiga. Ya, Damaira hamil anak kembar. Karena faktor keturunan, hamil anak kembar sangat mungkin terjadi.Di sisi lain, di kota Makassar, Nindi dan Dion juga tengah merasakan kebahagiaan yang sama. Nindi akhirnya hamil, bahkan beberapa bulan lebih dulu dari Damaira.Kabar itu diberikan langsung oleh Nindi pada Damaira. Rezeki memang unik, Tuhan akan memberikan di waktu yang tepat. Di saat semua permasalahan hati di masa lalu selesai, akan tubuh cinta yang baru.Tak kalah membahagiakan Isa juga telah resmi membuka kantor perusahaan sendiri di Jakarta. Karyawannya masih terdiri dari beberapa orang. Pria itu semaki

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 192. Berdamai

    Beberapa minggu berlalu pernikahan Nindi dan Dion pun sudah terlaksana. Meski hanya sederhana keduanya terlihat bagaimana.Di hari Minggu yang cerah itu, Nindi dan Dion berkunjung ke rumah Mahesa, dengan harapan keluarga itu berada di rumah Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah Keysha. Nindi benar-benar bertekad ingin berbaikan dengan anak itu. Dia ingin sekali mendapatkan maaf dari bocah berusia 12 tahun itu.Ya, kurang lebih 12 tahun Nindi meninggal Keysha. Nindi pikir semuanya akan baik-baik saja, ternyata Tuhan memiliki takdir yang sudah ditetapkan untuk mereka.“Oh, Mbak Nindi dan Mas Dion, apa kabar kalian? Selamat ya atas pernikahannya. Kami senang mendengar kabar tersebut.”Damaira dan Mahesa menyambut kedatangan sepasang pengantin yang baru saja rujuk itu.“Kabar baik, Ira. Terima kasih. Maaf kami tidak mengadakan acara apapun.”“Jadi–” Nindi menjeda kalimatnya dan melihat ke arah suaminya, Dion pun mengangguk dan tersenyum.“Jadi, kedatangan kami kemari untuk bertemu deng

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 191. Citra dan Ardi

    Pertanyaan yang seperti memojokkan Citra, membuat dia sejenak berpikir untuk mencari kalimat yang tepat dan mematahkan tuduhan pria itu.“Apa aku ada hak menolak perjodohan ini?”Citra justru bertanya, bukan menjawab pertanyaan Ardi.“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Ardi seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.“Kamu mau jawaban jujur atau jawaban yang menyenangkan hatimu?” tanya Citra.Sepasang anak manusia itu terus saling melempar pertanyaan tanpa ada yang mau menjawab.“Jujur.”“Baiklah kalau begitu aku tidak akan sungkan,” kata Citra. Ardi pun mempersilakan Citra untuk mengatakan segala unek-uneknya.“Aku justru beranggapan Kak Ardi-lah yang menolak perjodohan ini. Kenapa? Seperti yang sudah sedikit aku singgung tadi, kamu tak pernah bersikap baik kepadaku, menyapaku pun hampir tidak pernah, ketika kita berpapasan lebih banyak kamu seperti menganggapku orang asing, kita tidak saling kenal, padahal aku selalu tersenyum padamu sebagaimana junior kepada seniornya.”

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 190. Disidang

    “Mbak, apa di depan atau di sekitar sini ada Pak Negan?” tanya seorang dokter kepada perawat.“Sebentar saya lihat dulu, dok.”“Kalau misal ada bilang, suruh ke ruangan, dokter Maulana mencari,” kata dokter Maulana.“Baik, dok.”Perawat itu keluar dari ruangan kemudian mengedarkan pandangan mencari Negan.Negan cukup cukup terkenal di karangan dokter, perawat, orang-orang penting di rumah sakit, dan juga marketing yang lainnya. Apalagi setelah pria itu mengalami kecelakaan namanya making disebut-sebut.“Nah itu dia si duda keren,” monolog perawat itu setelah melihat keberadaan Negan.“Selamat siang menjelang sore Mas Negan,” sapa perawat itu.“Eh, Iya, Mbak. Ini masih siang bolong,” balas Negan. Wanita itu terkekeh pelan.“Mas Negan dicari sama dokter Maulana, ditunggu di ruangannya.”Negan mengernyitkan keningnya, kemudian bertanya, “ada apa ya, Mbak?”“Kurang tahu Mas, Mas datang saja ke ruangan beliau.”“Terima kasih Mbak informasinya.”“Sama-sama Mas, mari.” Negan mengangguk horma

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 189 Citra Wanita Tidak Peka

    Pagi ini Mahesa disibukan dengan serangkaian pekerjaan, padahal saat ini waktu subuh baru saja berlalu dan matahari belum terbit. Beberapa hari ini pria itu sedikit kurang tidur. Setelah menikah entah mengapa rezeki terus mengalir tiada henti. Proyek sana-sini.“Ini, Mas.” Damaira memberi secangkir kopi sebagai penyemangat lagi.“Terima kasih, Sayang.” Mahesa menarik tangan istrinya, kemudian memberi kecupan hangat sebagai doping.Damaira selalu saja diberi kejutan dengan sikap manis Mahesa. Pria itu benar-benar membuatnya seperti ratu yang spesial.Tak ingin kalah, Damaira pun membalas serangan Mahesa. Sebulan bersama pria itu membuat hidupnya semakin berwarna.“Kalau begitu aku keluar dulu, masak.” Mahesa mengangguk.Damaira menyerah beberapa hal tentang kerumahtanggaan seperti bersih-bersih, laundry, dan lain sebagainya, kecuali masak.Memasak baginya harus dilakukan sendiri, agar kelak anak-anak dan suaminya selalu merindukan masakannya.Meski tinggal bersama mertua, sudah pasti

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 188. Dua Hati yang kembali Menyatu

    Tak hanya Indra yang meluapkan emosi pada Nindi tapi juga Linda. Nindi terpojok sebagai tersangka. Janda itu menangis tersedu. Indra seakan belum puas dan terus memarahi anaknya.Ketegangan itu masih terus terjadi hingga bel rumah itu berbunyi mengalihkan perhatian semua orang yang ada di dalam rumah itu.Dengan kesal Indrawan membuka pintu, melihat siapa yang datang sontak membuat pria paruh baya itu kembali naik darah.“Ini biang keroknya datang, dasar pria tak bertanggung jawab, brengsek!” Indra langsung memaki Dion yang tak tahu apa-apa.Pria itu hanya mengerutkan kedua alisnya, mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi.“Ada apa, Yah? Siapa biang kerok.” Linda dan Nindi datang menyusul Indra ke ruang tamu.“Ngapain kamu datang ke sini? Bosan hidup, hah?” Sama halnya dengan suaminya, Linda pun langsung menghardik Dion.Nindi sendiri masih berusaha menenangkan diri setelah mendapat amarah dari kedua orang tuanya.Dion menatap iba pada mantan istrinya, entah apa yang baru saja te

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 187. Perasaan yang Terbalas

    Isa tak juga menjabat tangan Dina dan hanya terus menatapnya.“Kenapa hanya menatapku seperti itu?” Dina kembali angkat suara.“Ayo kita berjabat tangan dan kita kembali seperti dulu.” Dengan segenap jiwa dan hatinya Dina menahan sakit. Wanita itu terus memberi sugesti positif pada dirinya sendiri bahwa pasti rasa sakit itu hanya akan menyelimuti berlangsung untuk beberapa waktu saja. Asalkan mengalihkan semuanya pada pekerjaan dan hal lainnya pasti akan segera sirna dengan sendirinya.Dina tersenyum samar dan mulai menarik tangannya. Dia sungguh tidak mengerti kemauan pria yang ada di depannya.Dina menarik nafas dengan maksud menarik ingusnya agar tidak keluar. Dia menahan tangis sekuat tenaga.“Ya sudah ayo kita pulang. Orang-orang pasti menganggapku orang gila karena duduk di sini berjam-jam.Dina meraih tangan Isa dan menarik pria itu agar segera beranjak dari duduknya. Tapi Isa justru menahan tangan Dina.“Ayo kita menikah!” seru Isa.Ucapan Isa sontak membuat Dina membulatkan

DMCA.com Protection Status